Beranda Artikel 0-12 Bulan Warna dan Frekuensi BAB Bayi 6 Bulan

Warna dan Frekuensi BAB Bayi 6 Bulan

2022/11/07 - 05:15:09pm     oleh Morinaga Soya
Warna dan Frekuensi BAB Bayi 6 Bulan

Feses Si Kecil mengalami banyak perubahan begitu Bunda memperkenalkan MPASI. Warna feses bayi setelah MPASI dapat berubah menjadi lebih gelap atau kecoklatan, tidak lagi kekuningan emas. Namun, perubahan warna ini bergantung pada makanan yang Bunda berikan. Bunda mungkin juga akan bertanya, “Bayi MPASI BAB berapa kali?” Maka Bunda akan menemukan bahwa frekuensi BAB bayi 6 bulan berkurang sampai 1-2 kali saja dalam sehari.

Bunda jangan kaget ya, karena perubahan ini adalah hal yang normal dan merupakan salah satu tanda dari tumbuh kembang Si Kecil yang sehat. Melalui frekuensi dan tekstur tinja ini juga, Bunda juga bisa memastikan bagaimana tubuh Si Kecil bereaksi dengan makanan yang sudah Bunda berikan. Konsistensi dan frekuensi BAB Si Kecil memang cukup penting untuk dipantau selama tahun pertama kehidupannya. Bahkan, saat memeriksakan Si Kecil ke dokter pun, biasanya dokter akan menanyakan perihal BAB Si Kecil agar dapat memastikan kondisi kesehatan Si Kecil.

Warna dan Tekstur Feses Bayi MPASI

Dalam beberapa bulan pertama setelah Si Kecil mulai makan bubur MPASI, tekstur fesesnya akan menjadi lebih padat. Fesesnya juga membentuk ampas.

Warnanya juga berubah dari kuning terang menjadi coklat gelap atau hijau. Perubahan warna ini terjadi karena banyak bakteri sehat yang mengisi ususnya. Bakteri-bakteri ini juga menyebabkan bau feses menjadi lebih tajam.

Saat Si Kecil mulai makan MPASI, Bunda mungkin akan melihat sisa makanan yang tidak tercerna pada fesesnya. Misalnya, kulit kacang polong atau tomat. Sisa makanan ini merupakan tanda bahwa sistem pencernaannya masih berkembang.

Bayi dengan alergi susu formula juga memiliki tekstur feses dan frekuensi BAB yang berbeda setelah minum susu formula. Yuk, cari tahu ciri feses bayi alergi susu sapi di artikel ini: Bunda, Begini Ciri Feses Si Kecil yang Alergi Susu Sapi.

Frekuensi BAB Bayi MPASI 6 Bulan

Berdasarkan Ikatan Dokter Anak Indonesia, frekuensi BAB yang normal pada Si Kecil yang masih berusia 6 bulan umumnya adalah sebanyak 2 hingga 4 kali dalam sehari. Namun hal ini tidak harus jadi patokan yang pasti ya, Bunda karena banyaknya faktor yang bisa mempengaruhi pola dan frekuensi BAB Si Kecil. Terutama saat sudah mengonsumsi MPASI, frekuensi BAB Si Kecil bisa menjadi lebih sering atau tidak terlalu sering, semua tergantung dari pola pencernaan dan jenis makanan yang Bunda berikan.

Saat diperkenalkan dengan MPASI pertama kali, akan ada kemungkinan Si Kecil mengalami kesulitan BAB, sembelit, ataupun kotoran menjadi lebih keras dari biasanya. Maka selain memperhatikan komposisi menu, Bunda perlu memperhatikan kotoran Si Kecil untuk mengetahui apakah Si Kecil bisa menerima atau cocok dengan makanan yang diberikan.

Tapi jangan langsung panik ketika Si Kecil tidak BAB ketika memulai MPASI. Selama Si Kecil masih terlihat aktif, tidak mengalami dehidrasi, ataupun nampak tidak nyaman dan rewel. Mengutip dari Parenting.nytimes.com, saat memulai MPASI, Si Kecil mungkin akan menjadi lebih jarang buang air kecil karena sekarang asupan cairannya tidak sebanyak sebelumnya. Namun yang pasti seiring berjalannya waktu, frekuensi BAB nya akan menjadi lebih teratur.

Perubahan menu makanan dan jenis makanan yang diberikan juga bisa mempengaruhi warna kotoran Si Kecil loh Bunda. Misalnya saja Si Kecil baru mengonsumsi buah naga yang memang memiliki warna merah alami yang cukup dominan, maka, kotorannya pasti akan memiliki warna kemerahan, dan itu merupakan hal wajar. Bila usai diberikan MPASI kotoran bayi usai bab berwarna hijau, berlendir, atau mengandung air, jangan ragu untuk memeriksakannya atau membawanya ke dokter untuk mendapatkan penanganan medis.

Bila saat Si Kecil diberikan ASI eksklusif, maka kotorannya biasanya akan bertekstur lebih encer. Tapi usai diperkenalkan dengan MPASI, maka teksturnya akan berubah menjadi lebih kental. Lama kelamaan, tinjanya akan memiliki konsistensi yang lebih keras hampir seperti orang dewasa. Frekuensi BAB Si Kecil yang memulai MPASI dapat bervariasi. Tiap Si Kecil memiliki keunikan dalam frekuensi BAB. Bisa saja Si Kecil BAB Sebanyak 1-2 kali hingga sehari atau malah 1 kali dalam 2 hari.

Tapi, waspadalah bila tinja Si Kecil mendadak menjadi keras setelah mengonsumsi MPASI pertama kalinya atau ia mengalami kesulitan buang air selama lebih dari 2 hari. Lalu, perhatikan juga apakah Si Kecil mengalami kondisi lain yang menyertai, seperti:

  • BAB Keras
  • Frekuensi BAB berubah menjadi lebih dari 2 hari sekali dan tekstur tinjanya keras
  • Perut menjadi kembung
  • Si Kecil terlihat gelisah saat BAB
  • Konsistensi feses encer dan lebih banyak air
  • Terdapat lendir di kotoran Si Kecil
  • Si Kecil mengalami demam

Bunda perlu mengingat-ingat makanan apa yang baru saja dicobakan kepada Si Kecil sebelum BAB-nya menjadi keras. Ayo, Bunda, lihat dulu contoh makanan yang sering menyebabkan sembelit pada anak-anak di sini: Makanan yang Menyebabkan Sembelit pada Bayi

Bila terjadi sembelit, segera periksakan Si Kecil ke dokter untuk segera ditangani dan mendapatkan diagnosa yang tepat. Sama halnya bila Si Kecil mengalami diare apalagi hingga lebih dari 2 hari.

Apa Penyebab Bayi Mencret (Diare) Setelah MPASI?

Mencret atau diare pada Si Kecil yang sedang MPASI umumnya disebabkan oleh makanan MPASI yang tidak cocok, atau mengandung bahan yang memicu reaksi alergi. Maka dari itu, penting sekali untuk mengikuti anjuran pemberian MPASI secara bertahap. Saat Si Kecil mengalami diare, Bunda perlu memberikan banyak minum dan pastikan Si Kecil istirahat dalam waktu yang cukup banyak.

Bunda juga perlu memastikan apakah Si Kecil sering memasukkan tangannya ke mulut atau tidak. Sebab, beberapa kasus diare dipicu oleh tangan Si Kecil yang kotor dan sering dimasukkan ke dalam mulut, sehingga bakteri, parasit, atau virus mudah masuk ke dalam tubuh Si Kecil.

Apabila Kondisi diare dialami Si Kecil hingga lebih dari 2 hari, maka bisa jadi pertanda alergi, atau ada penyakit serius lainnya. Bisa jadi ini pertanda alergi atau ada penyakit serius lainnya yang menjangkit Si Kecil. Bunda juga bisa cek artikel berikut ini yang akan membahas penyebab dan tanda tanda bayi mengalami alergi makanan saat MPASI: Penyebab dan Tanda Si Kecil Alergi Makanan Saat MPASI

Berapa Hari Normalnya Bayi MPASI Tidak BAB?

Bayi MPASI tidak BAB setiap hari merupakan hal yang normal. Namun, jika dalam waktu sekitar 3 sampai 5 hari masih juga belum BAB dan muncul gejala ketidaknyamanan pada Si Kecil, Bunda perlu segera membawanya ke dokter.

Pada saat memperkenalkan MPASI, pola buang air besar Si Kecil bisa mengalami perubahan. Ketika Si Kecil mulai menerima makanan padat, sistem pencernaannya akan beradaptasi. Kondisi Inilah yang menyebabkan perubahan dalam frekuensi dan konsistensi buang air besar.

Hal ini sebenarnya kondisi wajar selama Si Kecil tidak menunjukkan gejala ketidaknyamanan, seperti perut kembung, menurunnya nafsu makan, dan kesulitan buang air besar.

Tips MPASI Untuk Kelancaran BAB Si Kecil

Bila Bunda merasa Si Kecil nampaknya kesulitan saat BAB usai mengonsumsi MPASI, ada beberapa cara yang bisa Bunda lakukan untuk memastikan hal ini bisa diatasi dengan memberikan bahan makanan yang bisa membantu sistem pencernaan Si Kecil. Coba gunakan perasan buah pir, plum, atau apel yang disinyalir dapat membantu kotoran Si Kecil menjadi lebih lunak dan mudah dikeluarkan.

Demikian Bunda, hal yang perlu Bunda ketahui perihal frekuensi pup Si Kecil pasca MPASI atau selama MPASI. Selain apa yang dikonsumsi oleh Si Kecil, Bunda juga harus memperhatikan makanan apa saja yang Bunda konsumsi, terutama bila Si Kecil masih diberikan ASI eksklusif. Apapun yang Bunda makan, akan mengalir ke tubuh Si Kecil melalui ASI yang Bunda berikan. Oleh sebab itu, sebaiknya Bunda juga banyak mengonsumsi makanan sehat dan menerapkan gaya hidup sehat.

Apabila Bunda ingin cari tahu lebih lanjut soal bahaya atau tidaknya apabila bayi tiba-tiba tidak lancar BAB, baca konten berikut yuk: Bayi Mendadak Susah BAB, Bahayakah?





medical record

Berapa Besar Risiko Alergi Si Kecil?



Cari Tahu