Bunda yang baru pertama kali memiliki anak, mungkin merasa bingung, "Mengapa bayi sering BAB?" Ini adalah pertanyaan yang wajar, mengingat bayi seringkali BAB sebanyak 6-10 kali sehari, terutama pada bulan pertama.
Bayi sering BAB ini terutama karena bayi banyak menyusu. Dari ASI yang diminumnya, bayi menerima banyak makanan dan cairan, sehingga BAB-nya banyak. Bayi akan sering BAB seperti ini setidaknya sampai usianya mencapai 6 minggu atau 1,5 bulan.
Ada beberapa hal yang perlu Bunda ketahui saat bayi baru lahir, terutama bila ini adalah pertama kalinya Bunda memiliki momongan. Salah satu hal yang perlu diketahui adalah seputar BAB. Tinja merupakan buangan sisa makanan yang tidak tercerna dan diserap oleh tubuh.
Pada bayi, kondisi feses yang dikeluarkan menggambarkan kondisi kesehatannya. Oleh karena itu, penting bagi Bunda untuk mengetahui kondisi seputar BAB bayi agar bisa mendeteksi dan melakukan pencegahan dini terhadap suatu penyakit.
Frekuensi BAB Normal Pada Bayi
Menurut IDAI, normal atau tidaknya BAB sangat bergantung pada usianya. Bayi dengan usia 0-1 bulan normalnya akan BAB lebih sering, bahkan bisa sampai 10 kali dalam sehari. Hal ini terjadi akibat refleks gastrokolik yang masih kuat pada bayi. Refleks tersebut terjadi ketika lambung diisi, usus besar akan terangsang sehingga menimbulkan sensasi ingin BAB.
Jangan langsung cemas bila tinja bayi berwujud cair, berbusa, hingga berbau asam. Menurut Web MD, kondisi ini terjadi lantaran usus bayi belum berfungsi sempurna, sehingga gula susu (laktosa) pun tidak tercerna dengan baik. Gas berbuih yang timbul pada tinja terbentuk karena proses BAB bayi mirip dengan proses fermentasi pada tape ketan.
Laktosa yang tidak sempurna dicerna usus halus kemudian masuk ke usus besar dan difermentasi oleh bakteri. Sementara, bau asam yang timbul terjadi karena asam-asam organik yang terbentuk akibat fermentasi tersebut. Selama bayi menunjukan kenaikan berat badan yang cukup signifikan, dan ia tampak sehat, maka hal tersebut masih normal. Bila berlarut dan bayi kerap rewel serta tidak nyaman, maka segeralah periksakan ke dokter.
Menginjak usia dua bulan, frekuensi BAB pada bayi akan menjadi berkurang. Hal ini cukup normal, karena pada usia tersebut, saluran cerna bayi sedang berkembang. Refleks Gastrokolik mulai kendur, enzim laktase untuk mencerna laktosa sudah mencukupi, fermentasi laktosa juga semakin berkurang sehingga tekstur tinja bayi mulai kental. Cek selengkapnya dalam artikel berikut ya Bun: Gerak Refleks Pada Bayi Baru Lahir, Apa Saja Sih?
Meski demikian karena koordinasi otot yang belum sempurna di sekitar anus, maka tekstur tinjanya tetap lembek. Semua hal ini akhirnya akan membuat frekuensi BAB nya menjadi berkurang.
Frekuensi BAB bayi yang baru lahir berbeda-beda tergantung jenis makanan atau susu yang diberikan. Dengan kata lain, bayi yang diberi ASI dan susu formula bisa memiliki frekuensi BAB yang berbeda.
Berikut ini adalah perbedaan ciri dan frekuensi BAB bayi yang baru lahir berdasarkan jenis susu yang ia konsumsi:
Frekuensi BAB Bayi yang Diberi ASI
Selama 6 minggu pertama, frekuensi BAB saat bayi baru lahir akan cukup sering, terutama setelah diberi ASI. Setidaknya bayi akan BAB 3 kali sehari, tapi frekuensinya terkadang bisa lebih sering hingga 4-12 kali dalam sehari.
Bila fesesnya nampak encer, jangan langsung panik ya Bunda. Hal ini menandakan bahwa ia baru menyerap nutrisi yang terkandung dalam ASI dengan baik. Feses bayi yang diberi ASI memang cenderung lebih encer selama 3 bulan pertama.
Saat kolostrum atau merupakan cairan susu yang keluar sebelum produksi ASI dimulai telah berubah menjadi ASI matang, yaitu sekitar 2-3 hari setelah proses melahirkan, bayi setidaknya akan BAB 2-5 kali dalam sehari. Dan setelah fase mengeluarkan mekonium, warna feses bayi yang diberi ASI akan berubah menjadi hijau kekuningan.
Untuk informasi selengkapnya tentang perubahan frekuensi BAB bayi setelah MPASI, yuk baca artikel ini, Bun: Frekuensi BAB Bayi Berubah Setelah MPASI, Normal Nggak Sih?
Frekuensi BAB Bayi yang Diberi Susu Formula
Bila bayi diberikan susu formula sedari lahir, maka normalnya ia akan memiliki frekuensi BAB 1-4 kali sehari. Namun seiring bertambahnya umur, frekuensinya akan menurun menjadi 2 hari sekali. Konsistensi tinja nya pun kadang berbeda dengan bayi yang diberi ASI.
Bayi yang mengonsumsi susu formula memiliki tinja yang lebih lengket dan padat menyerupai selai kacang. Jika teksturnya lebih keras, Bunda mungkin bisa mengecek apakah bayi mengalami sembelit.
Usai mengeluarkan mekonium, warna feses bayi yang meminum susu formula juga kana berubah menjadi hijau kekuningan, dan hal ini merupakan hal yang wajar.
Frekuensi Bab Bayi Asi Campur Sufor
Frekuensi buang air besar pada bayi yang menerima ASI campur sufor dapat bervariasi tergantung pada respons tubuh bayi. Melansir dari HSE, kombinasi ASI dan susu formula dapat mempengaruhi pencernaan bayi, Bunda.
Beberapa bayi mungkin mengalami proses pencernaan yang lebih lambat atau mengalami konstipasi. Sebab, susu formula tidak dapat dicerna dengan mudah seperti halnya ASI. Maka dari itu, sebaiknya berikan ASI eksklusif kepada bayi.
Jika memberikan ASI eksklusif tidak memungkinkan, maka berkonsultasilah dengan dokter sebelum mengkombinasikan pemberian ASI dan susu formula untuk bayi. Selain itu, sangat penting untuk memastikan bahwa bayi mendapatkan cukup cairan.
Penyebab Perubahan Frekuensi BAB Bayi
Ketika bayi memasuki usia 6 bulan, bayi kemungkinan besar sudah mulai diperkenalkan dengan makanan padat (MPASI). Peralihan ini tentu akan membuat frekuensi BAB serta tekstur feses menjadi berubah. Bukan hanya itu, namun peralihan pemberian ASI ke susu formula juga bisa menyebabkan perubahan pada frekuensi BAB, tekstur tinja, ataupun warna BAB pada bayi.
Jika bayi sebelumnya diberi ASI, frekuensi BABnya akan lebih sering saat sudah mengonsumsi makanan padat. Sedangkan pada bayi yang diberi susu formula, frekuensi BAB akan menjadi 1-2 kali dalam sehari setelah diperkenalkan dengan makanan padat.
Ketika memulai MPASI, konsistensi feses yang awalnya mungkin encer akan mulai berbentuk seperti selai kacang, tekstur lebih keras dibanding sebelumnya, dan baunya akan tercium lebih kuat.
Tanda-tanda Pada BAB Bayi yang Harus Diwaspadai
Meskipun merupakan hal yang normal bagi bayi untuk memiliki frekuensi BAB yang sering, namun Bunda juga tidak boleh lengah dan memastikan bayi tetap sehat dan tidak sedang menunjukan gejala ia tengah sakit.
Segera bawa bayi untuk menemui dokter bila bayi memiliki gejala berikut ini:
- Fesesnya berwarna kehitaman, cerah atau berwarna putih, merah marun atau bahkan mengeluarkan darah
- BAB 3-4 kali lebih banyak dari biasanya dan mengandung lendir atau mencret
- Lemas dan kurang mau minum atau makan
- Tidak aktif seperti biasanya
- Bibir terlihat kering
- Menangis dan rewel
Bunda juga harus waspada saat frekuensi BAB bayi yang sebelumnya sering menjadi jarang. Apalagi jika disertai dengan konsistensi feses yang keras, kering, dan bayi terlihat sulit mengeluarkannya.
Selain itu, jika duburnya merah, perlu diteliti lebih jauh ya, Bunda, karena mungkin ada risiko infeksi pada duburnya. Lihat di sini yuk untuk mengetahui bagaimana menanggulangi duburnya ini: Dubur Bayi Merah, Bagaimana Mengatasinya?
Bila Bunda merasa frekuensi BAB bayi berhubungan erat dengan reaksi alergi yang mungkin dimilikinya, maka ada baiknya bila Bunda segera memeriksakannya ke dokter.
Bunda bisa memeriksakannya secara gratis di Tes Alergi Morinaga Soya, untuk mengetahui seberapa besar resiko bayi mengalami alergi. Setelah mengetahuinya akan lebih mudah bagi Bunda untuk mengantisipasi kondisi bayi. Yuk coba tes alergi pada Si Kecil, dengan klik halaman berikut: Cek Alergi