Beranda Artikel 0-12 Bulan Inilah Frekuensi BAB Normal Bayi Usia 0-1 Bulan

Inilah Frekuensi BAB Normal Bayi Usia 0-1 Bulan

2023/07/28 - 07:39:40pm     oleh Morinaga Soya
Bayi baru lahir sering BAB

Frekuensi buang air besar atau BAB normal bayi usia 0-1 bulan bisa dari dua hingga sepuluh kali dalam sehari, terutama pada bulan pertama kelahirannya.

Tingginya frekuensi BAB pada periode awal kelahirannya ini disebabkan kondisi pencernaan yang masih menyesuaikan dengan aktivitas menyusu. Dari ASI yang diminumnya, bayi menerima banyak makanan dan cairan, sehingga BAB-nya banyak. Bayi akan sering BAB seperti ini setidaknya sampai usianya mencapai 6 minggu atau 1,5 bulan.

Frekuensi BAB bayi baru lahir dapat memberikan gambaran terkait kondisi kesehatan mereka. Misalnya dengan sering mengecek kondisi popok bayi, orang tua bisa mengetahui apakah bayi cukup ASI atau tidak.

Artikel berikut ini akan menjelaskan seperti apa frekuensi BAB normal pada bayi yang baru lahir hingga karakteristik kotoran bayi yang minum ASI hingga susu formula. Baca selengkapnya yuk.

Frekuensi BAB Normal Pada Bayi Baru Lahir

Pada 24 hingga 48 jam pertama, bayi yang baru lahir akan mengeluarkan feses berwarna hijau tua kehitaman yang disebut mekonium. Feses ini mengandung berbagai macam hal yang tersisa di dalam usus bayi, seperti sel, lendir, empedu, cairan ketuban,, dan rambut halus janin.

Bayi baru lahir cenderung BAB lebih sering, bisa 2 hingga 5 kali setiap harinya, atau bahkan BAB setiap selesai menyusu. Menurut IDAI, bayi yang baru lahir bahkan bisa BAB sampai 10 kali dalam sehari. Hal ini terjadi akibat meningkatnya pergerakan usus besar yang terjadi saat bayi selesai makan, yang menyebabkan bayi cenderung segera BAB setelah makan.

Jika Bunda menemukan kondisi tinja bayi berwujud cair, berbusa, hingga berbau asam. Tidak perlu cema ya, kondisi ini terjadi lantaran usus bayi belum berfungsi sempurna, sehingga laktosa atau gula susu tidak tercerna dengan baik.

Laktosa yang tidak sempurna dicerna usus halus kemudian masuk ke usus besar dan difermentasi oleh bakteri. Sementara, bau asam yang timbul terjadi karena asam-asam organik yang terbentuk akibat fermentasi tersebut.

Memasuki usia 6 minggu hingga tiga bulan, frekuensi BAB pada bayi menjadi berkurang. Sebagian bisa BAB satu kali dalam sehari, sebagian lagi bahkan bisa hanya BAB satu kali dalam satu minggu. Selama bayi menunjukan kenaikan berat badan yang cukup signifikan, dan ia tampak sehat, maka hal tersebut masih normal.

Frekuensi BAB Normal Pada Bayi Berdasarkan Jenis Susu yang Diminum

Frekuensi BAB bayi yang baru lahir berbeda-beda tergantung jenis makanan atau susu yang diberikan. Dengan kata lain, bayi yang diberi ASI dan susu formula bisa memiliki frekuensi BAB yang berbeda.

Berikut ini adalah perbedaan ciri dan frekuensi BAB bayi yang baru lahir berdasarkan jenis susu yang ia konsumsi:

Bayi yang Diberi ASI

Selama 6 minggu pertama, frekuensi BAB saat bayi baru lahir akan cukup sering, terutama setelah diberi ASI. Setidaknya bayi akan BAB 3 kali sehari, tapi frekuensinya terkadang bisa lebih sering hingga 4-12 kali dalam sehari.

Bila fesesnya nampak encer, jangan langsung panik ya Bunda. Hal ini menandakan bahwa ia baru menyerap nutrisi yang terkandung dalam ASI dengan baik. Feses bayi yang diberi ASI memang cenderung lebih encer selama 3 bulan pertama.

Saat kolostrum atau merupakan cairan susu yang keluar sebelum produksi ASI dimulai telah berubah menjadi ASI matang, yaitu sekitar 2-3 hari setelah proses melahirkan, bayi setidaknya akan BAB 2-5 kali dalam sehari. Dan setelah fase mengeluarkan mekonium, warna feses bayi yang diberi ASI akan berubah menjadi hijau kekuningan.

Bayi yang Minum Susu Formula

Bila bayi diberikan susu formula sedari lahir, maka normalnya ia akan memiliki frekuensi BAB 1-4 kali sehari. Namun seiring bertambahnya umur, frekuensinya akan menurun menjadi 2 hari sekali. Konsistensi tinja nya pun kadang berbeda dengan bayi yang diberi ASI.

Bayi yang mengonsumsi susu formula memiliki tinja yang lebih lengket dan padat menyerupai selai kacang. Jika teksturnya lebih keras, Bunda mungkin bisa mengecek apakah bayi mengalami sembelit.

Usai mengeluarkan mekonium, warna feses bayi yang meminum susu formula juga kana berubah menjadi hijau kekuningan, dan hal ini merupakan hal yang wajar.

Bayi yang Minum ASI dan Susu Formula

Frekuensi buang air besar pada bayi yang menerima ASI campur sufor dapat bervariasi tergantung pada respons tubuh bayi. Melansir dari HSE, kombinasi ASI dan susu formula dapat memengaruhi sistem pencernaan bayi, Bunda.

Beberapa bayi mungkin mengalami proses pencernaan yang lebih lambat atau mengalami konstipasi. Sebab, susu formula tidak dapat dicerna dengan mudah seperti halnya ASI. Maka dari itu, sebaiknya berikan ASI eksklusif kepada bayi.

Jika memberikan ASI eksklusif tidak memungkinkan, maka berkonsultasilah dengan dokter sebelum mengkombinasikan pemberian ASI dan susu formula untuk bayi. Selain itu, sangat penting untuk memastikan bahwa bayi mendapatkan cukup cairan.

Dari segi frekuensi BAB, ternyata ada perbedaan antara bayi yang diberi asupan ASI eksklusif dan susu pertumbuhan. Bunda, untuk mengetahui lebih jauh mengenai hal ini, yuk, baca artikelnya berikut ini: Bayi Sering BAB, Sebab dan Hal yang Perlu Diwaspadai.

Sistem Pencernaan Bayi di Usia Awal

Terkait dengan asupan bayi yang eksklusif hanya membutuhkan susu serta frekuensi BAB-nya, maka Bunda perlu memahami juga seperti apa sistem pencernaan bayi di usia-usia awalnya ini. Rupanya, perut bayi berukuran sangat kecil dan pada umur ini bahkan hanya berukuran sebesar kelereng. Pada masa ini sistem pencernaannya belum terbiasa menerima apapun selain yang dahulunya berasal dari plasenta, sehingga wajar bila bayi akan kehilangan sekitar 10% dari berat badannya setelah lahir.

Ukuran perutnya yang kecil menjadikannya perlu menerima asupan susu yang sering, baik itu dari ASI ataupun susu pertumbuhan. Kemudian, setelah beberapa hari, barulah perutnya berkembang hingga seukuran bola ping pong, meskipun daya tampungnya pun masih terbatas hingga 60 ml saja.

Seiring berjalannya waktu, bayi mungkin saja menunjukkan ketertarikan pada makanan padat, namun bukan berarti Bunda boleh memberikannya begitu saja. Ini dikarenakan sistem pencernaannya belum berkembang sempurna. Badannya belum mampu untuk memproduksi enzim yang cukup untuk mencerna tepung-tepungan, dan ini baru akan tercapai di usianya yang memasuki 6 bulan.

Penyebab Perubahan Frekuensi BAB Bayi

Ketika bayi memasuki usia 6 bulan, bayi kemungkinan besar sudah mulai diperkenalkan dengan makanan padat (MPASI). Peralihan ini tentu akan membuat frekuensi BAB serta tekstur feses menjadi berubah. Bukan hanya itu, namun peralihan pemberian ASI ke susu formula juga bisa menyebabkan perubahan pada frekuensi BAB, tekstur tinja, ataupun warna BAB pada bayi.

Jika bayi sebelumnya diberi ASI, frekuensi BABnya akan lebih sering saat sudah mengonsumsi makanan padat. Sedangkan pada bayi yang diberi susu formula, frekuensi BAB akan menjadi 1-2 kali dalam sehari setelah diperkenalkan dengan makanan padat.

Ketika memulai MPASI, konsistensi feses yang awalnya mungkin encer akan mulai berbentuk seperti selai kacang, tekstur lebih keras dibanding sebelumnya, dan baunya akan tercium lebih kuat.

Untuk informasi selengkapnya tentang perubahan frekuensi BAB bayi setelah MPASI, yuk baca artikel ini, Bun: Frekuensi BAB Bayi Berubah Setelah MPASI, Normal Nggak Sih?

Tanda-tanda Pada BAB Bayi yang Harus Diwaspadai

Meskipun merupakan hal yang normal bagi bayi untuk memiliki frekuensi BAB yang sering, namun Bunda juga tidak boleh lengah dan memastikan bayi tetap sehat dan tidak sedang menunjukan gejala ia tengah sakit.

Segera bawa bayi untuk menemui dokter bila bayi memiliki gejala berikut ini:

  • Fesesnya berwarna kehitaman, cerah atau berwarna putih, merah marun atau bahkan mengeluarkan darah.
  • BAB 3-4 kali lebih banyak dari biasanya dan mengandung lendir atau mencret
  • Lemas dan kurang mau minum atau makan
  • Tidak aktif seperti biasanya
  • Bibir terlihat kering
  • Menangis dan rewel

Bunda juga harus waspada saat frekuensi BAB bayi yang sebelumnya sering menjadi jarang. Apalagi jika disertai dengan konsistensi feses yang keras, kering, dan bayi terlihat sulit mengeluarkannya.

Selain itu, jika duburnya merah, perlu diteliti lebih jauh ya, Bunda, karena mungkin ada risiko infeksi pada duburnya. Lihat di sini yuk untuk mengetahui bagaimana menanggulangi duburnya ini: Dubur Bayi Merah, Bagaimana Mengatasinya?

Referensi:

IDAI. Tinja Bayi: Normal atau Tidak?
https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/tinja-bayi-normal-atau-tidak-bagian-1 (Diakses pada 21 Maret 2024)

Medical News Today. How often should a newborn poop? https://www.medicalnewstoday.com/articles/how-often-should-a-newborn-poop (Diakses pada 21 Maret 2024)





medical record

Berapa Besar Risiko Alergi Si Kecil?



Cari Tahu
bannerinside bannerinside
allysca