Bunda pasti kaget dan bingung ketika bayi menjadi sering BAB, apakah ini hal yang normal atau justru merupakan indikasi Si Kecil tengah mengalami diare. Nah Bunda sebelum menjadi panik dan menduga-duga, Bunda perlu mengetahui bahwa frekuensi BAB bayi ternyata berbeda-beda. Frekuensi ini bergantung dari faktor seperti tahap proses perkembangannya ataupun dari umur Si Kecil.
Mengganti popok Si Kecil memang membuat Bunda mau tak mau berhadapan dengan feses Si Kecil. Namun, jangan salah Bunda, ternyata mengobservasi serta memantau popok Si Kecil ini amat penting dilakukan loh. Pasalnya, kondisi kesehatan Si Kecil bisa dipantau lewat kondisi fesesnya. Sehingga, penting bagi Bunda untuk bisa mendeteksi apakah terdapat anomali dalam frekuensi BAB bayi baik pada tekstur ataupun warna pupnya, apakah berbeda dari biasanya.
Ragam pertanyaan mulai dari apakah Si Kecil terhidrasi dengan baik, mendapatkan cukup ASI, atau malah saat ada penyakit yang mungkin perlu diwaspadai bisa terjawab dari keadaan feses Si Kecil. Tapi seberapa seringkah frekuensi BAB bayi yang terbilang normal dan bagaimanakah sebenarnya tanda ? Yuk Bunda simak penjelasannya.
Frekuensi BAB Bayi
Frekuensi buang air besar pada bayi tidak akan selalu sama bisa sering atau bahkan bisa jarang, dan penyebabnya bergantung dari banyak hal, mulai dari usianya, kondisi kesehatan, dan apakah bayi diberi ASI eksklusif atau diberikan susu formula. Berikut perbedaannya:
Frekuensi BAB Bayi Baru Lahir
Melansir dari laman Healthline, dikatakan bahwa pada bayi yang baru lahir, selama setidaknya 4 hari pertama kehidupannya, ia akan mengeluarkan feses pertama yang biasa disebut dengan mekonium. Mekonium ini biasanya memang cenderung memiliki warna hijau gelap dengan tekstur yang cukup lengket.
Keadaan mekonium yang berwarna gelap ini terjadi karena adanya campuran cairan ketuban, sel darah merah, bilirubin, lendir, dan juga sel kulit mati. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu yang dibarengi dengan pemberian ASI eksklusif kepada Si Kecil, maka kondisi feses juga akan berubah.
Mengutip dari halaman resmi University of Michigan Health, bayi baru lahir ini seringnya akan BAB sebanyak 5-10 kali per hari selama setidaknya hingga 6 minggu pertama hidupnya. Seiring dengan pertambahan umur, maka frekuensi BAB bayi juga akan makin menjadi berkurang. Jika Bunda ingin mengetahui lebih lanjut tentang frekuensi bayi yang baru lahir, baca artikel berikut yuk: Frekuensi BAB Normal Bayi Usia 0-1 Bulan
Frekuensi BAB Bayi ASI Eksklusif
Saat pertama kali Si Kecil lahir, maka otomatis Bunda pasti akan memberikan ASI sebagai makanan utamanya. Usai mengeluarkan mekonium, selama 6 minggu pertama usianya, Si Kecil akan cukup sering BAB apalagi usai diberi ASI.
Mengutip dari laman Parents, Si Kecil yang baru lahir ini akan BAB setidaknya 3 kali sehari atau bahkan lebih sering hingga 4 -12 kali dalam kurun waktu sehari. Bahkan dalam beberapa kasus sering sekali bayi akan langsung BAB usai minum ASI. Ya, hal ini cukup normal ya Bunda. Frekuensi sering ini bukan berarti Si Kecil mengalami diare.
Seperti yang dilontarkan dalam laman The BUMP, mungkin akan ada kalanya juga frekuensi BAB bayi yang mengonsumsi ASI menjadi hanya 2- 3 hari sekali atau bahkan hanya sekali seminggu. Hal ini bisa saja terjadi karena ASI dicerna secara berbeda dibandingkan dengan susu formula.
Pasalnya, komposisi yang terkandung dalam ASI sudah secara alamiah dirancang untuk memenuhi kebutuhan gizi Si Kecil dan mudah terserap ke dalam sistem tubuh setelah dikonsumsi. Jadi cukup masuk akal apabila ekses atau sisa yang dikeluarkan tubuh lewat feses menjadi sangat sedikit.
Kemudian apabila tekstur kotoran Si Kecil tergolong cair, ini menandakan bahwa nutrisi yang terkandung dalam ASI terserap sempurna. Memang teruntuk bayi yang diberi ASI, bukan hanya frekuensi BABnya yang cukup sering tapi fesesnya juga akan lebih cair selama paling tidak 3 bulan pertama.
Setelah 2-3 hari usai Si Kecil lahir, ASI Bunda akan mengalami transisi dari kolostrum ke ASI Matang. Nah di tahap ini biasanya feses bayi akan mulai berubah dari mekonium yang tadinya berwarna gelap atau hijau gelap menjadi hijau kekuningan.
Frekuensi BAB Bayi Susu Formula
Meskipun memberikan ASI eksklusif merupakan suatu hal yang tentu saja diidamkan setiap Bunda, namun tak semua Bunda dapat memberikan ASI eksklusif pada Si Kecil, baik karena alasan medis atau lainnya. Di saat seperti inilah susu formula bisa dijadikan alternatif guna memenuhi kebutuhan harian Si Kecil.
Bagi Si Kecil yang diberikan susu formula, umumnya frekuensi BABnya berkisar di antara 1 hingga 4 kali dalam sehari. Ketika Si Kecil mulai beranjak menuju usia 1 bulan, maka frekuensinya bisa menurun menjadi 2 hari sekali. Pada bayi yang diberi susu formula, usai melalui fase mengeluarkan mekonium, maka warna feses bayi akan berubah menjadi hijau kekuningan.
Konsistensi fesesnya juga akan terlihat padat dan lengket serupa dengan selai kacang. Tapi, Bunda perlu memperhatikan teksturnya, apabila terlihat keras dan kering, maka mungkin saja Si Kecil mengalami sembelit. Coba perhatikan apakah Si Kecil kerap kali nampak kesakitan saat BAB atau tidak, cek juga apakah ia menjadi lebih rewel dari biasanya. Bila memang diperlukan, jangan ragu untuk memeriksakan Si Kecil ke dokter untuk diagnosis yang lebih detil.
Untuk pemilihan susu formula bagi Si Kecil, Bunda juga harus lebih seksama dan teliti dalam memilih. Pastikan Si Kecil tidak memiliki alergi terhadap susu sapi atau memiliki kondisi intoleransi laktosa yang akan membuatnya kesulitan mencerna susu sapi. Supaya lebih yakin perihal riwayat alergi Si Kecil, periksakanlah ke dokter apabila Bunda merasa Si Kecil nampaknya kerap terlihat tak nyaman dan selalu rewel usai mengonsumsi susu sapi.
Namun, bila masih belum yakin untuk memeriksakan Si Kecil ke dokter, Bunda bisa mengecek terlebih dahulu seberapa besar resiko Si Kecil mengalami alergi susu sapi sejak dini di sini. Usai mengetahui resikonya, mungkin Bunda akan lebih mantap dalam mengambil langkah penanganan selanjutnya.
Apabila Si Kecil memang tidak cocok mengonsumsi susu formula berbasis susu sapi, maka Bunda bisa mencoba beberapa alternatif susu formula lainnya. Salah satu alternatif yang paling populer digunakan adalah susu sapi berbahan dasar kacang kedelai seperti Morinaga Chil Kid Soya MoriCare Triple Bifidus untuk anak usia 1 tahun, yang terbuat dari isolat protein kedelai, sehingga sangat aman dikonsumsi Si Kecil dengan alergi susu sapi ataupun kondisi intoleransi laktosa.
Frekuensi BAB Bayi MPASI
Memasuki usia 6 bulan, maka Si Kecil sudah bisa diberikan makanan padat atau MPASI. Tentu saja saat pemberian MPASI ini akan ada perubahan baik pada frekuensi, tekstur, maupun warna feses Si Kecil. Peralihan makanan dari yang hanya mengonsumsi cairan hingga ke makanan padat pasti akan mempengaruhi sistem pencernaan Si Kecil.
Tapi, normalnya bayi yang sudah diberi MPASI akan memiliki tekstur feses yang lebih padat dan tak jarang Bunda akan menemukan makanan yang tak tercerna secara sempurna. Menurut laman Parents, hal ini cukup wajar terjadi mengingat bayi cenderung tidak dapat mengunyah makanan layaknya orang dewasa dan makanan tercerna dengan cepat di saluran cerna.
Bayi juga akan lebih cenderung mengalami sembelit atau sulit BAB memasuki masa MPASI. Oleh karenanya Bunda perlu memilah menu Si Kecil dan menyeimbangkan antara asupan serat di dalam MPASI serta penuhi kecukupan cairan supaya pencernaan Si Kecil bisa tetap terjaga kesehatannya.
Tanda-Tanda pada BAB yang Perlu Diwaspadai
Baik frekuensi maupun konsentrasi feses Si Kecil akan cenderung dinamis seiring dengan pertambahan usia juga kebiasaan makan mereka. Namun, ada beberapa hal yang bisa Bunda waspadai sebagai salah satu pertanda Si Kecil mungkin saja mengalami hal yang lebih serius. Bunda perlu mewaspadai gejala seperti berikut:
- BAB lebih banyak dari biasa, dan feses banyak mengandung lendir ataupun mencret
- Feses Si Kecil berwarna kehitaman, merah marun atau terdapat bercak darah, berwarna cerah atau putih
- Bayi terlihat lemas dan menolak makan ataupun minum
- Tidak aktif seperti biasa
- Bibir tampak kering dan pucat
- Menangis tanpa mengeluarkan air mata. Hal ini bisa menjadi pertanda Si Kecil mengalami dehidrasi
- Terlihat tidak nyaman dan lebih rewel dari biasa
Apabila Bunda melihat Si Kecil sedikitnya menunjukan ciri di atas, maka jangan ragu ataupun menunda membawa Si Kecil dengan segera ke rumah sakit terdekat untuk ditangani dengan dengan tepat.
Pada dasarnya, frekuensi BAB bayi baik sering maupun tidak terkadang sulit untuk diprediksi dan tergantung dari masing-masing bayi. Paling penting, selama perut Si Kecil tidak keras, ia terlihat senang, merespon terhadap interaksi yang dilakukan oleh Bunda, tidak tampak kesakitan, ataupun rewel terus menerus, maka mungkin memang tak ada yang perlu Bunda khawatirkan. Apalagi bila berat badan Si Kecil juga kerap bertambah. Semoga tips di atas membantu ya, Bunda.
Namun jika berat badan Si Kecil terus menurun, Bunda bisa mempelajari bagaimana langkah untuk menaikkannya dengan aman di artikel berikut: Cara Aman Menaikkan Berat Badan Bayi ASI.