Si Kecil yang sering buang air besar (BAB), tapi hanya mengeluarkan sedikit feses saja, tentu membuat Bunda bingung. Apakah BAB seperti ini masih normal atau sudah menandakan masalah pencernaan pada Si Kecil? Untuk menjawabnya, yuk cari tahu dulu mengapa ia sering buang air besar seperti ini dalam uraian berikut.
Penyebab Bayi Sering BAB Sedikit-Sedikit
Sering BAB itu normal, sebab memang sebagian besar waktu Si Kecil dihabiskan dengan tidur dan menyusu. Bahkan, tidak jarang juga ia BAB saat sedang disusui, lalu kemudian BAB lagi ketika sudah selesai menyusu.
Selama ia terlihat nyaman, keinginan menyusu tetap kuat, dan berat badannya pun bertambah secara sehat, maka Bunda tidak perlu khawatir mengenai frekuensi BAB si Kecil.
Jika ia diberikan ASI, tinjanya akan menjadi lebih encer daripada feses bayi yang minum susu formula.
Sebaliknya, Bunda perlu waspada apabila Si Kecil terlihat rewel, dan fesesnya lebih keras, berlendir, atau bahkan berdarah. Kondisi tersebut dapat diakibatkan oleh beberapa hal, seperti:
- Perubahan pola makan
- Penyesuaian dengan kapasitas lambung bayi
- Infeksi virus atau bakteri pada pencernaan
- Sembelit
- Refleks gastrokolik
- Sistem pencernaan yang masih berkembang
Jika kondisi ini terjadi, maka sebaiknya Bunda segera berkonsultasi pada dokter. Dari gejala-gejala tadi, Bunda juga perlu mengantisipasi bahwa Si Kecil mengalami intoleransi laktosa, sehingga mengalami BAB yang demikian.
Kenali juga seperti apa gejala bayi yang mengalami intoleransi laktosa di sini, Bun: Intoleransi Laktosa pada Bayi: 6 Gejala yang Harus Diketahui.
Frekuensi BAB Bayi
Frekuensi buang air besar pada bayi tidak akan selalu sama, bisa sering atau bahkan bisa jarang. Penyebabnya bergantung terhadap banyak hal, seperti usianya, kondisi kesehatannya, dan apakah ia diberi ASI eksklusif atau diberikan susu formula. Berikut adalah perbedaannya:
Bayi Baru Lahir
Pada 4 hari pertama kehidupannya, bayi yang baru lahir akan mengeluarkan feses pertamanya (atau disebut dengan mekonium), yang berwarna hijau gelap dengan tekstur cukup lengket.
Mekonium ini berwarna gelap karena bercampur dengan cairan ketuban, sel darah merah, bilirubin, lendir, dan juga sel kulit mati. Akan tetapi, seiring pemberian ASI eksklusif kepada Si Kecil, maka kondisi feses akan berubah menjadi feses orang-orang pada umumnya.
Bayi yang baru lahir akan BAB sebanyak 5-10 kali per hari selama setidaknya hingga 6 minggu pertama hidupnya. Seiring dengan pertambahan umur, maka frekuensi BAB-nya juga akan berkurang. Untuk memahami lebih dalam lagi tentang frekuensi BAB yang normal pada bayi yang baru lahir, baca artikel di sini yuk: Inilah Frekuensi Normal Bayi Usia 0-1 Bulan
Bayi ASI Eksklusif
Frekuensi BAB bayi yang meminum ASI eksklusif umumnya 4-10 kali sehari dalam 3 bulan pertama kehidupannya, dan ini bukanlah pertanda diare.
Namun, terkadang frekuensinya juga dapat berkurang hingga 2-3 kali sehari, dan ini pun normal. Penyebabnya, kandungan ASI yang diminumnya begitu mudah terserap oleh ususnya, sehingga sisa makanan yang dikeluarkan melalui feses pun menjadi sangat sedikit.
Selain itu, penting juga untuk mengenali tekstur dan warna feses Si Kecil. Feses yang cenderung lengket menunjukkan ASI terserap sempurna. Warna feses juga mulai berubah dibanding ketika baru lahir, yaitu dari warna gelap berubah menjadi hijau kekuningan.
Bunda juga dapat mengetahui kesehatannya dari fesesnya. Yuk, simak informasi selengkapnya di sini: Wajib Tahu Cara Deteksi Kesehatan Si Kecil Lewat Feses
Bayi Susu Formula
Dibandingkan dengan bayi ASI, frekuensi BAB bayi yang diberi susu formula umumnya lebih sedikit, yaitu 1-4 kali sehari. Konsistensi fesesnya pun terlihat lebih padat.
Melalui teksturnya, Bunda bisa mengenali kondisi kesehatan Si Kecil. Jika fesesnya keras dan kering, umumnya ini adalah pertanda sembelit. Untuk memastikan apakah sembelit ini mengganggunya, Bunda perlu mengamati apakah ia tampak lebih rewel dan sering kesakitan saat BAB.
Bayi MPASI
Pada fase MPASI ini, frekuensi BAB Si Kecil mulai bervariasi, tetapi umumnya sekitar 1-2 kali dalam 1-2 hari pula. Penyebab perubahan frekuensi ini adalah peralihan makanan dari kebiasaan yang hanya mengonsumsi cairan kepada kebiasaan mengonsumsi makanan padat. Dampaknya, sistem pencernaannya ikut terpengaruh.
Tekstur fesesnya akan menjadi lebih padat dan kadang-kadang Bunda akan menemukan makanan yang tidak tercerna dengan sempurna.
Kadang-kadang, ia juga lebih sering mengalami sembelit atau sulit BAB. Oleh karena itu, Bunda perlu memilah menunya dan mengimbangi asupan serat dan kecukupan cairan, agar pencernaan Si Kecil tetap sehat.
Agar pemberian MPASI tepat, Bunda perlu memahami dulu tahapan MPASI yang terkait asupan dan tekstur makanannya. Untuk memahami tahapan ini, baca di sini, yuk Bun: Tahapan Tekstur MPASI untuk Bayi Usia 6-12 Bulan
Warna BAB Bayi
Warna feses Si Kecil berkaitan erat dengan kondisi kesehatannya. Berikut beberapa warna feses yang sering ditemui.
- Merah. Jika Bunda mengonsumsi makanan yang mengandung pewarna makanan dan beberapa jenis obat-obatan tertentu dan Bunda masih menyusui, maka feses Si Kecil dapat menjadi berwarna merah. Namun, warna merah juga dapat disebabkan adanya darah dalam saluran cerna yang terjadi karena sembelit.
- Kuning. Warna ini merupakan warna feses yang normal pada bayi yang mengonsumsi ASI. Tetapi jika rona kuningnya memucat, umumnya ini merupakan warna khas anak yang mengonsumsi susu formula.
- Hijau Gelap. Feses dengan warna ini disebut mekonium atau feses pertama bayi. Kondisi warna feses ini termasuk normal
- Hitam. Warna hitam menandakan perdarahan internal yang perlu segera ditolong dokter.
- Putih. Warna feses ini menunjukkan masalah kesehatan, seperti gangguan liver yang menyebabkan sumbatan cairan empedu.
Apakah Bayi Sering BAB Tanda Diare?
Selama frekuensi BAB masih dalam batas normal, sering BAB bukanlah pertanda Si Kecil mengalami diare. Si Kecil dikatakan diare ketika buang air besarnya lebih cair dan buang air besar cair ini terjadi sebanyak lebih dari 3 kali sehari.
Saat Si Kecil menunjukkan gejala tersebut, Bunda perlu menjaga asupan cairan agar tetap terhidrasi dengan memberikan ASI.
Tanda-Tanda pada BAB yang Perlu Diwaspadai
Baik frekuensi maupun konsentrasi feses Si Kecil akan cenderung dinamis seiring dengan pertambahan usia juga kebiasaan makan mereka. Namun, ada beberapa tanda yang bisa Bunda waspadai bahwa Si Kecil mungkin sedang jatuh sakit, antara lain:
- Diare
- Feses Si Kecil yang berwarna kehitaman, merah, atau putih
- Bibir yang tampak kering
- Menangis tanpa mengeluarkan air mata
- Tidak mau makan ataupun minum
Apabila Si Kecil menunjukkan tanda-tanda ini, Bunda harus segera membawanya ke rumah sakit terdekat untuk ditangani dengan dengan tepat.
Peran Bakteri Baik Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
Melansir dari situs Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), perlu dipahami bahwa saluran pencernaan Si Kecil merupakan benteng pertahanan dari pengaruh lingkungan luar tubuh. Sebagai pertahanan, saluran pencernaan ini berfungsi menghadapi mikroba yang dapat menyebabkan penyakit. Selain itu, saluran ini juga mengatur tubuh agar lebih toleran terhadap alergen.
Untuk menjalankan fungsi pertahanan ini, di dalam saluran pencernaan, terdapat banyak bakteri baik seperti Bifidobacteria dan Lactobacillus yang mendukung kesehatan pencernaan. Apabila Si Kecil mengonsumsi ASI, ia akan memperoleh tambahan Bifidobacteria, karena bakteri ini juga terdapat di dalam ASI.
Keberadaan Bifidobacteria membantu daya tahan Si Kecil terhadap mikroba, dengan mencegah infeksi yang dapat menyebabkan diare. Jadi, apabila Si Kecil mendapatkan asupan yang penuh nutrisi, terutama ASI eksklusif, maka umumnya pencernaannya akan selalu sehat.
Bunda, apapun frekuensi BAB bayi, selama ia masih aktif dan tampak gembira serta mengalami peningkatan pertumbuhan berat badan yang teratur, maka sebetulnya Bunda tak perlu mengkhawatirkannya. Namun, kadang-kadang Bunda dapat menjadi risau apabila buang air besarnya baik-baik saja, dan Bunda merasa telah memberikan ASI dengan rutin dan mengonsumsi banyak nutrisi, tetapi berat badan Si Kecil tidak kunjung bertambah.
Bunda dapat mencoba beberapa cara untuk meningkatkan berat badannya agar ia dapat bertumbuh dengan optimal meskipun ia masih menyusu eksklusif. Yuk, ketahui cara menambah berat badannya di sini: Cara Aman Menaikkan Berat Badan Bayi ASI Eksklusif.
Referensi:
Ikatan Dokter Anak Indonesia IDAI. Tinja Bayi: Normal atau Tidak? Diakses pada tanggal 21 Maret 2024.
https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/tinja-bayi-normal-atau-tidak-bagian-1
Ikatan Dokter Anak Indonesia IDAI. Saluran Cerna, Benteng Kesehatan Anak (Bagian 1). Diakses pada tanggal 27 Juni 2024.
https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/saluran-cerna-benteng-kesehatan-anak-bagian-i
Baby Center. Is it normal that my newborn poops after every feeding? Diakses pada tanggal 21 Maret 2024.
https://www.babycenter.com/baby/diapering/is-it-normal-for-my-baby-to-poop-after-every-feeding_3652446