Si Kecil yang masih bayi dapat menjadi susah buang air besar (atau konstipasi) karena fesesnya menjadi keras dan kering, sehingga sulit untuk dikeluarkan. Kondisi ini biasanya terjadi saat ia mengalami perubahan pola makan, seperti beralih dari ASI kepada susu sapi atau mulai makan makanan padat.
Setiap bayi memiliki pola dan frekuensi buang air besar yang berbeda, sehingga memungkinkan untuk mengalami masalah ini. Namun, jika fesesnya keras dan ia tampak kesakitan saat BAB, bisa jadi itu adalah tanda konstipasi. Yuk, baca lebih lanjut tentang penyebab dan cara mengatasinya di sini.
Penyebab
Ketika Si Kecil mengalami kesulitan buang air besar atau sembelit, banyak faktor yang bisa menjadi pemicunya. Dengan memahami berbagai penyebabnya dengan baik, Bunda dapat melakukan penanganan yang tepat dan sesuai dengan anjuran.
Kurangnya Asupan Cairan
Salah satu penyebab umum kesulitan ini adalah kurangnya asupan cairan yang seharusnya mampu menjaga kelancaran sistem pencernaan. Ketika tubuh tidak mendapatkan cukup cairan, usus besar akan menyerap lebih banyak air dari tinja, sehingga feses menjadi keras dan sulit dikeluarkan.
Jika ia tidak mendapatkan cukup ASI, susu pertumbuhan, atau air (jika sudah makan padat) lebih rentan mengalami sembelit.
Apabila ia masih menyusui, biasanya ASI memberikan cairan yang cukup untuk mendukung pencernaan. Namun, jika ia mulai mengurangi asupan ASI, risiko sembelit bisa meningkat. Pastikan Bunda selalu memantau asupan cairannya agar sesuai dengan usianya, terutama jika cuaca panas atau ia sedang aktif bergerak lebih banyak dari biasanya.
Jika sudah memasuki usia 6 bulan, maka sebaiknya Bunda mengetahui frekuensi BAB bayi di sini: Warna dan Frekuensi BAB Bayi 6 Bulan.
Perubahan Pola Makan
Ketika Si Kecil mulai beralih dari ASI ke makanan padat, perubahan pola makan juga sering menyebabkan susahnya buang air besar. Sistem pencernaan yang mungkin belum sepenuhnya siap untuk mencerna makanan baru menyebabkan feses menjadi keras dan sulit dikeluarkan. Makanan padat yang kurang serat seperti nasi, roti putih, atau makanan olahan bisa memperburuk kondisi ini.
Karena ia baru mulai mencoba makanan padat, mungkin ia belum terbiasa dengan tekstur atau rasa makanan yang lebih kasar. Oleh karena itu, penting untuk memperkenalkan makanan yang kaya serat, seperti buah-buahan dan sayuran secara perlahan. Perlu Bunda ketahui bahwa serat membantu melunakkan feses dan memudahkan proses buang air besar, sehingga mengurangi risiko sembelitnya.
Intoleransi Makanan
Intoleransi terhadap makanan tertentu juga dapat mempersulit buang air besar. Ia mungkin sensitif terhadap makanan yang dikonsumsinya, seperti susu sapi atau produk olahan susu. Ketika tubuh tidak dapat mencerna makanan dengan baik, sistem pencernaan bisa terganggu dan menyebabkan konstipasi.
Bunda mungkin perlu memperhatikan apakah ia mengalami sembelit setelah mengonsumsi makanan tertentu atau tidak. Jika sembelit berulang terjadi setelah makan jenis makanan tertentu, bisa jadi ia mengalami intoleransi makanan. Untuk itu, penting agar rutin berkonsultasi dengan dokter untuk mengetahui tindakan apa yang perlu dilakukan agar dapat menyesuaikan pola makan yang dibutuhkannya.
Tidak Cocok Susu Sapi
Ia mungkin mengalami kesulitan buang air besar karena tidak cocok dengan susu sapi. Hal itu terjadi karena susu sapi mengandung protein yang bisa jadi sulit dicerna oleh anak-anak tertentu, terutama mereka yang sistem pencernaannya sensitif.
Reaksi ini dapat menyebabkan feses keras dan konstipasi serta perut yang kembung atau tidak nyaman. Selain itu, kandungan laktosa pada susu sapi juga mungkin menyebabkan masalah pencernaan padanya, terutama jika ia intoleran terhadap laktosa.
Jika Bunda merasa bahwa susu sapi menyulitkan Si Kecil untuk sulit buang air besar, coba perhatikan reaksinya setelah mengonsumsi produk susu tersebut. Apabila gejala terus berlanjut, Bunda dapat mencari alternatif susu yang lebih cocok, seperti susu yang rendah laktosa atau susu berbahan dasar soya yang aman untuknya. Mari pelajari tentang keunggulan susu soya di sini: Mengenal Susu Pertumbuhan Berbahan Susu Soya.
Gejala
Setiap bayi memiliki frekuensi buang air besar yang berbeda, sehingga penting untuk memperhatikan tanda-tanda fisik dan perilaku yang menunjukkan adanya masalah pada sistem pencernaannya, bukan hanya melihat dari seberapa sering ia buang air besar.
Berikut adalah beberapa gejala yang perlu Bunda waspadai jika ia mengalami sembelit:
- Feses keras dan kering, berbentuk bulatan kecil atau sangat besar.
- Tampak kesakitan atau mengejan berlebihan saat buang air besar, sering kali wajahnya memerah.
- Perut yang terasa lebih keras saat disentuh, tanda adanya penumpukan feses.
- Bayi menjadi rewel, kurang nafsu makan, atau menolak menyusu.
- Perut terlihat kembung atau lebih besar dari biasanya.
- Muncul sedikit pendarahan di area anus karena tinja yang keras dan sulit dikeluarkan.
Selain ciri-ciri di atas, bayi yang sedang mengalami sembelit juga cenderung lebih rewel dan menangis sambil mengangkat kakinya. Kadang-kadang, jika Bunda memeriksa lebih teliti, Bunda akan menemukan duburnya memerah ketika sedang kesulitan buang air besar. Yuk, lihat sebentar mengenai informasi dubur bayi yang memerah di sini: Dubur Bayi Merah, Bagaimana Mengatasinya?
Cara Mengatasi
Ketika Si Kecil kesulitan buang air besar, Bunda tentu ingin segera memberikan bantuan agar ia kembali merasa nyaman. Terdapat beberapa langkah yang bisa Bunda lakukan untuk membantu melancarkan pencernaannya, mulai dari meningkatkan asupan cairan, memberikan makanan yang tinggi serta, memijat perutnya, hingga mengganti susu sapi dengan susu alternatif lainnya.
Meningkatkan Asupan Cairan
Asupan cairan yang cukup sangat esensial untuk melunakkan feses dan memudahkan bayi saat buang air besar. Jika Si Kecil masih mendapatkan ASI, pastikan ia cukup menyusu sesuai kebutuhannya.
Bayi yang sudah mulai mengonsumsi makanan padat bisa diberikan tambahan cairan, seperti air putih, jus buah yang telah diencerkan. Asupan lain yang bisa dijadikan pilihan adalah pure buah dengan kandungan air yang tinggi, seperti pir atau apel.
Kekurangan cairan sering kali membuat feses menjadi keras dan sulit dikeluarkan. Oleh karena itu, Bunda bisa menambah porsi cairan yang diberikan, terutama ketika cuaca panas atau saat ia sedang aktif. Memberikan ASI lebih sering atau menambah porsi cairan lain bisa membantu melunakkan fesesnya dan mengurangi rasa tidak nyaman.
Memberikan Makanan yang Tinggi Serat
Setelah ia mulai mengonsumsi makanan padat, penting untuk memastikan bahwa ia mendapatkan cukup serat dalam makanannya. Sebab, serat membantu melancarkan pencernaan dan mempermudah proses BAB. Bunda bisa memperkenalkan makanan yang kaya serat seperti pure buah pir, apel, atau sayuran hijau yang dihaluskan.
Jika ia sudah mengonsumsi sereal, pilihlah sereal yang berbahan dasar gandum atau oat. Alasannya adalah sereal dengan berbahan dasar beras cenderung membuat feses menjadi lebih keras. Selain itu, Bunda juga bisa menambahkan makanan seperti bubur ubi atau puree kentang yang kaya karbohidrat, namun tetap memiliki serat yang baik.
Bunda perlu mengetahui secara lengkap mengenai makanan apa saja yang perlu dikonsumsi, dihindari, serta berbagai anjuran lainnya untuk mengatasi sembelit. Yuk, baca penjelasan lengkapnya pada artikel berikut ini: Cara Mengatasi Sembelit pada Bayi yang Sudah MPASI.
Pijat Perut Bayi
Memijat perut dengan lembut bisa menjadi cara yang efektif untuk merangsang pergerakan usus dan membantu melancarkan BAB. Bunda dapat memusatkan pijatan di sekitar area pusar dengan gerakan memutar searah jarum jam. Pastikan pijatan dilakukan dengan lembut dan hati-hati agar bayi tetap merasa nyaman.
Pijat perut ini dapat membantu meredakan ketegangan di perut bayi dan membuat proses BAB lebih mudah. Selain pijatan, Bunda juga bisa membantu menggerakkan kakinya seperti gerakan mengayuh sepeda. Hal tersebut dapat merangsang pergerakan usus dan melancarkan proses BAB.
Mengganti Susu Sapi
Susu berbahan dasar sapi bisa menjadi penyebab sembelit pada beberapa bayi, terutama jika mereka kesulitan mencerna protein dalam susu tersebut atau memiliki intoleransi laktosa. Maka, mengganti susu sapi dengan susu soya bisa menjadi solusi yang tepat. Susu soya tidak mengandung laktosa dan dapat lebih mudah dicerna olehnya yang memiliki sensitivitas terhadap susu sapi, sehingga membantu meringankan masalah sembelit.
Susu soya juga memiliki manfaat lain yang baik untuk tumbuh kembangnya karena memiliki kandungan nutrisi penting yang dapat mendukung pencernaan dan kesehatan secara keseluruhan.
Bunda bisa menggunakan susu soya sebagai alternatif yang lebih aman dan nyaman apabila Si Kecil alergi atau intoleran terhadap susu sapi. Ketahui lebih lanjut mengenai manfaat susu soya dan bagaimana susu ini bisa menjadi pilihan yang tepat baginya di artikel berikut: Susu untuk Si Kecil yang Alergi Susu Sapi.
Referensi:
Pregnancy, Birth, & Baby. Constipation in babies. https://www.pregnancybirthbaby.org.au/constipation-in-babies. Diakses pada 17 September 2024.
Mother & Baby. Baby milk spots: everything you need to know about milia. https://www.motherandbaby.com/baby/health/milk-spots-baby/. Diakses pada 17 September 2024.