Halo Bunda, apakah Si Kecil sedang mengalami diare? Kondisi ini memang umum dialami oleh bayi, tapi tetap perlu ditangani dengan hati-hati. Diare pada bayi bisa menyebabkan ketidaknyamanan hingga berujung pada dehidrasi jika tidak ditangani dengan cepat.
Kabar baiknya, sebagian besar diare bisa diatasi di rumah dengan perawatan sederhana dan perhatian yang tepat. Tapi sebelum itu, penting untuk mengetahui penyebabnya terlebih dahulu agar langkah yang diambil bisa lebih tepat sasaran. Yuk, kita bahas bersama.
Penyebab Diare pada Bayi yang Perlu Diketahui
Ada banyak hal yang bisa menjadi penyebab diare pada bayi. Infeksi virus adalah yang paling sering, biasanya karena rotavirus yang menyebar lewat makanan, air, atau benda-benda yang disentuh bayi lalu masuk ke mulutnya. Selain itu, diare juga bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, parasit, atau karena reaksi alergi terhadap jenis makanan tertentu seperti telur, kacang, atau produk susu.
Jika Si Kecil memiliki intoleransi laktosa atau alergi terhadap susu sapi, dia juga bisa mengalami diare sebagai salah satu respons tubuh. Penggunaan antibiotik, perubahan pola makan, serta perkenalan makanan padat terlalu dini juga bisa mengganggu sistem cerna Si Kecil.
Perlu diingat, sistem pencernaan bayi belum sekuat orang dewasa, sehingga lebih sensitif terhadap perubahan. Karena itu, mengenali penyebab utama dari diare akan sangat membantu Bunda untuk mengambil tindakan yang tepat.
Beberapa penyebab di atas merupakan hal yang bisa membuat feses bayi berubah menjadi cair dengan frekuensi yang lebih sering. Lantas, apakah diare pada bayi dapat diketahui lewat warnanya? Simak jawabannya di sini ya: Seperti Apa Warna Feses Bayi yang Diare?
Mengenal Arti Tekstur dan Warna Tinja Bayi
Salah satu tanda penting yang bisa membantu Bunda mendeteksi apakah bayi mengalami diare adalah melalui tekstur dan warna tinjanya. Tinja normal pada bayi bisa berbeda-beda tergantung usianya dan apakah ia masih menyusu ASI atau sudah mulai MPASI.
Jika tinja bayi tampak sangat cair, lebih sering dari biasanya, dan disertai bau yang menyengat, bisa jadi itu adalah tanda diare. Warna tinja juga perlu diperhatikan: feses berwarna hijau terang bisa menandakan gangguan pencernaan ringan, sementara warna hitam, putih, atau merah mengarah ke kondisi yang lebih serius.
Diare yang berlangsung lama dengan warna tinja yang tidak biasa bisa menyebabkan gangguan berat badan dan kondisi tubuh bayi secara keseluruhan. Karena itu, jangan abaikan perubahan kecil sekalipun pada tinja Si Kecil ya, Bunda.
Tanda Dehidrasi yang Perlu Diwaspadai
Bayi yang mengalami diare rentan kehilangan cairan lebih cepat. Jika tidak segera ditangani, ini bisa menyebabkan dehidrasi yang membahayakan. Beberapa tanda dehidrasi yang perlu Bunda perhatikan antara lain mulut dan lidah yang kering, tangisan tanpa air mata, jarang buang air kecil, serta bayi tampak lemas dan rewel.
Jika Bunda melihat tanda-tanda ini dalam waktu satu atau dua hari setelah diare muncul, segera konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan penanganan medis yang sesuai.
Frekuensi BAB Normal pada Bayi
Mengetahui frekuensi buang air besar (BAB) yang normal pada bayi juga penting agar Bunda bisa membedakan antara pola normal dan tanda gangguan seperti diare.
Bayi yang baru lahir bisa BAB hingga 8–10 kali sehari, terutama jika diberikan ASI eksklusif. Seiring bertambahnya usia, frekuensi ini biasanya berkurang menjadi 1–3 kali sehari. Namun, jika frekuensinya mendadak meningkat drastis dan teksturnya sangat cair, maka itu adalah sinyal bahwa Si Kecil mengalami diare.
Pada bayi yang berusia di atas 6 bulan dan sudah mulai MPASI, BAB bisa berubah tergantung jenis makanan yang dikonsumsi. Jika dalam satu hari bayi BAB lebih dari 4–5 kali dengan konsistensi cair, maka Bunda perlu waspada.
Cara Mengatasi Diare pada Bayi Secara Alami
1. Pastikan Si Kecil Tetap Terhidrasi
Bayi yang diare sangat cepat kehilangan cairan tubuh. ASI adalah solusi terbaik, karena selain mengandung nutrisi lengkap, juga membantu menjaga keseimbangan cairan. Untuk bayi yang sudah mulai MPASI, Bunda bisa berikan makanan lembut dan cair seperti kuah sup, air putih, atau oralit jika disarankan oleh dokter.
Selain membuat Si Kecil tehidrasi, sup juga memiliki manfaat yang baik untuk pencernaan Si Kecil, Bun. Untuk mengetahui apa saja manfaat makanan berkuah dan ide masakannya, baca artikel berikut ya: Resep Masakan Berkuah yang Enak dan Sehat untuk Si Kecil.
2. Hindari Makanan Padat Terlebih Dahulu
Jika bayi sudah bisa makan, berikan makanan sederhana seperti nasi, roti tawar, atau pisang. Jenis makanan ini lebih mudah dicerna dan bisa membantu meredakan gejala diare. Hindari dulu makanan berserat tinggi atau berminyak yang dapat memperparah gangguan pencernaan.
Selama ia sedang tidak ingin makan nasi atau roti, Bunda bisa mencoba memberikan makanan lain berupa buah dan sayur, seperti pisang, edamame, atau wortel. Nah, Bunda, jika kebetulan Si Kecil tidak mau makan nasi, coba lihat penyebabnya di sini ya: Penyebab Anak Tidak Mau Makan Nasi dan Cara Mengatasinya.
3. Berikan Probiotik
Probiotik membantu menyeimbangkan kembali flora usus dan mempercepat pemulihan. Probiotik bisa diberikan melalui yogurt khusus bayi (tanpa gula tambahan) atau dalam bentuk suplemen yang direkomendasikan dokter. Ini adalah langkah aman untuk memperbaiki kondisi pencernaan yang terganggu akibat infeksi atau antibiotik.
4. Pantau Kondisi Si Kecil Secara Rutin
Perhatikan apakah gejala diare semakin membaik atau justru bertambah buruk. Jika bayi mulai muntah berulang, mengalami demam tinggi, atau frekuensi diare tidak berkurang setelah dua hari, segera hubungi dokter. Bunda juga sebaiknya mencatat berapa kali bayi buang air besar dan seperti apa teksturnya untuk memudahkan dokter dalam mendiagnosis.
Pencegahan Diare pada Bayi
Pencegahan tetap menjadi langkah terbaik untuk menjaga bayi tetap sehat. Bunda bisa memulainya dengan rajin mencuci tangan, terutama sebelum menyusui atau memberi makan. Jaga kebersihan botol susu, peralatan makan, dan mainan yang sering disentuh Si Kecil.
Berikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama untuk membangun kekebalan tubuh bayi terhadap infeksi. Saat MPASI dimulai, pastikan semua makanan yang diberikan bersih dan dimasak dengan baik. Hindari makanan yang terlalu tinggi serat, berminyak, atau mengandung susu olahan jika Si Kecil memiliki intoleransi.
Bunda, mengatasi diare pada bayi memang memerlukan perhatian ekstra, namun dengan mengenali penyebabnya dan merespons secara cepat, Bunda bisa membantu Si Kecil pulih dengan lebih nyaman. Jangan lupa untuk terus menjaga asupan nutrisi dan cairannya selama masa pemulihan, serta konsultasikan ke dokter jika gejalanya tidak membaik.
Nah, diare bukan satu-satunya penyakit pada sistem pencernaan Si Kecil, loh. Yuk, ketahui penyakit-penyakit lainnya yang mengganggu pencernaannya di sini: Gangguan Sistem Pencernaan Anak yang Umum Terjadi.
Referensi:
- WebMD. Diarrhea in Babies. https://www.webmd.com/parenting/baby/baby-diarrhea-causes-treatment (Diakses 21 Maret 2024)