Beranda Artikel 0-12 Bulan Kenali Gejala, Penyebab Dan Cara Mengatasi Diare Pada Anak

Kenali Gejala, Penyebab Dan Cara Mengatasi Diare Pada Anak

2022/05/13 - 07:47:29pm     oleh Morinaga Soya
Kenali Gejala, Penyebab Dan Cara Mengatasi Diare Pada Anak

Penyakit diare sebenarnya merupakan salah satu penyakit yang cukup umum dialami oleh bayi. Diare sendiri bisa terjadi karena adanya gangguan dalam sistem pencernaan anak ataupun merupakan reaksi ketika Si Kecil tidak cocok terhadap makanan yang dikonsumsi. Meskipun merupakan salah satu penyakit yang cukup umum menimpa bayi, namun bila dibiarkan dan tak ditangani dengan tepat, maka diare bisa mengakibatkan komplikasi. Sehingga, penting bagi Bunda untuk mengetahui gejala diare pada bayi dan cara sigap menanganinya.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), diare masih menempati posisi kedua sebagai penyebab kematian terbanyak pada anak berusia di bawah 5 tahun. Mengambil data yang dihimpun berdasarkan hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2018 di Indonesia sendiri diare masih menjadi penyebab kematian tertinggi pada bayi dengan persentase mencapai 11% pada balita.

Diare memang mungkin terdengar cukup sepela dan dapat sembuh dengan mudah dan cepat. Tapi komplikasi dari diare bisa menjadi cukup berbahaya dan perlu ditangani dengan segera. Untuk itu, Bunda perlu mengetahui penyebab apa saja yang bisa mengakibatkan Si Kecil terkena diare dan gejala yang harus diwaspadai oleh Bunda.

Penyebab Diare

Pada Bayi yang baru lahir, mereka memang akan cenderung sering buang air besar, sehingga Bunda akan sulit membedakan apakah frekuensi buang air besar Si Kecil tergolong normal atau tidak. Bila tidak terlalu yakin, Bunda bisa mengecek kondisi feses Si Kecil. Apabila feses bayi ASI yang sehat akan tampak lunak serta berwarna kekuningan.

Lain halnya dengan bayi yang minum susu formula, konsistensi kotorannya akan terlihat lebih padat serta memiliki warna kecoklatan. Nah, bila mengalami diare, maka feses bayi akan terlihat lebih cair yang disertai dengan bau busuk atau menyengat. Terkadang, kondisi diare juga menyebabkan bayi mengeluarkan feses yang berlendir.

Nah tentunya salah satu langkah pencegahan dan antisipasi agar Si Kecil tidak rentan terkena diare adalah dengan mengetahui penyebabnya, supaya Bunda bisa waspada dan cepat tanggap agar Si Kecil terhindar dari diare. Selain diare, ketahui jenis gangguan pencernaan lainnya yang rentan menyerang Si Kecil. Yuk, baca di sini: Gangguan Sistem Pencernaan Anak yang Perlu Diwaspadai.

Disinyalir dari data yang dihimpun oleh WHO, diare masih menjadi salah satu penyebab malnutrisi terhadap balita, terutama di negara-negara berkembang, seperti Indonesia contohnya. Adapun beberapa penyebab mengapa bayi mengalami diare atau mencret, antara lain;

Intoleransi Laktosa

Meskipun ASI adalah salah satu sumber nutrisi bagi Si Kecil, namun akan ada kalanya ketika Bunda tak bisa memberikan ASI eksklusif bagi Si Kecil dan harus memberi susu formula. Tapi lagi-lagi tak semua susu formula akan cocok bagi Si Kecil. Beberapa anak bisa saja mengalami kondisi yang disebut dengan intoleransi laktosa.

Intoleransi laktosa ini merupakan kondisi dimana Si Kecil tak dapat mencerna laktosa, atau gula yang terdapat dalam susu. Hal ini bisa terjadi apabila tubuh tidak memproduksi cukup enzim laktase yang membantu tubuh mencerna laktosa. Bila Si Kecil kerap kali menunjukan reaksi tak wajar usai mengonsumsi susu formula atau produk olahan susu, maka ini bisa menjadi pertanda Si Kecil mengalami intoleransi laktosa. Beberapa gejala antara lain adalah perut menjadi kembung, diare, atau bahkan sembelit.

Bila demikian, Bunda bisa segera memeriksakan Si Kecil ke dokter untuk mengetahui penyebab pastinya. Untuk sementara, Bunda bisa memilihkan susu alternatif pengganti seperti susu formula berbahan dasar soya atau yang terhidrolisa parsial.

Tidak Cocok dengan Susu Formula

Bayi yang mengalami diare bisa saja diakibatkan karena tak cocok dengan susu formula yang ia konsumsi. Tiap susu formula mengandung komposisi yang berbeda satu dengan lainnya, selain itu cara Bunda meracik susu formula juga bisa jadi mengakibatkan Si Kecil terkena diare loh Bunda.

Nah baiknya sebelum memberikan susu formula, pastikan Si Kecil tak mengalami alergi terhadap susu formula ya Bunda. Untuk mengetahuinya Bunda bisa memeriksakan Si Kecil ke dokter. Namun apabila Bunda ingin mengetahui dengan cepat, Bunda bisa memeriksakan seberapa besar resiko Si Kecil memiliki alergi di sini. Usai mengetahui seberapa besar resikonya, Bunda bisa melakukan langkah penanggulangan terlebih dahulu.

Bukan hanya mengecek kemungkinan alergi, akan tetapi, Bunda juga harus mengikuti instruksi takaran yang sesuai dengan petunjuk peracikan susu formula yang biasa ada di kemasannya. Apabila diare tak membaik, coba konsultasikan kepada dokter supaya Si Kecil bisa mendapatkan penanganan sesegera mungkin.

Perhatikan juga aturan-aturan dalam membuat dan memberikan susu saat Si Kecil diare. Yuk, simak informasi selengkapnya di sini: 4 Cara Membuat Susu Untuk Anak Diare yang Benar.

Memiliki Alergi Makanan

Pada bayi dengan rentang usia 0-6 bulan memiliki saluran cerna yang belum sempurna betul, hingga ia cukup rentan mengalami alergi yang pada akhirnya menimbulkan gejala diare. Ya memang di usia ini kebanyakan bayi masih diberikan ASI eksklusif oleh Bunda. Namun tak menutup kemungkinan bahwa Si Kecil mendapatkan reaksi alergi dari makanan yang Bunda konsumsi.

Menurut laman resmi John Hopkins Medicine, adapun beberapa makanan yang seringnya memicu alergi pada bayi yakni produk olahan susu , kafein, makanan pedas, telur, dan makanan bersifat asam. Oleh karenanya, Bunda disarankan untuk menghindari makanan yang bisa memicu alergi ataupun diare pada Si Kecil selama masa menyusui.

Infeksi Bakteri

Beberapa jenis bakteri seperti salmonella, e.coli, hingga shigella dinyatakan mampu mengakibatkan mencret yang cukup parah pada Si Kecil yang masih bayi. Umumnya, Si Kecil akan mengalami gejala seperti demam, kram perut, dan berdarah ketika BAB bila terkena infeksi bakteri. Si Kecil juga akan rewel dan merasa tak nyaman terus menerus. Bila terjadi jangan ragu untuk membawa Si Kecil ke dokter supaya segera mendapatkan penanganan medis.

Infeksi Virus

Dalam kasus diare yang dialami bayi hampir sebagian besar diakibatkan oleh infeksi virus. Rotavirus disinyalir menjadi salah satu jenis virus yang paling sering menjadi biang keladi kasus diare pada bayi dan anak-anak. Guna mencegahnya, Bunda bisa memberikan Si Kecil vaksin rotavirus agar diare karena virus ini bisa diminimalisasi.

Infeksi Parasit

Paparan parasit seperti giardiasis nyatanya bisa juga mengakibatkan Si Kecil terkena diare yang cukup parah. Parasit ini hidup dan berkembang biak di feses manusia ataupun binatang, dan dapat mencemari lingkungan sekitar, mulai dari makanan, tanah, atau bahkan air. Giardiasis ini juga kerap kali terjadi di pemukiman yang padat penduduk, pemukiman dengan sanitasi yang buruk atau memiliki kualitas air yang tidak memadai dan bersih.

Akibatnya, Si Kecil bisa mengidap diare yang cukup parah atau kronis. Parahnya, diare ini juga bisa menular. Apabila tidak yakin, baiknya Bunda segera membawa Si Kecil ke dokter untuk diperiksakan dan diobati sebelum penyakitnya bertambah parah.

Cara Mengatasi Diare pada Bayi

Ketika Bunda sudah mengetahui bahwa Si Kecil mengalami diare, maka ada beberapa hal yang bisa Bunda lakukan untuk menangani diare secara mandiri di rumah. Melansir dari laman Klikdokter adapun cara mengatasi diare pada bayi adalah;

Memenuhi Kebutuhan Cairan

Pada saat mengalami diare, baik bayi maupun orang dewasa pasti akan kehilangan banyak sekali cairan elektrolit tanpa diduga. Oleh sebab itulah, ketika Bunda sudah tahu bahwa Si Kecil mengalami diare, Bunda harus tetap memastikan kebutuhan akan cairan Si Kecil selalu terpenuhi sehingga ia tak rentan mengalami dehidrasi.

Bila Si Kecil masih berusia 6 bulan, maka berikan ASI secara berkala atau setiap kali Si Kecil menginginkannya. Apabila Si Kecil berusia 6 bulan ke atas, maka Bunda bisa memberikan Si Kecil ASI, air putih, kuah sup, dan cairan lainnya yang memang diperboleh oleh dokter untuk diberikan kepada Si Kecil.

Nah apabila karena beberapa hal Bunda tak bisa memberikan Si Kecil ASI eksklusif, maka sebagai alternatif, berikanlah Si Kecil susu formula yang cocok dengan Si Kecil. Apabila Si Kecil mengalami intoleransi laktosa atau alergi susu sapi, gunakan susu formula berbahan dasar soya sebagai pelengkap nutrisi harian Si Kecil. Salah satu susu formula yang bisa Bunda percayakan adalah Morinaga Soya Chil Kid MoriCare with Triple Bifidus . karena diformulasi dari isolat protein kedelai, susu formula ini cocok untuk bayi yang tak dapat mengonsumsi susu formula.

Keunggulan GOS dan Triple Bifidus di dalamnya akan menciptakan dan memelihara kesehatan saluran cerna sehingga imunitas tubuh Si Kecil juga akan semakin terjaga. Gabungan 3 bakteri baik dalam Triple BIfidus ini juga bisa meredakan gejala alergi yang menyerang saluran pernapasan Si Kecil, seperti rhinitis hingga asma.

Selain itu, ada juga keunggulan dari Bifidobacterium Infantis M-63 dalam meringankan gejala alergi yang kerap menyerang saluran cerna sehingga Si Kecil akan lebih tenang dan tidak mudah gelisah. Lengkap dengan AA & DHA, Omega 3 & 6, 14 vitamin, serta 9 mineral, susu formula pertumbuhan ini dapat mencukupi kebutuhan nutrisi harian Si Kecil.

Bunda tak perlu memaksa Si Kecil untuk menghabiskan cairan yang diberikan atau meminum yang banyak. Cukup berikan Si Kecil cairan sedikit tapi sering setiap harinya.

Memberikan Makanan Untuk Pemulihan

Menurut WebMD, bagi bayi yang sudah bisa mengonsumsi makanan padat, kebanyakan dokter anak akan merekomendasikan makanan BRAT (Bread, Rice, Applesauce, Toast) ketika mereka mengalami masalah saluran cerna. BRAT yakni roti, nasi, saus apel, dan roti panggang diyakini baik untuk mengurangi gejala diare. Nasi adalah sumber karbohidrat yang penting untuk dikonsumsi Si Kecil. Tetapi terkadang ada masa-masa ia tidak mau makan nasi. Cari tahu penyebab dan cara mengatasinya di sini yuk: Penyebab Anak Tidak Mau Makan Nasi dan Cara Mengatasinya

Idealnya, BRAT akan memberikan waktu bagi saluran cerna untuk beristirahat sehingga juga bisa mengurangi frekuensi BAB. Meskipun baik dikonsumsi untuk Si Kecil yang memiliki masalah pencernaan, tapi pemberian BRAT tak bisa selalu diaplikasikan saat Si Kecil terserang penyakit lainnya. Pastikan Bunda selalu berkonsultasi dengan dokter untuk berkonsultasi mengenai kebutuhan gizi Si Kecil ya Bunda.

Pemberian BRAT juga hanya bisa diaplikasikan kepada bayi berusia di atas 6 bulan yang sudah bisa mengonsumsi makanan padat. Di samping itu, Bunda bisa mencoba memberikan beberapa buah dan sayur seperti pisang, edamame, dan juga wortel.

Menghindari Beberapa Jenis Makanan

Cukup penting untuk tetap memberikan Si Kecil asupan makanan terutama saat ia terserang diare. Tapi, Bunda perlu tahu ada beberapa jenis makanan yang sebaiknya dihindari saat Si Kecil terkena diare, yakni makanan pedas, terlalu asam, dan terlalu berbumbu.

Selain itu hindari juga makanan tinggi serat agar tidak memperparah diare. Hindari juga kembang kol, sayuran berwarna hijau, ataupun brokoli karena jenis sayur ini bisa meningkatkan produksi gas dalam saluran cerna yang akan memperparah kondisi diare Si Kecil.

Rutin Mengganti Popok

Akibat diare, frekuensi pup Si Kecil pasti akan bertambah dan sebaiknya popok Si Kecil diganti lebih sering dari biasanya. Bunda perlu menjaga popok Si Kecil agar tetap kering dan Si Kecil terhindar dari bahaya ruam popok.

Hindari Memberikan Obat

Memberikan obat kepada Si Kecil saat ia terkena diare perlu dicatat sebagai salah satu cara terakhir. Pasalnya, memberikan obat-obatan ini berisiko memberikan efek samping yang menyulitkan.

Efek samping yang sering terjadi ialah gangguan tambahan pada sistem pencernaan. Mari, Bunda, lihat contoh-contoh gangguan pencernaan yang dapat terjadi pada anak-anak di sini: Gangguan Sistem Pencernaan Anak yang Perlu Diwaspadai

Efek samping lainnya yang bisa terjadi adalah rasa kantuk. Meskipun sekilas kantuk ini membantu Si Kecil beristirahat, namun sebenarnya kantuk ini merupakan tanda bahwa sistem saraf Si Kecil telah terpengaruh. Jika dibiarkan terus-menerus, maka perkembangan otaknya akan dapat terganggu.

Jadi, memberikan obat kepada Si Kecil pun harus melalui persetujuan dokter dan diberikan sesuai dengan instruksi dokter ya Bunda.

Nah demikian beberapa gejala perihal diare yang perlu Bunda waspadai beserta dengan cara penanganannya. Bila diare yang dialami Si Kecil tidak membaik dalam kurun waktu 24 jam, jangan ragu untuk segera memeriksakan Si Kecil ke dokter supaya dapat ditangani dengan segera.





medical record

Berapa Besar Risiko Alergi Si Kecil?



Cari Tahu