Faktor penyebab anak diare sangat bervariasi, mulai dari makanan yang terkontaminasi bakteri, sanitasi lingkungan yang buruk, masalah kesehatan, status gizi kurang baik dan lain-lain. Meskipun diare bukan tergolong penyakit kronis yang berbahaya, namun bila tidak ditangani dengan sigap, diare bisa berakibat fatal bagi kesehatan.
Dengan mengetahui penyebabnya, Bunda bisa segera memberikan pertolongan pada Si Kecil. Diare pada anak sendiri hampir tak ada bedanya dengan orang dewasa, kondisi ini acapkali ditandai dengan meningkatnya frekuensi BAB menjadi lebih dari tiga kali sehari diiringi konsistensi tinja yang lebih cair. Untuk lebih jelasnya, baca artikel ini sampai habis ya.
Penyebab
Diare pada anak adalah masalah yang umum terjadi pada anak-anak yang berusia di bawah lima tahun. Pada negara berkembang seperti Indonesia misalnya, beberapa kasus diare malahan bisa menyebabkan masalah serius yang mengacu ke malnutrisi loh Bunda. Sebelum mengetahui cara mengatasi diare pada anak, ketahui dulu apa saja yang bisa menyebabkan diare pada Si Kecil. Penyebab diare antara lain adalah:
-
Infeksi Virus
Viral gastroenteritis atau lebih dikenal sebagai flu perut adalah penyakit yang lumrah menjangkit anak-anak. Flu perut ini menyebabkan beberapa efek samping seperti diare yang acap kali diiringi muntah dan mual.
Disamping itu, ada juga virus rotavirus yang bisa dengan mudah menyerang anak-anak ataupun bayi. Penularannya sendiri bisa berasal dari feses penderita yang mengkontaminasi makanan, minuman, air, dan benda di sekitar. Penyebarannya bisa terjadi sangat cepat terutama bila kebersihan lingkungan serta kebersihan penderitanya tidak dijaga dengan baik.
Misalnya saja, Si Kecil tidak mencuci tangan dengan baik usai buang air besar kemudian ia menyentuh benda di sekitarnya. Hal ini bisa saja mengakibatkan setiap benda yang ia sentuh terkontaminasi dengan virus penyebab diare ini.
-
Infeksi Bakteri
Penyebab diare pada anak selanjutnya adalah bakteri. Ada beragam jenis bakteri yang bisa menyebabkan diare, termasuk E.Coli, Salmonella, Campylobacter, dan Shigella. Bakteri-bakteri ini kerap kali bertanggung jawab atas kasus keracunan makanan yang seringnya disertai dengan gejala diare dan muntah usai terinfeksi.
-
Status Gizi Kurang Baik
Si Kecil yang memiliki status gizi kurang baik akan lebih mudah terkena diare berat, berulang, dan berkepanjangan. Lapisan saluran cerna Si Kecil yang mengalami kekurangan nutrisi diduga amat mudah terserang infeksi, baik virus maupun bakteri. Tak perlu disebutkan hal ini bisa membuat daya tahan tubuhnya menjadi kurang baik.
Selain itu, saat mengalami diare status gizi Si Kecil bisa beresiko memburuk akibat berkurangnya nafsu makan dan sulitnya bagi Si Kecil untuk menyerap nutrisi dari makanan yang dimakan.
-
Sanitasi yang Buruk
Melansir dari klikdokter, kebiasaan mencuci tangan yang buruk pada Bunda atau pengasuh Si Kecil ternyata bisa menyebabkan diare akut sebesar 3 kali lebih besar dibandingkan dengan Bunda atau pengasuh Si Kecil yang memiliki perilaku cuci tangan yang baik.
Kebiasaan mencuci tangan sehabis melakukan aktivitas dan setelah pulang ke rumah dari luar dengan menggunakan sabun bisa menurunkan kemungkinan terserang diare pada anak sebesar 47%. Jadi sangat penting untuk mengajarkan anak kebiasaan mencuci tangan yang baik setelah bermain, sebelum dan sesudah makan, dan sesudah buang air besar atau kecil.
Bukan hanya Si Kecil tapi terapkan juga cara mencuci tangan yang baik ini kepada setiap orang dewasa di rumah, terutama orang-orang yang selalu Bunda percayakan untuk menjaga Si Kecil atau berinteraksi dengan Si Kecil.
-
Kurangnya Sarana Air Bersih
Kuman, bakteri, serta virus yang menyebabkan diare pada anak bisa dengan mudah ditularkan melalui makanan, minuman, maupun benda yang terkontaminasi dengan tinja atau kuman penyebab diare. Air yang terkontaminasi bisa saja dengan mudah masuk ke dalam sistem tubuh Si Kecil.
Inilah mengapa sangat penting bagi Bunda dan orang-orang di rumah untuk menjaga kebersihan air di lingkungan tempat tinggal Bunda. Minumlah air matang bila memang perlu, simpan air di wadah tertutup dan selalu cuci bersih semua peralatan makan dengan air mengalir usai digunakan.
-
Penggunaan Antibiotik
Menggunakan obat, terutama antibiotik bisa menyebabkan diare pada anak selama masa pengonsumsian obat tersebut. Jadi pastikan untuk berkonsultasi kepada dokter sebelum memberikan antibiotik kepada Si Kecil ya Bunda. Kalau memang bisa hindarilah pemberian obat pada Si Kecil. Gunakan bila memang segala cara sudah dilakukan dan ini merupakan opsi terakhir.
-
Intoleransi Laktosa
Intoleransi laktosa merupakan kondisi dimana tubuh tidak mampu mencerna gula dalam susu (laktosa) dalam jumlah banyak. Ini bisa terjadi saat tubuh tidak dapat memproduksi cukup enzim laktase yang bertugas membantu tubuh mencerna laktosa. Salah satu akibat yang ditimbulkan intoleransi laktosa adalah diare berbusa, muntah, serta mual.
Jenis Diare Berdasarkan Rentang Waktu
-
Diare Jangka Pendek (Akut)
Dalam kasus ini, Si Kecil umumnya akan mengalami diare selama 1-2 hari dan hilang begitu saja. Diare jenis ini mungkin disebabkan oleh makanan atau air yang terkontaminasi oleh bakteri. Atau bisa saja terjadi karena Si Kecil sakit lantaran terjangkit virus.
-
Diare Jangka Panjang (Kronis)
Diare ini kerap kali berlangsung selama seminggu dan diakibatkan oleh masalah kesehatan lain seperti sindrom iritasi usus besar, kolitis ulseratif, ataupun masalah yang meliputi saluran pencernaan lainnya.
Dengan mengetahui penyebab diare, mungkin akan lebih mudah bagi Bunda untuk melakukan tindakan preventif yang bisa meminimalisasi kemungkinan Si Kecil terjangkit diare.
Cara Mengatasi Diare
Ketika Si Kecil mengalami diare, satu hal yang paling penting untuk diperhatikan adalah kebutuhan cairannya harus tetap terpenuhi. Bila diare terjadi pada anak yang berusia di bawah 1 tahun, Bunda bisa memberikan ASI atau susu formula setiap kali ia muntah atau mengalami diare.
Susu seperti apa yang dapat diberikan untuk mengatasi diarenya? Yuk, lihat pilihannya di sini: Susu untuk Mengatasi Mencret pada Si Kecil
Sementara pada anak yang sudah diberi MPASI, pastikan asupan nutrisinya dari makanannya cukup.
Karena diare seringkali menyebabkan Si Kecil menjadi lesu dan lemas, berikan makanan yang lembut serta mudah dicerna. Selama mengalami diare, sebaiknya hindari memberikan makanan tinggi serat, jus buah, ataupun soda karena akan memperparah diare. Bunda juga sebaiknya tidak memberikan Si Kecil obat tanpa petunjuk atau resep dokter. Lebih lanjut, berikut ini merupakan cara mandiri yang bisa Bunda lakukan untuk mengatasi diare pada Si Kecil:
-
Berikan Makanan Tinggi Karbohidrat
Pilihkan makanan yang memiliki kandungan karbohidrat tinggi namun rendah serat bagi Si Kecil. Makanan seperti ini akan lebih mudah dicerna bagi Si Kecil yang saluran cernanya masih meradang karena diare. Makanan kaya karbohidrat dan kalori ini juga mampu membantu menambah pasokan energi Si Kecil yang terkuras akibat melawan infeksi serta peradangan yang diakibatkan oleh diare.
Beberapa contoh makanan yang dapat dimakan oleh Si Kecil selama diare antara lain adalah nasi putih, bubur, ataupun nasi tim. Bunda juga memberikan apel atau pisang yang dihaluskan karena kandungan pektin di dalam buah ini dipercaya bisa membantu memadatkan tinja.
-
Minum Banyak Cairan
Frekuensi buang air besar yang terlalu sering bisa membuat Si Kecil kehilangan cairan tubuh dalam waktu yang cepat. Oleh karenanya, jangan lupa untuk selalu memenuhi dan mengganti kebutuhan cairan Si Kecil supaya ia tidak mengalami dehidrasi. Cairan yang Bunda berikan bisa berupa ASI, air mineral, maupun makanan berkuah yang tentunya disesuaikan dengan usia Si Kecil.
Pemberian cairan ini sebaiknya dilakukan lebih banyak dan sering dibandingkan ketika Si Kecil dalam keadaan sehat.Selain itu akan lebih baik bila Bunda bisa tetap mencukupi kebutuhan nutrisi Si Kecil agar tetap terpenuhi meskipun saat diare. Cara paling mudah agar Bunda bisa memenuhi kebutuhan ini salah satunya adalah dengan memberikan Formula Pertumbuhan Morinaga Soya MoriCare Triple Bifidus.
Morinaga Soya MoriCare Triple Bifidus dihadirkan untuk Si Kecil yang memiliki intoleransi laktosa ataupun alergi terhadap susu sapi. Kandungan isoflavon kedelai di dalamnya aman untuk dikonsumsi Si Kecil yang memiliki alergi. Morinaga Soya MoriCare Triple Bifidus juga mengandung 3 bakteri baik (Probiotik Triple Bifidus) yang akan membantu menjaga kesehatan saluran cerna Si Kecil.
Meski demikian tetap pantau kondisi Si Kecil secara seksama ya Bunda. Bila diare yang dialami Si Kecil tidak membaik dan ia menunjukan gejala seperti mata cekung, dehidrasi, pingsan, maupun BAB berdarah, segera bawalah Si Kecil untuk diperiksakan ke dokter.
Bila Bunda curiga diare yang terjadi pada Si Kecil merupakan reaksi alergi pada Si Kecil, Bunda memeriksakan resiko alergi yang mungkin saja dialami oleh Si Kecil di cek alergi Morinaga Soya secara gratis. Usai mengetahui kemungkinannya, Bunda bisa segera melakukan langkah penanganan selanjutnya dengan lebih mudah.