Ada beragam cara mengatasi tidak nafsu makan nasi pada anak yang banyak dilakukan para orang tua. Sebagian ibunda mengubah menu nasi itu sendiri menjadi tampilan yang lebih menyenangkan, supaya Si Kecil tidak bosan. Namun sebagian lagi cukup memodifikasi suasana makan saja, karena sebenarnya bukan menu nasinya yang membuat Si Kecil kehilangan nafsu.
Namun sebelum Bunda mencoba segala macam cara di atas, Bunda perlu mengetahui dulu mengapa Si Kecil tidak bersemangat untuk menyantap nasi. Dengan mengetahui penyebabnya, tentu Bunda dapat memberikan penanganan yang sesuai.
Untuk mengetahui apa saja yang dapat menyebabkan Si Kecil tidak mau makan nasi, cara menangani, serta alternatif makanan pengganti, baca ulasan berikut sampai selesai yuk.
Penyebab
Selain tahap picky eater ini, ada beberapa faktor yang juga mempengaruhi keinginan Si Kecil untuk makan. Untuk mengembalikan nafsu makan Si Kecil agar kembali baik, Bunda perlu mengetahui faktor yang mengakibatkan Si Kecil tidak ingin makan nasi, antara lain:
1. Trauma
Akan ada kalanya Si Kecil menjadi sulit dipersuasi untuk makan, atau terkadang malah menolak untuk makan sepenuhnya atau menyantap makanan tertentu. Di saat seperti ini, mungkin Bunda akan memaksa Si Kecil makan dengan cara yang salah atau terlihat tidak sabar. Hal ini ternyata bisa menyebabkan Si Kecil menjadi trauma loh, Bunda.
Pasalnya, tiap anak memiliki perasaan dan kondisi mental yang berbeda-beda. Memaksanya untuk makan justru bisa berdampak buruk serta mempengaruhi kepribadiannya. Semakin ia terbiasa melakukan sesuatu dengan cara dipaksa ia akan semakin keras kepala dan memberontak. Jadi pastikan untuk selalu sabar dalam membujuk Si Kecil untuk makan ya, Bunda.
2. Sensitivitas Tinggi Terhadap Rasa
Salah satu alasan Si Kecil tidak mau makan nasi adalah ia memiliki sensitivitas yang tinggi pada rasa. Memang ada kondisi dimana lidah Si Kecil memiliki lebih banyak cita rasa dibandingkan teman sebayanya. Kondisi ini akan membuat Si Kecil yang terlalu peka terhadap rasa nasi atau makanan lainnya akan menolak.
Kondisi ini tidak boleh dianggap sepele ya, Bunda. Bunda bisa lebih bijak dan memilih makanan yang mungkin saja disukai oleh Si Kecil. Bila Si Kecil sudah mau berbicara, baiknya Bunda mengkomunikasikan makanan apa yang ingin ia konsumsi. Dengan begitu, nafsu makannya mungkin akan kembali.
3. Mengalami Masalah Pencernaan
Alasan selanjutnya, bisa jadi karena Si Kecil sedang mengalami masalah pada pencernaannya. Gangguan pencernaan ini salah satunya adalah susah buang air besar atau sembelit. Kondisi konstipasi ini adalah proses terhambatnya pengeluaran sisa-sisa makanan yang membuat Si Kecil sulit untuk BAB karena tekstur feses terlalu keras.
Perut Si Kecil bisa menjadi terasa penuh sehingga nafsu makannya semakin lama akan semakin menurun. Jangan sepelekan ketika Si Kecil mengalami sembelit ya, Bunda, berikan makanan kaya serat dan cairan yang cukup. Bila Si Kecil terlalu lama mengalami sulit BAB, segera konsultasikan ke dokter untuk penanganan lebih lanjut.
4. Terlalu Banyak Ngemil
Idealnya, Si Kecil dapat makan tiga kali sehari dengan tambahan dua kali selingan cemilan dan susu. Jika dapat menerapkan memberikan cemilan dan makanan utama dengan teratur, maka kesehatan tubuh Si Kecil dapat terjaga. Namun, bila Si Kecil diberikan terlalu banyak cemilan atau susu di luar jam makan, maka Si Kecil bisa saja kehilangan nafsu makannya. Bunda sebaiknya mengatur pola makan dengan membatasi cemilan atau susu agar Si Kecil bisa makan dengan tepat waktu.
Bunda juga bisa memberikan Si Kecil camilan sehat buatan sendiri, daripada anak jajan di luar. Misalnya, membuat biskuit goreng isi ayam cincang yang bernutrisi dan mengenyangkan. Yuk, coba resepinya, Bun: Resep Biskuit Goreng Isi Ayam Sayuran dan Cara Membuatnya.
Tips Mengatasi Anak Tidak Nafsu Makan Nasi
Nasi mengandung karbohidrat dan serat yang bisa menjadi sumber energi dan memiliki manfaat untuk kesehatan saluran cerna. Selain itu, nasi juga mengandung berbagai vitamin dan mineral, seperti vitamin B1, B6, Magnesium, fosfor, selenium, dan mangan yang baik untuk kesehatan tubuh. Sebelum terlalu panik, ada beberapa tips yang bisa Bunda coba untuk mengatasi Si Kecil yang tidak mau makan nasi:
1. Variatif Dalam Mengolah Nasi
Saat Si Kecil disuguhkan nasi lalu menolak, jangan terburu-buru menganggap Si Kecil tidak menyukai nasi ya, Bunda. Mungkin saja Si Kecil merasa jenuh dengan nasi atau hanya sedang tidak ingin makan nasi saat itu. Bila ini masalahnya, Bunda bisa lebih berkreasi lebih kreatif saat memasak dan mengolahnya menjadi menu kreatif untuk anak yang kerap menolak makan nasi.
Misalnya mengolah nasi menjadi nasi uduk atau nasi kuning. Bunda juga bisa memakai pewarna makanan alami lainnya untuk mewarnai nasi, misalnya jus buah bit untuk warna merah dan kuning telur untuk warna kuning. Bunda juga bisa membuat nasi menjadi bola-bola atau aneka bentuk yang lucu sehingga menggugah keinginan Si Kecil untuk makan. Menu untuk anak susah makan nasi
2. Tambahkan Rasa Pada Nasi
Rasa nasi aslinya memang cenderung hambar. Untuk meningkatkan nafsu makan Si Kecil , biasanya Bunda pasti akan menambahkan lauk pauk sebagai pendamping. Atau, Bunda bisa mengganti air untuk memasak nasi dengan kaldu atau santan.
Selain itu, bila Bunda ingin menambahkan aroma wangi ke dalam nasi, Bunda bisa menambahkan sedikit perasan jeruk nipis atau memasukkan daun pandan dan bawang putih ketika menanak nasi sebagai penambah rasa dan wangi.
3. Ciptakan Suasana Menyenangkan
Amat penting bagi Bunda untuk menciptakan suasana yang menyenangkan saat waktu makan. Jangan jadikan waktu makan sebagai ajang pertengkaran walaupun Si Kecil menolak atau sulit diberi makan ya Bunda.
Sebelum memberi Si Kecil nasi, perhatikan apakah Si Kecil memang sudah benar-benar lapar atau tidak. Bila memang belum lapar, pasti ia akan segan menyentuh makanan apapun. Bila sudah saatnya makan, cobalah untuk makan bersamanya, siapa tahu kegiatan makan bersama bisa mendorong Si Kecil untuk makan lebih lahap.
4. Memberikan Contoh yang Baik Pada Anak
Salah satu cara mengatasi anak yang tidak mau makan nasi juga bisa dengan menjadi contoh yang baik bagi Si Kecil. Menurut IDAI, kebiasaan makan orang tua turut mempengaruhi kebiasaan Si Kecil loh Bunda. Jika Bunda dan Ayah enggan makan sayur misalnya, Si Kecil bisa saja meniru kebiasaan ini. Nah hal serupa juga bisa terjadi pada asupan nasi. Dengan kata lain, perhatikan juga ya apakah Bunda atau suami mempunyai kebiasaan memilih-milih makanan. Jika iya mungkin saja Si Kecil menirunya.
5. Berikan Porsi yang Tepat
Cara mengatasi Si Kecil yang sulit makan nasi juga bisa dengan menghindari memberikan porsi makan yang terlalu besar. Ketika ia tidak menghabiskan makanan, Bunda mungkin beranggapan kalau Si Kecil tidak menyukai nasi. Padahal, bisa saja karena Si Kecil sebenarnya sudah merasa kenyang.
6. Jangan Memaksa
Bila Si Kecil tengah sulit dibujuk untuk makan nasi atau makan makanan yang disediakan Bunda, sebaiknya jangan dipaksa untuk memakannya. Biarkan dorongan untuk makan nasi datang dari dirinya sendiri. Bila Si Kecil menunjukan tanda tidak mau mengasup nasi (menutup mulut, menangis, atau memalingkan kepala), tunggu sejenak kira-kira 10-15 menit baru tawarkan kembali tanpa memaksakannya.
7. Memberikan Susu
Pada dasarnya, susu sangat baik untuk memenuhi kebutuhan gizi Si Kecil, terutama saat Si Kecil sedang tidak ingin makan makanan padat. Tapi perlu diingat bahwa Bunda perlu memperhatikan jumlah pemberiannya. Jika terlalu banyak memberikan susu, hal ini bisa membuat Si Kecil menjadi terlalu kenyang dan menolak serta malas untuk makan nasi.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyarankan untuk memberikan jarak antar makan sekitar 3 jam. Tujuannya untuk menimbulkan siklus lapar dan kenyang sehingga Si Kecil akan makan dengan cukup saat waktunya makan.
Saat memberikan susu, terutama bila Bunda memberikan susu formula, pastikan agar memilih susu formula yang memiliki cukup kandungan gizi dan nutrisi yang mampu mendukung tumbuh kembangnya.
Apakah susu bisa menjadi pengganti nasi?
Bunda, penting untuk dipahami bahwa susu tidak dapat secara langsung menggantikan nasi dalam pola makan Si Kecil. Nasi merupakan salah satu sumber karbohidrat penting yang memberikan energi dan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan anak.
Susu, terutama ASI atau susu formula, memberikan nutrisi penting seperti protein, lemak, vitamin, dan mineral. Namun, susu tidak menyediakan karbohidrat kompleks yang ditemukan dalam nasi dan sumber makanan lainnya.
Pemberian nasi kepada Si Kecil adalah langkah penting dalam memenuhi kebutuhan gizi mereka. Nasi mengandung karbohidrat yang diperlukan untuk memberikan energi, serat untuk menjaga kesehatan pencernaan, dan sejumlah vitamin dan mineral penting.
Perlu diingat bahwa pengenalan nasi dalam pola makan Si Kecil harus dilakukan dengan hati-hati dan sesuai dengan rekomendasi dari ahli gizi atau dokter anak. Proses pengenalan makanan padat perlu dilakukan secara bertahap dan sesuai dengan perkembangannya.
Sebagai sumber informasi yang terpercaya, Bunda dapat berkonsultasi dengan dokter anak atau ahli gizi untuk mendapatkan panduan yang sesuai tentang pengenalan makanan padat, termasuk nasi, dalam pola makan bayi atau anak.
Sumber Karbohidrat Pengganti Nasi
Nasi memang mengandung sumber karbohidrat yang dibutuhkan tubuh Si Kecil agar tetap bertenaga dan sehat. Tapi, Bunda perlu mengingat bahwa nasi bukanlah satu-satunya sumber karbohidrat. Bila anak tiba-tiba tidak mau makan nasi, coba berikan asupan karbohidrat dari makanan lain, lalu perlahan-lahan untuk memberikan asupan nasi kembali. Beberapa makanan yang bisa Bunda gunakan sebagai pengganti nasi antara lain:
1. Kentang
Sama seperti nasi, kentang juga kaya akan karbohidrat. Tak hanya itu, tanaman ini juga menyimpan nutrisi lainnya seperti serat, kalium, vitamin C, vitamin B6, serta asam folat. Untuk mengolahnya, Bunda bisa membuat perkedel, kentang goreng, tambahan pada sayur sop, atau menjadi kentang panggang.
2. Jagung
Jagung merupakan salah satu sayuran yang kaya akan karbohidrat dan bisa jadi pengganti nasi. Selain sebagai sumber energi dan karbohidrat, jagung juga bisa menjadi sumber serat, vitamin C, magnesium, dan sodium. Rasa jagung yang manis juga bisa menggugah selera anak untuk makan. Bunda bisa mengolah jagung menjadi bakwan jagung, sup jagung, jagung susu keju, ataupun puding.
3. Oatmeal
Oatmeal merupakan sejenis gandum utuh yang mengandung banyak sekali nutrisi penting, mulai dari karbohidrat, serat, protein, lemak sehat, hingga berbagai macam vitamin dan mineral, seperti vitamin B1, B2, B3, B5, B9, kalsium, magnesium, folat, fosfor, kalium, zat besi, dan mangan.
Saat Si Kecil menolak untuk makan nasi, oatmeal bisa jadi pilihan sangat baik untuk menjadi pengganti sumber energi dan karbohidratnya. Oatmeal bisa diolah menjadi bubur dengan aneka topping, misalnya buah-buahan segar, madu, kacang-kacangan, atau sayuran segar, daging, dan telur.
4. Ubi dan Singkong
Umbi-umbian seperti ubi dan singkong sudah sejak lama dikonsumsi sebagai pengganti nasi. Baik ubi dan singkong, keduanya sama-sama mengandung karbohidrat, serat, dan protein, sehingga bisa menjadi pengganti nasi yang baik. Ubi dan singkong bisa Bunda sajikan ke buat hati dengan merebus, mengukus, atau dipanggang.
Morinaga Soya MoriCare Triple Bifidus misalnya yang mampu mendukung daya tahan tubuh Si Kecil berkat Probiotik Triple Bifidus & Prebiotik FOS yang akan lindungi kesehatan saluran cerna Si Kecil, membantu perkembangan sistem imunitas tubuh, serta membantu penyerapan nutrisi agar semakin optimal. Adapula AA, DHA, Omega 3&6, fosfolipid, serta zat besi dengan segudang manfaat untuk kecerdasan multitalentanya. Tak ketinggalan, protein, kalsium, vitamin, dan mineral yang penting bagi tumbuh kembang yang optimal. Cari tahu lebih lanjut tentang Morinaga Soya MoriCare Triple Bifidus disini yuk: https://morinagasoya.com/id/produk/chil-school-soya
Bila keseluruh cara ini tidak berhasil dan Si Kecil masih tidak mau melanjutkan sesi makan, tidak masalah bila Bunda segera mengakhiri proses makan. Bila berhasil, tetap biarkan Si Kecil menentukan jumlah nasi yang ingin ia makan. Bila situasi Si Kecil mogok makan nasi mulai berlarut dan terlalu lama, Bunda bisa mengkonsultasikan ke dokter agar mendapatkan penanganan yang tepat.