Beranda Artikel 13-36 Bulan Reaksi Alergi Makanan pada Si Kecil dan Terapinya

Reaksi Alergi Makanan pada Si Kecil dan Terapinya

2022/11/07 - 04:19:06pm     oleh Morinaga Soya
Reaksi Alergi Makanan pada Si Kecil dan Terapinya

Jika Si Kecil memiliki alergi makanan, Bunda dapat mengenali reaksi alergi makanan ini dengan melihat perubahan pada tubuhnya. Reaksi ini umumnya terlihat pada kulit, sistem pernafasan, dan pencernaan Si Kecil.

Reaksi ini terjadi sebagai mekanisme tubuh terhadap zat yang dianggapnya berbahaya. Ada bermacam makanan yang dapat memicu alergi, antara lain makanan dan susu. Menurut National Health Service United Kingdom, makanan yang umum menjadi pemicu antara lain kacang-kacangan. Selain itu, telur, ikan, kedelai, dan gandum juga sering menjadi pemicu.

Untuk penjelasannya, baca tulisan ini sampai selesai yuk.

Reaksi Alergi Makanan

Reaksi alergi makanan umumnya mulai muncul ketika Si Kecil mulai diperkenalkan kepada MPASI atau makanan padat. Biasanya, reaksinya terjadi dalam hitungan jam saja setelah ia menelan makanannya. Karena dia belum bisa mengkomunikasikan perasaannya, maka Bunda perlu memperhatikan gejala berikut untuk curiga apakah ia mengalami alergi makanan.

Perubahan pada Kulit

Perubahan kulit dapat menjadi salah satu reaksi terlihat paling nyata bila Si Kecil mengalami alergi. Dampak yang muncul antara lain eksim dan gatal-gatal.

Reaksi lainnya yang mungkin juga terjadi ialah ruam terutama di sekitar area mulut dan mata. Mengenai ruam ini, barangkali Bunda ragu apakah ruam ini pasti karena alergi. Yuk, Bunda lihat perbedaan macam-macam penyebab ruam pada halaman ini: Ruam Merah pada Si Kecil, Apakah Pertanda Alergi?

Selain itu, reaksi alergi makanan bisa juga menyebabkan area bibir tampak membengkak. Bengkak ini juga dapat terlihat pada lidah. Dalam kasus yang cukup parah, pembengkakan ini bisa membuat bayi kesulitan bernapas.

Timbul Masalah Pernapasan dan Pencernaan

Saat mengonsumsi makanan yang memicu alergi, salah satu reaksi yang muncul adalah terganggunya sistem pernapasan. Misalnya hidungnya menjadi tersumbat, bersin-bersin, atau sedikit batuk.

Si Kecil juga akan merasa terganggu pada sistem pencernaannya. Umumnya, Si Kecil akan mual, nyeri perut, hingga muntah. Bahkan beberapa anak lainnya akan diare. Bunda baiknya segera mengkonsultasikan Si Kecil ke dokter ketika hal ini terjadi.

Rewel

Apabila bayi lebih rewel dari biasanya setelah mengonsumsi makanan yang baru pertama kali ia coba, bisa jadi ini cara bayi mengomunikasikan ketidaknyamanan mereka akibat reaksi alergi.

Dalam beberapa kasus, reaksi alergi makanan pada bayi muncul baru terjadi setelah beberapa kali mereka makan makanan tersebut. Misalnya pada telur. Setelah beberapa kali makan telur, baru penderita ini menunjukkan reaksi alergi. Bunda, cari tahu lebih lanjut gejala alergi terlur, cara mengatasi dan makanan penggantinya di sini: Ciri-ciri Alergi Telur dan Cara Mengatasinya

Jika Si Kecil menunjukan gejala alergi begini, sebaiknya Bunda mulai berkonsultasi dengan dokter. Lalu dokter akan mempertimbangkan perlu tidaknya penguji alergi. Semakin cepat diketahui, maka semakin cepat Bunda dapat menghindarkan Si Kecil dari sumber alergen.

Jika Si Kecil nampak sesak nafas, sebaiknya Bunda segera membawanya ke rumah sakit. Demikian pula jika mata atau bibirnya membengkak, dia muntah atau mencret terlalu sering. Reaksi alergi bisa berdampak serius pada Si Kecil, sehingga perlu segera ditolong.

Perlu juga Bunda ketahui, jika Si Kecil tiba-tiba rewel, tentu ini ada penyebab spesifiknya. Ketika hal ini terjadi, Bunda tidak perlu khawatir ya, karena cukup gampang mengenali faktor pemicunya. Informasi selengkapnya, bisa Bunda baca di sini ya: Penyebab anak rewel dan cara menanganinya.

Penyebab Alergi Makanan pada Si Kecil

Mengambil dari temuan pada riset yang terbit dalam jurnal bertajuk International Journal of Environmental Research and Public Health, penyebab alergi pada bayi dalam bentuk makanan atau minuman mempengaruhi kemungkinan Si Kecil memiliki alergi hingga 10% di berbagai negara. Bahkan dalam beberapa puluh tahun terakhir, jumlah penderita alergi makanan dinyatakan meningkat.

Menurut riset yang terbit pada jurnal Clinical and Experimental Allergy, reaksi alergi terjadi ketika sistem kekebalan tubuh bayi bereaksi secara abnormal terhadap faktor pencetus atau yang kita kenal sebagai alergen. Banyak kemungkinan yang menyebabkan Si Kecil mengalami alergi, bahkan seringkali faktor genetik memainkan peran besar terhadap alergi yang diderita Si Kecil. Selain itu, ada beberapa hal yang disinyalir menjadi penyebab Si Kecil memiliki alergi, yakni:

Genetik

Alergi pada bayi umumnya dipengaruhi oleh faktor genetik. Hal ini berarti bayi beresiko memiliki alergi apabila Bunda atau Ayah memiliki alergi terhadap sesuatu, meskipun tidak harus makanan. Kadang alergi yang dimiliki Si Kecil bisa saja berbeda dengan jenis alergi Bunda dan Ayah.

Lingkungan Terlalu Bersih

Lingkungan bersih tentu saja merupakan syarat utama untuk menunjang kehidupan yang lebih sehat dan oleh karenanya penting untuk menjaga kebersihannya. Tapi, lingkungan rumah yang terlalu bersih mungkin merupakan salah satu faktor yang tidak terduga sebagai penyebab Si Kecil rentan alergi.

Bila lingkungan terlalu steril dari kuman, justru hal ini bisa membuat sistem kekebalan tubuh Si Kecil tidak mendapat kesempatan untuk mengenal dan melawan kuman. Ketika terpapar dengan kuman atau bakteri, sistem imun Si Kecil akan memberikan reaksi berlebihan terhadap zat yang baru dikenal oleh tubuhnya.

Gangguan Kesehatan Tertentu

Bayi yang mengalami gangguan kesehatan seperti eksim, misalnya, lebih beresiko memiliki alergi terhadap makanan tertentu atau mengidap asma saat mereka dewasa nanti.

Pengobatan Alergi Makanan

Jika Si Kecil mengalami reaksi akibat alergi makanan, maka ada beberapa macam obat yang dapat diberikan. Berikut ini beberapa macam obatnya.

Adrenalin

Obat ini merupakan obat yang umumnya perlu segera dimasukkan ke tubuh Si Kecil jika Si Kecil nampak sesak nafas, atau denyut jantungnya meningkat. Dengan adrenalin ini, tubuh Si Kecil tidak akan kehabisan oksigen, sehingga organ-organ tubuhnya tidak menjadi rusak akibat reaksi alergi.

Steroid

Steroid merupakan obat yang diberikan untuk menghentikan reaksi radang akibat alergi. Dokter memberikan steroid ini supaya reaksi radang tidak sampai merusak organ tubuh.

Antihistamin

Antihistamin juga merupakan obat untuk mengurangi reaksi radang. Namun, obat ini baru diberikan jika Si Kecil sudah bisa bernafas dengan baik dan denyut jantungnya cukup baik. Bunda dapat memberikan antihistamin di rumah kepada Si Kecil yang masih bayi jika telah diizinkan oleh dokter.

Makanan Pemicu Alergi

Selain faktor-faktor tersebut, ada beberapa makanan yang umumnya menjadi pemicu alergi seperti.

  • Susu (Sapi dan Kambing)

Reaksi alergi yang bisa ditimbulkan oleh susu sapi atau kambing bisa menyebabkan bayi mengalami diare atau muntah. Pada beberapa bayi, alergi susu sapi juga bisa mengganggu kulit. Yuk, Bunda, lihat dulu macam-macam reaksi alergi akibat susu sapi di sini: Kenali Ciri-ciri Alergi Susu Sapi pada Si Kecil

Untuk memastikan bahwa Si Kecil memang alergi terhadap susu kambing atau sapi, maka Si Kecil perlu menjalani tes alergi dulu. Berikut ini cara untuk mengkonfirmasi bahwa Si Kecil memang menderita alergi terhadap susu sapi: Cara Tes Alergi Susu Sapi pada Bayi

Bila Si Kecil alergi terhadap susu sapi dan turunannya, maka umumnya dokter akan menyarankan agar Bunda mencari menu makanan yang tidak terbuat dari susu sapi dan produk turunannya. Yuk, Bunda, lihat di sini untuk mengetahui sumber menu yang dapat menggantikan susu sapi: Menyiapkan Menu MPASI untuk Bayi Alergi Susu Sapi

Selain itu, agar Si Kecil tetap memperoleh gizi dari susu, dokter juga akan menyarankan jenis susu berbahan kedelai. Bunda dapat memilih susu pertumbuhan dari bahan kedelai lho. Yang penting, pastikan di dalam susu tersebut terkandung asam amino, vitamin, serta mineral yang dibutuhkan untuk mendukung tumbuh kembang Si Kecil.

Pastikan juga tubuh Si Kecil terproteksi dengan kandungan seperti prebiotik FOS dan probiotik Triple Bifidus. Semua kandungan ini bisa Bunda temukan dalam susu Morinaga Soya MoriCare Triple Bifidus. Cocok baik bagi Si Kecil yang memiliki alergi susu sapi. Cari tahu lebih lanjut disini yuk: https://morinagasoya.com/id/produk

  • Telur (Ayam, Bebek, Puyuh)

Telur sumber makanan yang kaya akan protein, namun ternyata tidak sedikit yang memiliki alergi terhadap makanan satu ini. Pada komponen dalam telur, terutama putih telur bisa menyebabkan reaksi alergi. Akibat yang ditimbulkan biasanya berupa rasa gatal di sekujur tubuh, kulit juga akan nampak kemerahan, dan bengkak. Cari tahu lebih lanjut tentang alergi telur dalam artikel berikut yuk: Ciri ciri Alergi Telur Pada Anak dan Cara Mengatasinya

  • Gandum

Alergi terhadap panganan yang terbuat da gandum seperti sereal atau roti bisa mengakibatkan berbagai gejala alergi seperti sesak nafas, gatal-gatal, mual, bahkan dalam kasus gawat bisa menimbulkan anafilaksis. Bila Si Kecil memiliki alergi terhadap gandum, baiknya Bunda hindarkan Si Kecil dari makanan yang mengandung gluten atau semolina. Sebagai pengganti, berikan ia beras atau jagung.

  • Kacang-kacangan

Kacang yang tumbuh di pohon seperti kenari, kacang mede, dan pistachio mampu menimbulkan alergi serupa dengan reaksi yang ditimbulkan pada bayi yang alergi terhadap kacang tanah.

Selain itu, protein nabati yang terdapat dalam kacang tanah termasuk cukup tinggi loh, Bunda. Oleh karenanya, beberapa makanan pendamping ASI (MPASI) yang mengandung kacang tanah dapat menyebabkan rasa gatal pada seluruh tubuh bayi. Efek samping lain yang terlihat adalah munculnya bisul-bisul dengan warna kemerahan pada area tangan dan kulit wajah bayi.

Ada pula alergi terhadap kacang kedelai. Alergi ini biasanya ditemukan pada bayi yang diberi makanan yang mengandung kedelai. Makanan lain yang kerap kali memiliki protein kedelai dan bisa menimbulkan gejala alergi pada anak-anak adalah saus kedelai, sup miso dan makanan yang mengandung minyak kedelai.

  • Ikan (tuna, salmon, cod)

Beberapa jenis ikan dapat menyebabkan timbulnya reaksi alergi pada beberapa bayi. Oleh karenanya, Bunda sebaiknya jangan memperkenalkan ikan kepada Si Kecil sebelum usianya mencapai 6 bulan karena masih tahap memberikan ASI eksklusif. Jika ia sudah mencapai usia 8-12 bulan, barulah Bunda bisa menambahkan ikan sebagai menu pendamping bagi Si Kecil.

  • Makanan laut

Gejala yang bisa ditimbulkan bila mengalami alergi makanan laut jenis kerang-kerangan ini adalah timbulnya urtikaria (gatal di kulit), angioedema (bengkak-bengkak), asma, atau kombinasi dari beberapa kelainan tersebut. Alergi makanan laut biasanya paling mudah terdeteksi karena reaksi yang ditimbulkan bisa muncul relatif cepat dan dapat langsung terasa serta terlihat. Hanya dalam waktu kurang dari 8 jam, reaksi alerginya akan mulai muncul.

Jadi, selalu hati-hati, ya Bunda ketika memberikan makanan kepada Si Kecil. Pastikan bahwa kandungan di dalamnya tidak menimbulkan reaksi alergi yang bisa membahayakan kesehatannya. Selalu pantau dan waspadai bila Si Kecil menunjukan tanda yang tidak biasa atau mengindikasikan ia mungkin saja memiliki alergi terhadap makanan yang ia konsumsi. Bunda bisa mempelajari tentang pemicu alergi di sini ya: Mengenal Alergen dan Caranya Bekerja di Tubuh Si Kecil.

Bila menemukan tanda alergi, segera konsultasikan ke dokter untuk diagnosis yang lebih detail.





medical record

Berapa Besar Risiko Alergi Si Kecil?



Cari Tahu