Alergen adalah zat yang dapat memicu reaksi alergi karena sistem imun mendeteksinya sebagai substansi berbahaya. Ketika alergen masuk ke tubuh, sistem kekebalan merespons dengan membuat antibodi IgE. Antibodi ini berfungsi untuk melawan alergen.
Salah satu jenis alergen yang umum adalah makanan. Menurun Kemenkes, alergen makanan adalah elemen-elemen yang terdapat dalam makanan (biasanya protein) yang menimbulkan reaksi alergi setelah dimakan. Biasanya, alergen ini berupa protein, seperti seperti telur, daging, kacang tanah, hingga susu sapi.
Respon alergan ini yang menyebabkan munculnya gejala alergi seperti ruam kulit, gatal di bibir, biduran, atau pembengkakan wajah pada Si Kecil. Pelajari lebih lanjut tentang apa itu alergen dalam artikel ini, Bun.
Apa Itu Alergen?
Dilansir dari MedlinePlus, alergen adalah zat yang jadi pemicu terjadinya alergi. Bagi penderita alergi, ketika alergen masuk ke tubuhnya, maka alergen tersebut dikenali sebagai zat berbahaya sehingga sistem kekebalan tubuh bereaksi membuat antibodi imunoglobulin E (IgE) untuk melawan alergen. Reaksi ini kemudian menyebabkan munculnya gejala alergi.
Makanan yang Bisa Menjadi Alergen
Alergi bisa terjadi ketika ada alergen yang masuk ke tubuh Si Kecil, misalnya melalui jenis makanan tertentu yang mengandung alergen. Dalam beberapa kasus, gejala alergi yang muncul pada Si Kecil, diantaranya gatal-gatal pada kulit, atau di area sekitar mulut yang kadang-kadang disertai pembengkakan.
Selain itu, dapat juga terjadi gejala lain, misalnya berupa kelainan pernafasan. Untuk mengetahui gejala yang dapat terjadi akibat reaksi alergi makanan, yuk lihat halaman berikut ini: Reaksi Alergi Makanan pada Si Kecil dan Terapinya
Meski gejala yang muncul terlihat ringan dan bisa segera pulih setelah menghentikan pemberian makanan penyebab alergi, Bunda harus tetap waspada kemungkinan terjadinya syok anafilaksis yang bisa mengancam jiwa Si Kecil. Syok anafilaksis adalah reaksi alergi yang menyebabkan penurunan tekanan darah secara drastis dan terjadi penyempitan saluran pernapasan. Untuk informasi lebih lanjut, baca artikel berikut yuk: Syok Anafilaksis: Reaksi Alergi yang Membahayakan Si Kecil
Jadi, jenis makanan apa saja yang bisa menjadi pemicu alergi? Lanjut baca ulasan lengkapnya, ya, Bun.
Susu
Alergi susu sapi merupakan salah satu alergi yang paling banyak dialami Si Kecil. Penyebabnya, dalam susu sapi terdapat kandungan protein bernama kasein (protein yang terdapat pada dadih, yaitu bagian susu yang padat atau menggumpal) dan whey (bagian cair pada susu).
Dilansir dari situs Verywell Health, kedua jenis protein tersebut mengandung banyak alergen. Ketika alergen dari susu sapi masuk ke tubuh Si Kecil, sistem kekebalan tubuh akan menganggapnya sebagai zat berbahaya sehingga antibodi akan melepaskan histamin. Inilah yang kemudian memicu munculnya gejala alergi. Jika Bunda ingin mengetahui gejala alergi susu sapi, baca artikel berikut ya: Tanda Bayi Tidak Cocok Susu Formula
Jika Si Kecil alergi terhadap kasein, maka alerginya akan bertahan hingga remaja atau dewasa. Sementara jika alergi susu pada Si Kecil disebabkan whey, alergi ini jauh lebih mudah diatasi.
Untuk meminimalkan kemunculan reaksi alergi, Bunda perlu mencari tahu secara pasti jenis pemicu alerginya dengan melakukan tes alergi ke dokter. Jangan lupa hindari berbagai produk olahan berbahan susu, seperti yoghurt, keju, mentega, obat yang mengandung laktosa, daging olahan yang mengandung kasein, dan sebagainya.
Telur
Telur menjadi makanan penyebab alergi kedua terbanyak setelah susu. Biasanya, alergi telur ini sudah bisa terdeteksi sebelum Si Kecil berusia dua tahun. Gejalanya akan muncul beberapa menit atau beberapa jam setelah Si Kecil mengkonsumsi telur atau menu makanan yang mengandung telur, seperti muncul ruam kemerahan pada kulit, sakit perut, atau Si Kecil mendadak pilek.
Kenapa telur bisa memicu alergi pada Si Kecil? Di dalam telur, terdapat kandungan protein albumin, terutama pada bagian putih telurnya. Namun mengonsumsi telur, baik putih maupun kuning sering kali tetap bisa memicu alergi.
Hal penting berikutnya yang perlu Bunda waspadai, cukup banyak produk makanan mengandung telur. Jika Si Kecil sudah dipastikan menderita alergi telur, alangkah baiknya Bunda menghindari beberapa jenis makanan berikut:
- Salad yang ada irisan telur di dalamnya.
- Sup kalengan atau produk makanan lainnya yang mengandung telur.
- Sereal, roti, es krim, kerupuk.
- Marshmallow, mayones, meringue, frosting pada cake.
Untuk mengetahui gejala-gejala lainnya serta cara mengatasinya, baca artikel berikut ya Bun: Ciri ciri Alergi Telur Pada Anak dan Cara Mengatasinya
Daging
Dilansir dari website American College of Allergy, Asthma, & Immunology, daging sapi lebih sering menjadi penyebab alergi makanan pada Si Kecil. Meski begitu, ada pula jenis daging lain yang mengandung alergen dan bisa menyebabkan reaksi alergi, seperti daging bebek, daging kambing, ayam, atau babi. Penyebabnya, di dalam daging terdapat antibodi alami bernama galactose alpha 1 atau alpha gal. Pada saat alpha gal berinteraksi dengan karbohidrat, maka akan memicu reaksi alergi, seperti gatal di seluruh tubuh, ruam kulit, atau sakit perut.
Pertanyaan yang mungkin terlintas dalam pikiran Bunda saat ini, “Apakah Si Kecil yang alergi susu sapi juga akan alergi daging sapi?” Bunda perlu melakukan tes alergi terlebih dahulu sebelum menghilangkan daging sapi dari menu harian Si Kecil yang alergi susu sapi.
Makanan Laut (Seafood)
Ketika muncul gejala alergi setelah Si Kecil mengkonsumsi makanan laut, ada dua kemungkinan. Pertama, Si Kecil memang alergi protein tropomyosin atau protein lain yang memicu respons sistem imun, seperti arginine kinase dan myosin. Untuk mengetahui lebih banyak terkait alergi protein, baca artikel berikut: Ciri-ciri Alergi Protein dan Cara Mengatasinya
Kedua, akibat mengkonsumsi makanan laut yang sudah terkontaminasi virus, bakteri, atau parasit. Gejala kedua kasus ini kurang lebih sama, yaitu muntah, diare, sakit perut, muncul ruam kulit, bentol-bentol kemerahan di sekujur tubuh, atau bisa pula gatal-gatal di kulit, terutama kulit di dekat area mulut. Untuk mengetahui penyebabnya secara pasti, Bunda bisa membawa Si Kecil ke dokter untuk melakukan tes alergi.
Kacang Tanah
Ada cukup banyak kasus alergi yang disebabkan kacang. Bahkan dalam kondisi parah, alergi kacang bisa menyebabkan syok anafilaksis yang mengancam jiwa Si Kecil. Jika Si Kecil mengalami ruam pada kulit, batuk, pembengkakan di tenggorokan, atau sampai sesak nafas, setelah makan kacang, segera bawa Si Kecil memeriksakan diri ke dokter ya, Bun. Lebih cepat lebih baik, daripada nanti menyesal.
Jika setelah pemeriksaan diketahui Si Kecil memang memiliki alergi terhadap kacang, alangkah baiknya Bunda menghindari berbagai produk makanan yang mengandung kacang, seperti selai, es krim, sereal, roti, biskuit kacang, bumbu masak yang mengandung kacang, minyak kacang, bahkan permen nougat.
Bagaimana Alergen Bekerja?
Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh adalah sekelompok protein, sel, jaringan, atau organ di dalam tubuh yang bertugas melakukan perlawanan terhadap semua hal berbahaya yang masuk ke tubuh, seperti racun, parasit, bakteri atau virus.
Nah, pada orang yang memiliki alergi, sistem imun bekerja secara abnormal dengan mendeteksi kemunculan alergen di dalam tubuh sebagai ancaman kuman atau zat berbahaya. Alih-alih menghasilkan respons imun yang sehat, sistem kekebalan tubuh malah menciptakan antibodi Immunoglobulin E (IgE) yang bertugas melawan alergen.
Antibodi tersebut akan menempel pada sel tertentu di dalam tubuh (sel yang terkontaminasi alergen). Lalu ketika di kemudian hari alergen yang sama masuk ke tubuh, antibodi akan melepaskan histamin untuk melakukan perlawanan. Histamin inilah yang kemudian menyebabkan berbagai gejala reaksi alergi akibat makanan.
Apa yang dilakukan histamin pada tubuh? Beberapa diantaranya:
- Membuat pembuluh darah mengembang sehingga menyebabkan kulit di sekitar pembuluh darah tersebut menjadi merah dan bengkak.
- Histamin mempengaruhi saraf pada kulit sehingga muncul gatal-gatal.
- Histamin meningkatkan produksi lendir di lapisan hidung, yang memunculkan sensasi terbakar atau rasa gatal pada hidung, sehingga membuat bersin-bersin.
Gejala Alergi Makanan
Gejala alergi pada setiap orang berbeda. Hal yang sama terjadi pula pada Si Kecil yang mengalami alergi. Hal ini berkaitan dengan sistem kekebalan tubuh setiap orang memang berbeda satu dengan yang lainnya. Namun jika Si Kecil mengalami alergi makanan, ada beberapa gejala alergi yang umum terjadi.
Untuk gejala alergi makanan yang ringan, misalnya:
- Muncul ruam kemerahan pada kulit dan biasanya diikuti rasa gatal.
- Bersin, batuk, hidung mengeluarkan ingus (hidung berair).
- Terjadi pembengkakan pada bagian tubuh yang terpapar alergen. Bisa pada wajah, lidah, mulut, atau tenggorokan.
- Mata merah, gatal, dan berair.
- Gejala alergi yang menyerang sistem pencernaan bisa menyebabkan sakit perut, mual, muntah, atau diare.
Ketika Si Kecil sudah menunjukkan gejala alergi, segera lakukan tes alergi. Sebab, semakin cepat mengetahui penyebabnya, Bunda bisa cepat pula mengambil langkah untuk mengatasinya. Jika dibiarkan alergi bisa semakin parah, bahkan bisa menyebabkan syok anafilaksis. Nah, beberapa gejala yang menunjukkan Si Kecil akan mengalami syok anafilaksis, diantaranya:
- Nafas menjadi berat dan Si Kecil terlihat kesulitan bernafas.
- Muncul keluhan pusing, mual, dan muntah.
- Area kulit yang mengalami ruam kemerahan semakin meluas.
- Denyut nadi cepat, tetapi lemah.
- Tekanan darah turun drastis.
- Pingsan atau tidak sadarkan diri.
Itulah beberapa hal tentang alergen yang harus Bunda ketahui. Jika Si kecil alergi terhadap sesuatu, usahakan untuk menjauhkan Si Kecil dari alergen ya, Bun. Andaipun Si Kecil terlanjur mengkonsumsi makanan pemicu alergi, Bunda bisa mengobatinya menggunakan antihistamin alami. Berikut beberapa antihistamin yang sering kita jumpai: Antihistamin Alami Dalam Makanan Mengurangi Reaksi Alergi