Mengutip dati Healthline, alergi telur adalah alergi makanan kedua yang umum terjadi. Alergi ini lebih banyak terjadi pada anak-anak (2%) daripada orang dewasa. Sekitar 70% anak-anak yang mengalami alergi makanan ini dapat teratasi saat mereka berusia 16 tahun.
Jika tidak segera diatasi, reaksi alergi bisa menjadi semakin parah dan bisa berakhir fatal. Untuk mencegah hal tersebut, cari tahu penyebab, ciri-ciri, cara mengatasi dan sumber protein alternatif untuk Si Kecil, yuk.
Jadi pastikan Bunda membaca artikel ini sampai selesai, ya.
Penyebab Alergi telur
Alergi telur sendiri terjadi karena reaksi imun tubuh yang menganggap protein telur sebagai zat berbahaya. Reaksi alergi ini dapat muncul dalam beberapa jam, setelah Si Kecil mengonsumsi telur maupun makanan yang mengandung telur.
Bagian telur yang dapat menimbulkan alergi dapat berupa kuning telur maupun putih telur. Kebanyakan alergi disebabkan oleh telur ayam. Namun, beberapa kasus kondisi ini juga bisa disebabkan oleh telur bebek, kalkun, dan telur puyuh.
Ciri-ciri Alergi Telur Pada Si Kecil
Mengutip dari laman Mayo Clinic, tanda-tanda Si Kecil yang mengidap alergi telur ini cukup bervariasi, dari ringan hingga berat. Mulai dari mengalami ruam merah, pembengkakan, mata berair, sulit bernapas, hingga anafilaksis yang mengancam nyawa Si Kecil. Berikut penjelasan masing-masing kondisi tersebut.
Ruam Merah
Reaksi alergi telur yang paling umum muncul pada Si Kecil yaitu timbulnya ruam merah di area kulit. Biasanya hal ini akan ditandai dengan warna kulit yang berubah kemerahan, dan makin lama makin terasa gatal dan tak jarang menimbulkan sensasi panas. Meski tidak fatal, tetapi ruam merah membuat Si Kecil merasa tidak nyaman dan menjadi rewel.
Terkadang, kontak kulit yang tidak disengaja dengan alergen juga bisa menyebabkan timbulnya ruam ini loh, Bunda. Jadi berhati-hati juga ya dalam meletakan makanan atau benda yang bisa memicu alergi Si Kecil.
Bila ruam didiamka terlalu lama, kondisi ini bisa memburuk dan menjadi eksim kulit. Meskipun akan sulit, pastikan supaya Si Kecil tidak menggaruk ruam ini supaya tidak muncul masalah infeksi lainnya di area kulit.
Bunda bisa memakaikan sarung tangan kecil yang berbahan lembut supaya tidak ada luka kulit yang bermasalah. Bila memang diperlukan, aplikasikan salep anjuran dokter ataupun salep khusus seperti petroleum jelly yang dapat membantu Si Kecil meredakan rasa gatal dan tidak nyaman yang dialaminya.
Selain itu, ketahui juga tanda anak alergi protein setelah mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung protein. Baca di sini: Ciri-ciri Alergi Protein pada Anak dan Penanganannya
Bengkak di Area Bibir dan Mata
Si Kecil yang mengalami alergi telur akan mengalami pembengkakan di area wajah, terutama di area bibir dan mata. Hal ini tentu akan membuat Si Kecil Merasa tidak nyaman. Pembengkakan ini bisa membuat bibirnya terasa perih, gatal, sakit, dan panas. Tak jarang, lidahnya juga akan ikut bengkak.
Mata Berair
Selain bengkak, mata Si Kecil akan menjadi merah dan berair saat gejala alergi mulai menyerang, biasanya Si Kecil akan terlihat berusaha menggaruk area matanya. Pastikan supaya area mata Si Kecil yang sedang sensitif ini tidak tergaruk atau terkena tangan Si Kecil ya Bunda. Pakaikan Si Kecil sarung tangan berbahan lembut sebagai langkah pencegahan.
Pembengkakan di Tenggorokan dan Hidung Tersumbat
Reaksi alergi lain adalah tenggorokan yang membengkak sehingga Si Kecil akan kelihatan sulit untuk menelan ketika diberikan makanan ataupun susu. Begitu juga dengan hidung yang akan terasa tersumbat disertai dengan keluarnya lendir bening.
Sulit Bernapas
Tanda ini mungkin sering disalahartikan sebagai tanda bahwa Si Kecil akan pilek atau sekadar merasa kedinginan. Tapi ternyata ini bisa menjadi tanda alergi loh Bunda. Si Kecil akan terlihat seperti sulit bernapas atau napasnya akan berbunyi ‘ngik’. Karena memang dalam beberapa kasus yang cukup gawat, gejala alergi bisa mengembangkan reaksi alergi lebih parah berupa asma atau mengi.
Sakit Perut dan Muntah
Sakit perut maupun diare bisa terjadi sebagai bentuk gejala alergi Si Kecil terhadap telur. Lebih parahnya, diare bisa disertai dengan muntah dan mual. Dalam kondisi ini tentu Si Kecil akan terlihat lebih lesu dan tak bertenaga. Pastikan Bunda untuk selalu memenuhi kebutuhan cairannya supaya ia tidak dehidrasi.
Demam
Salah satu upaya tubuh dalam menghilangkan virus ataupun substansi berbahaya dari tubuh adalah dengan meningkatkan suhu tubuh. Tak terkecuali bila Si Kecil mengalami reaksi alergi. Tubuh otomatis akan menunjukan reaksi demam beberapa saat setelah telur masuk ke dalam tubuh.
Coba perhatikan apakah Si Kecil menunjukan gejala lain seperti sulit bernapas, mata dan bibir bengkak, adanya ruam di kulit atau tidak. Bila iya, sudah pasti Si Kecil mengalami reaksi alergi.
Ketika Si Kecil mengalami demam, ada beberapa tindakan yang perlu Bunda berikan agar kondisi ketidaknyamanan Si Kecil bisa mereda. Informasi selengkapnya, yuk baca: Cara Mengatasi Demam pada Anak Secara Efektif.
Anafilaksi
Pada kasus gejala alergi yang cukup gawat, akan muncul anafilaksis, atau reaksi alergi ekstrem yang bisa berakibat fatal ataupun mengancam nyawa Si Kecil. Anafilaksis merupakan reaksi alergi yang cukup parah dan bisa terjadi hanya dalam waktu singkat.
Gejala awal mungkin tidak akan berbeda dengan gejala alergi pada umumnya. Namun hanya dalam waktu singkat, anafilaksis ini akan membuat Si Kecil menjadi sulit untuk bernapas hingga jantung yang berdebar terlalu kencang dan kemungkinan terburuk yang terjadi adalah jantung yang berhenti tiba-tiba. Jika Bunda ingin mengetahui lebih banyak informasi terkait anafilaksis, baca artikel berikut yuk: Syok Anafilaksis: Reaksi Alergi yang Membahayakan Si Kecil
Bila Bunda masih ragu, Bunda bisa melakukan pemeriksaan ke dokter untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat.
Cara Mengatasi Alergi Telur pada Si Kecil
Melansir dari Hopkins Medicine, setidaknya sebanyak 5% dari seluruh anak berusia di bawah 5 tahun, termasuk bayi, memiliki alergi terhadap makanan. Salah satu makanan yang kerap menimbulkan reaksi alergi pada anak adalah telur.
Untuk menangani kondisi Si Kecil, ikuti beberapa cara ini ya Bun.
Menghindari Faktor Pencetus
Hal paling pasti yang perlu dilakukan dalam upaya mencegah timbulnya reaksi alergi terhadap Si Kecil adalah dengan menghindarkannya dari sumber alergen. Bunda bisa memilih beberapa makanan alternatif pengganti telur sebagai sumber protein bagi Si Kecil. Namun bila Bunda masih dalam tahap memberikan ASI pada bayi, maka Bunda juga harus menghindari telur.
Memberi Obat Alergi Telur
Salah satu cara yang bisa Bunda lakukan untuk mengatasi alergi telur yang dialami Si Kecil yaitu memberikan obat. Obat yang bisa Bunda berikan yaitu antihistamin atau epinefrin.
Antihistamin adalah obat yang dapat meredakan gejala alergi ringan seperti gatal-gatal, bengka, ruma merah dan lainnya. Obat ini bekerja untuk menghentikan produksi histamin yang dapat memicu reaksi alergi dan dapat dibeli secara langsung di apotik.
Namun sebelum membeli obat, sebaiknya Bunda berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter untuk memilih antihistamin dan dosis yang dianjurkan untuk Si Kecil.
Memberikan Alternatif Pengganti
Agar kebutuhan protein Si Kecil terpenuhi, Bunda bisa memberikan beberapa makanan pengganti berikut ini.
Daging
Daging dari unggas seperti ayam adalah salah satu alternatif yang cukup baik untuk menggantikan telur. Daging unggas merupakan sumber seng dan mineral makanan yang dapat membantu Si Kecil tumbuh secara optimal. Bunda bisa memberi makan dalam bentuk bubur atau di puree bersama dengan beberapa bahan makanan lain. Setelah Si Kecil cukup umur dan sudah lebih kuat untuk dapat mengunyah, Bunda bisa memberikan daging seukuran nugget.
Kacang-kacangan
Kacang merupakan sumber vitamin serta kolesterol baik sehingga sangat disarankan untuk menjadi pengganti telur. Tapi tentu saja pastikan terlebih dahulu bahwa Si Kecil tidak memiliki alergi terhadap kacang ya, Bunda.
Pilihlah beberapa jenis kacang seperti almond, pistachio, kacang kenari, dan kacang kedelai yang kaya akan vitamin sehingga bisa membantu melengkapi nutrisi harian Si Kecil supaya tetap terpenuhi.
Sayuran berdaun
Sayuran berdaun seperti bayam, kangkung, bok choy, dan lainya merupakan sumber mineral serta vitamin yang baik dan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan harian Si Kecil.
Tahu dan Tempe
Baik tahu dan tempe merupakan dua jenis makanan yang terbuat dari kacang kedelai. Kedua makanan ini terkenal kaya akan protein nabati sehingga merupakan salah satu sumber protein baik bagi tubuh dan sangat bermanfaat untuk tumbuh kembang Si Kecil.
Bunda tidak perlu khawatir meskipun anak tidak dapat mengonsumsi telur, karena protein nabati juga manfaatnya tidak kalah dengan protein hewani lho. Simak penjelannya di sini: Protein Kedelai Tidak Kalah dengan Protein Hewani
Bagaimana Bunda, ada banyak cara yang bisa Bunda lakukan untuk mencukupi kebutuhan protein Si Kecil meskipun ia tidak bisa mengonsumsi telur. Apabila Si Kecil tidak sengaja memakan telur dan reaksi alerginya kambuh, segera hubungi dokter terutama bila gejala alergi kerap bertambah parah dan membuat Si Kecil merasa tidak nyaman.
Cara Mencegah Alergi Telur pada Si Kecil
Untuk mencegah alergi telur pada anak, Bunda bisa lakukan kiat-kiat berikut:
Memberikan ASI Eksklusif Selama 6 Bulan
ASI mampu memperkuat sistem kekebalan tubuh pada bayi, dan dengan memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan, terbukti mampu mengurangi resiko ataupun tingkat alergi yang dimiliki oleh bayi.
Menghindari Paparan Telur
Direkomendasikan bahwa bayi bisa mulai dikenalkan untuk mengonsumsi telur di usia 6 bulan, pada saat bayi sudah mulai mengkonsumsi mpasi. Pengenalan telur lebih awal juga bisa mengurangi kemungkinan terjadinya alergi.
Mengenalkan Telur Sejak Dini
Jika anak Anda belum pernah mencoba telur, pengenalan telur dalam menu makanan sehari-hari harus dilakukan secara bertahap dan hati-hati. Mulailah dengan porsi yang sangat kecil dan perhatikan tanda-tanda alergi. Jika tidak ada reaksi alergi yang terjadi, jumlah telur dapat secara perlahan ditingkatkan.
Konsultasi dengan Dokter
Untuk anak yang memiliki riwayat alergi makanan atau alergi lainnya, konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter anak sebelum memperkenalkan telur. Dokter dapat memberikan rekomendasi terbaik berdasarkan kondisi dan riwayat kesehatan anak.
Begitulah Bunda penjelasan mengenai alergi telur yang bisa terjadi pada anak. Untuk mencegahnya, pastikan anak mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan sebelum mulai dikenalkan pada telur ya Bun. Bunda bisa juga melakukan cek alergi secara mandiri, untuk mengetahui seberapa besar resiko Si Kecil mengalami alergi sebelum berkonsultasi dengan dokter.