Beranda Artikel Alergi Ketahui Penyebab Biduran Tak Kunjung Sembuh pada Si Kecil

Ketahui Penyebab Biduran Tak Kunjung Sembuh pada Si Kecil

2024/08/28 - 04:17:46pm     oleh Morinaga Soya
biduran tak kunjung sembuh

Ruam merah gatal yang menonjol di kulit Si Kecil dikenal dengan sebutan biduran. Jika kondisi ini tidak kunjung sembuh selama lebih dari enam minggu, bisa jadi Si Kecil mengalami urtikaria atau biduran kronis. Kondisi ini dapat disebabkan oleh paparan virus atau bakteri, serta alergi terhadap makanan atau obat-obatan. Yuk, Bunda, pelajari lebih dalam tentang penyebab biduran kronis di artikel ini!

Apa Itu Biduran Kronis?

Biduran atau urtikaria adalah kondisi di mana bentol-bentol merah muncul pada kulit, sering kali disertai dengan rasa gatal, perih, dan pembengkakan (angioedema) pada area seperti mata, bibir, tangan, atau kaki. Jika biduran ini terjadi setidaknya dua kali dalam seminggu dan berlangsung lebih dari enam minggu, maka kondisi tersebut dikategorikan sebagai biduran kronis, Bunda.

Penyebab pasti urtikaria kronis belum sepenuhnya diketahui. Namun, kondisi ini sering ditemukan pada individu dengan penyakit autoimun seperti lupus, celiac, dan vitiligo. Selain itu, penyakit hati, asma, infeksi, serta alergi juga diduga kuat dapat menyebabkan biduran yang sulit sembuh pada Si Kecil.

Berbeda dengan biduran ringan yang biasanya hilang dengan sendirinya tanpa pengobatan, urtikaria kronis sering memerlukan obat-obatan seperti antihistamin atau kortikosteroid untuk meredakan gejalanya. Dokter mungkin juga akan meresepkan obat lain, karena respons anak terhadap obat dapat bervariasi.

Infeksi Bakteri dan Virus

Menurut penelitian yang diterbitkan oleh National Library of Medicine pada tahun 2021, paparan beberapa jenis bakteri dan virus dapat menyebabkan biduran kronis. Infeksi oleh mikroorganisme ini secara umum menjadi penyebab paling umum urtikaria pada anak.

Beberapa bakteri yang mungkin menjadi pemicu urtikaria termasuk Streptococcus, Helicobacter pylori, mycoplasma, dan infeksi saluran kemih. Sedangkan virus yang diyakini bisa menyebabkan kondisi ini meliputi hepatitis, rotavirus, rhinovirus, dan herpes simpleks.

Jika gejala urtikaria yang disebabkan oleh infeksi tidak kunjung membaik setelah beberapa minggu, Bunda sebaiknya membawa Si Kecil ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut. Dokter mungkin akan meresepkan antibiotik untuk membantu mengurangi paparan pemicu infeksi.

Alergi sebagai Pemicu Biduran

Biduran pada Si Kecil juga sering dikaitkan dengan reaksi alergi. Alergi ini umumnya disebabkan oleh konsumsi makanan laut, kacang-kacangan, susu, atau obat-obatan seperti antibiotik. Selain itu, serbuk sari, tungau yang terhirup, atau gigitan serangga juga bisa memicu reaksi alergi yang menyebabkan biduran.

Jika Bunda mencurigai bahwa biduran pada Si Kecil disebabkan oleh makanan atau obat yang baru saja dikonsumsinya, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter. Dokter akan memeriksa selama beberapa minggu apakah intoleransi terhadap makanan atau obat tersebut merupakan penyebab urtikaria kronis.

Setelah mengetahui pemicunya, Si Kecil dapat menghindari alergen yang menyebabkan biduran agar gejalanya tidak muncul kembali. Selain itu, dokter mungkin akan meresepkan antihistamin untuk meredakan gatal atau obat lain yang harus diminum setiap hari dengan dosis yang tepat.

Pentingnya Daya Tahan Tubuh yang Kuat

Selain pengobatan, menjaga daya tahan tubuh Si Kecil juga penting untuk mencegah biduran kambuh. Bunda dapat memperkuat sistem kekebalan tubuh Si Kecil melalui asupan nutrisi yang seimbang dan gaya hidup sehat. Untuk mengetahui lebih lanjut cara menjaga daya tahan tubuh Si Kecil, baca artikel berikut ini: Cara Menjaga Daya Tahan Tubuh Si Kecil.

Referensi:

  • KidsHealth. Hives (Urticaria). Diakses pada 19 Agustus 2024. https://kidshealth.org/en/parents/hives.html
  • KlikDokter. 9 Penyebab Biduran Kronis yang Tak Kunjung Sembuh. Diakses pada 19 Agustus 2024. https://www.klikdokter.com/info-sehat/kulit/penyebab-biduran-tak-kunjung-sembuh?srsltid=AfmBOoq2QKzrNuuXC5G-VCuxo0-MuQfG_AFW1tYfipdOk7cZ-i9TBS6d
  • Cleveland Clinic. Chronic Hives (Chronic Idiopathic Urticaria). Diakses pada 19 Agustus 2024. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/22900-chronic-hives-chronic-idiopathic-urticaria
  • The Royal Children’s Hospital Melbourne. Hives. Diakses pada 19 Agustus 2024. https://www.rch.org.au/kidsinfo/fact_sheets/hives/
  • Jun Watanabe, dkk. Jurnal: The Effects of Antibiotics for Helicobacter pylori Eradication or Dapsone on Chronic Spontaneous Urticaria: A Systematic Review and Meta-Analysis. Diakses pada 27 Agustus 2024. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7913800/
  • Paul Schaefer. Acute and Chronic Urticaria: Evaluation and Treatment. Diakses pada 27 Agustus 2024. https://www.aafp.org/pubs/afp/issues/2017/0601/p717.html#:~:text=The%20infectious%20agents%20commonly%20associated,through%20direct%20mast%20cell%20degranulation




medical record

Berapa Besar Risiko Alergi Si Kecil?



Cari Tahu
bannerinside bannerinside
allysca