Beranda Artikel 0-12 Bulan Anak Tidak Cocok Susu Formula? Kenali Ciri dan Penyebabnya

Anak Tidak Cocok Susu Formula? Kenali Ciri dan Penyebabnya

2022/10/11 - 10:55:49am     oleh Morinaga Soya
susu formula

Anak tidak cocok dengan susu formula dapat disebabkan oleh dua kondisi utama, yaitu alergi susu sapi dan intoleransi laktosa dalam susu sapi. Alergi susu sapi adalah reaksi sistem imun anak terhadap protein dalam susu sapi. Sedangkan, intoleransi laktosa terjadi saat anak tidak memiliki cukup enzim laktase untuk mencerna laktosa dalam susu.

Meskipun berbeda, kedua kondisi ini memiliki gejala yang serupa setelah anak mengonsumsi susu formula berbasis susu sapi. Anak yang tidak cocok dengan susu sapi akan mengalami gejala pencernaan seperti perut kembung, diare, mual muntah, dan kram perut. Yuk, baca selengkapnya di bawah ini.

Penyebab Tidak Cocok Susu Formula

Ada beberapa penyebab Si Kecil bisa menjadi tidak cocok dengan susu formula. Antara lain karena intoleransi laktosa, atau pun karena alergi susu sapi.

Baik intoleransi laktosa maupun alergi terhadap protein susu sapi sama-sama dapat mengganggu pencernaan. Namun, masalah gangguannya sangat mirip, sehingga dapat membuat Bunda bingung untuk membedakannya.

Intoleransi Laktosa

Intoleransi laktosa terjadi karena tubuh tidak mampu mencerna gula laktosa. Laktosa ini merupakan gula yang umum terdapat pada susu sapi. Fungsi utama laktosa dalam susu sapi adalah sebagai sumber energi untuk anak sapi yang sedang tumbuh dan berkembang. Bunda dapat mempelajari tentang fungsi laktosa selengkapnya di sini: Fungsi Laktosa Dalam Susu yang Wajib Bunda Pahami.

Pada dasarnya, semua anak terlahir untuk mampu mencerna laktosa. Sebab, sel-sel usus mereka mampu memproduksi enzim laktase yang bertugas mencerna laktosa tersebut. Anak-anak bahkan sudah mencerna laktosa semenjak mereka masih menyusu eksklusif.

Akan tetapi, pada beberapa anak, kemampuan sel ini mulai berubah ketika anak-anak ini mulai mengonsumsi MPASI, dan tidak menyusu eksklusif lagi. MPASI ini mengubah sel usus mereka untuk tidak memproduksi enzim laktase sebanyak masa ketika masih menyusu eksklusif.

Dampaknya, mereka menjadi kekurangan kemampuan untuk mencerna laktosa. Inilah yang dinamai intoleransi laktosa.

Alergi Susu Sapi

Alergi susu sapi terjadi karena tubuh memberikan respons imun yang berlebihan terhadap protein susu sapi. Dalam respons imun ini, setiap kali ada protein susu sapi yang masuk ke tubuh, sel-sel imun dalam tubuh selalu mengeluarkan molekul untuk mengusir protein susu sapi tersebut.

Alergi ini terjadi secara diturunkan, karena keluarga mereka memang memiliki sel-sel imun yang selalu menganggap protein susu sapi sebagai bahaya. Dampaknya, mereka selalu menderita gejala sakit setiap kali habis meminum susu sapi.

Yuk, Bunda, lihat dulu lebih dalam penjelasan tentang respons imun pada alergi ini di halaman ini: Kenali Ciri-ciri Alergi Susu Sapi pada Si Kecil

Ciri-ciri anak yang tidak cocok susu sapi tidak selalu langsung muncul lho, Bunda. Sebagian baru muncul beberapa jam setelah meminumnya. Namun sebagian lagi baru muncul beberapa hari kemudian.

Tanda Anak Tidak Cocok Susu Formula

Nah, berikut ini adalah kondisi anak tidak cocok minum susu formula, yang perlu Bunda waspadai.

Gumoh dan Muntah

Gumoh sebenarnya merupakan hal yang normal pada Si Kecil. Jika ia gumoh dan terlihat tanpa paksaan, tidak menyakitkan, serta berat badan normal, maka tidak ada yang perlu Bunda khawatirkan. Berbeda halnya bila Si Kecil muntah setiap kali setelah minum susu sapi, hal ini bisa menjadi tanda ia tidak cocok dengan susu sapi, sehingga menimbulkan reaksi alergi atau intoleransi laktosa.

Bila Si Kecil kerap muntah, terlihat tidak nyaman, rewel, berat badan tidak kunjung naik, serta kembung, maka sebaiknya Bunda mengganti susu sapi yang dikonsumsi atau memeriksakan Si Kecil ke dokter.

Diare

Saat baru lahir, frekuensi buang air besar Si Kecil biasanya akan berkisar sebanyak delapan kali per hari. Namun jika ia buang air lebih sering, warna kotoran cenderung kehitaman atau kehijauan, tekstur feses bayi terlihat lebih cair, atau bahkan mulai muncul lendir, mungkin saja Si Kecil mengalami intoleransi susu sapi atau alergi.

Buang air besar yang berdarah juga bisa menjadi indikasi Si Kecil tidak cocok dengan susu sapi yang ia konsumsi. Tapi, kondisi ini juga dapat menandakan adanya masalah yang lebih serius.

Muncul Ruam Merah

Kemunculan ruam merah di kulit bisa dikarenakan oleh banyak hal, mulai dari iritasi karena pakaian yang dikenakan, udara, atau masalah alergi lainnya. Namun, dalam sebuah penelitian yang dimuat di Journal of Pediatric Gastroenterology and Nutrition ditemukan bahwa 50% bayi yang mengidap alergi susu sapi juga memiliki masalah dermatitis atopik.

Masalah kulit ini ditandai dengan rasa gatal dan ruam kemerahan yang muncul di wajah, kulit kepala, lengan, bahkan kaki Si Kecil. Bila ruam merah kerap muncul usai Si Kecil mengonsumsi susu sapi, baiknya Bunda periksakan ke dokter untuk mengetahui lebih pasti bahwa penyebab ruam ini dikarenakan alergi atau tidak cocok dengan susu sapi.

Perlu Bunda ketahui, tidak semua ruam merah pasti disebabkan ketidakcocokan dengan susu sapi. Ada banyak penyebab ruam lainnya, mulai dari infeksi hingga keringat. Yuk, Bunda, cari tahu macam-macam penyebab ruam pada Si Kecil di sini: Ruam Merah pada Si Kecil, Apakah Pertanda Alergi?

Masalah Pernapasan

Ada beberapa masalah pernapasan yang dapat timbul ketika Si Kecil tidak cocok dengan susu pertumbuhan yang diminumnya. Masalah-masalah ini antara lain batuk, napas yang berbunyi, atau bahkan sesak napas.

Si Kecil bisa saja batuk. Bunda mungkin tidak menyadarinya pada awalnya, karena batuknya hanya sesekali. Para orang tua kadang-kadang baru menyadari bahwa Si Kecil ini batuk ringan setiap hari setelah dia mengkonsumsi susu pertumbuhannya selama berminggu-minggu.

Namun, batuk pada SI Kecil yang alergi ini tidak biasa, tetapi juga nampak berbeda, karena disertai pilek. Yuk, lihat ciri-ciri batuk karena alergi susu sapi di sini: Begini Ciri-ciri Batuk karena Alergi Susu Sapi pada Si Kecil.

Reaksi yang agak lebih berat adalah napasnya yang menjadi berbunyi “ngik-ngik”. Sering juga napas seperti ini disebut mengi, atau dalam istilah medisnya disebut wheezing. Bunyi napas seperti ini dapat disebabkan peradangan, atau juga saluran udara yang menyempit akibat zat-zat radang di dalamnya. Namun, tetap kedua penyebab ini sama-sama dikarenakan alergi.

Akibat yang paling berat adalah sesak napas. Sebetulnya, pada saat Si Kecil bernafas bunyi “ngik-ngik”, ia mungkin sudah merasa agak sesak. Ini sebabnya para orang tua perlu memahami berapa kali seharusnya anak-anak itu bernapas dalam 1 menit.

Napas sendiri merupakan bagian dari tanda-tanda vital (TTV) manusia. Jika Si Kecil mengalami sakit pada pernapasannya, maka jumlah napas merupakan pertanda yang paling cepat meningkat. Yuk, lihat berapa TTV normal pada anak-anak di halaman ini: Tanda-tanda Vital (TTV) Normal pada Bayi dan Anak

Bagaimana jika ternyata nafas Si Kecil memang berbunyi dan lajunya lebih cepat dari biasanya? Maka, Bunda perlu segera membawanya ke dokter untuk melegakan nafasnya dan menghilangkan bunyinya ini. Ayo lihat di sini untuk memahami cara meredakan nafas Si Kecil yang berbunyi: Cara Menghilangkan Nafas Si Kecil yang Berbunyi

Serangan Kolik

Kolik digambarkan ketika Si Kecil menjadi rewel dan menangis selama beberapa jam dalam sehari. Biasanya terjadi ketika Si Kecil menginjak usia tiga minggu hingga tiga bulan.

Mengutip WebMD, serangan kolik dapat ditandai juga dengan perut kembung, bergas, dan Si Kecil terlihat seperti sakit perut (misalnya melakukan gerakan menarik kaki).

Walau belum bisa diketahui secara pasti penyebab kolik, namun dalam beberapa kasus, hal ini bisa jadi tanda bahwa Si Kecil tidak cocok dengan susu sapi. Si Kecil merasa tidak nyaman akibat intoleransi laktosa yang dialaminya. Bunda dapat mempelajari lebih lanjut tentang gejala kolik dan penanganannya di sini: Kolik pada Si Kecil: Penyebab, Ciri-ciri dan Cara Mengatasi.

Alternatif Pengganti Susu Formula

Ketika Si Kecil menunjukan tanda ia tidak cocok susu formula biasa berbasis susu sapi, Bunda baiknya segera hentikan konsumsi susu tersebut dan berikan ASI untuk hasil optimal. Bunda tidak perlu khawatir, karena biasanya alergi susu sapi ini tidak berlangsung lama. Umumnya alergi susu sapi bisa sembuh sendiri saat Si Kecil memasuki umur 3 tahun.

Namun sambil menunggu alerginya sembuh, Si Kecil tetap harus dipenuhi kebutuhan nutrisinya. Maka ada beberapa alternatif pilihan yang bisa Bunda pilih sebagai pengganti agar kebutuhan gizi Si Kecil tetap terpenuhi.

Susu Kedelai

Mengutip dari National Health Service (NHS), susu yang berbasis kedelai kerap menjadi alternatif favorit saat Si Kecil tidak cocok mengonsumsi susu sapi yang dibuat dari susu sapi. Hal ini karena susu kedelai memiliki segudang manfaat dan dapat memenuhi kebutuhan gizi Si Kecil.

Bunda bisa mendapatkan susu sapi berbasis kacang kedelai secara mudah di pasaran. Pastikan Bunda memilih susu sapi pertumbuhan dimana kandungannya sudah disesuaikan usia pertumbuhan anak pada usianya. Selain itu, cari tahu juga kandungan yang terdapat dalam susu kedelai dan manfaatnya untuk Si Kecil yuk. Cari tahu di sini ya Bun: Kandungan Susu Kedelai dan Manfaatnya untuk Si Kecil

Susu Protein Hidrolisat Parsial

Jika Si Kecil telah berusia lebih dari 1 tahun, sudah minum susu hidrolisat ekstensif selama 6 bulan, dan Bunda ingin mencoba memberikan susu sapi kembali kepada Si Kecil, maka Bunda dapat mencoba susu protein hidrolisat parsial ini.

Kandungan nutrisi di dalam susu PHP cukup banyak dan bermanfaat juga untuk tumbuh kembang Si Kecil. Yuk, lihat kegunaan nutrisi dalam susu PHP di sini: Manfaat Susu Morinaga Chil Kid P-HP bagi Risiko Alergi

Demikian ciri-ciri bayi alergi susu sapi beserta solusi alternatif yang bisa Bunda pilih ketika Si Kecil menunjukan tanda atau reaksi alergi terhadap susu sapi. Bila Bunda ingin mengetahui seberapa besar risiko Si Kecil, Bunda bisa melakukan cek alergi secara mandiri. Cek alergi gratis disini yuk: Tes Alergi





medical record

Berapa Besar Risiko Alergi Si Kecil?



Cari Tahu