Sembelit merupakan masalah yang sering disebabkan oleh susu pertumbuhan yang biasa diminum. Susu sapi ialah salah satu susu pertumbuhan yang dapat menyebabkan sembelit tersebut. Bagaimana dengan susu soya, apakah susu soya bikin sembelit juga?
Sebelumnya, Bunda perlu memahami bahwa sembelit sering juga disebut sulit untuk buang air besar (BAB). Salah satu gejala Si Kecil sulit BAB yaitu jika tinjanya keras dan sulit keluar. Gejala lainnya, ialah ketika dia mengeluarkan kotoran yang terlihat seperti bongkahan-bongkahan kecil yang keras.
Bunda juga perlu mengecek frekuensi BAB Si Kecil. Jika BAB Si Kecil menjadi lebih jarang dari biasanya, maka kemungkinan besar ia juga mengalami sembelit.
Jika Si Kecil telah diperkenalkan kepada makanan padat, maka kemungkinan sembelit akan lebih sering terjadi. Sebab, fesesnya juga berubah karena mengikuti perkembangan dari variasi makanan yang diberikan. Yuk, lihat di sini untuk memahami perubahan frekuensi dan tekstur pada feses Si Kecil yang telah mendapatkan MPASI: Pahami Frekuensi BAB Bayi Pasca MPASI 6 Bulan
Penyebab Si Kecil Sembelit
Adalah umum jika Si Kecil sembelit, namun sembelit ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Pasalnya, jika dibiarkan berlarut, maka dapat berakibat serius.
Nah, akan lebih mudah bagi Bunda untuk menangani sembelit pada anak setelah mengetahui penyebabnya. Berikut faktor yang bisa menyebabkan Si Kecil sulit BAB.
Baru Diperkenalkan Makanan Padat
Bila Si Kecil mengalami transisi dari hanya mengonsumsi cairan atau ASI ke makanan padat, risiko sembelit cenderung lebih besar. Sebab, sistem pencernaan Si Kecil masih belum terbiasa dengan kehadiran makanan padat dalam lambung.
Ada pula faktor penambah risiko sulit BAB, yaitu menu makanan padat yang minim serat. Karena itu, Bunda tetap perlu memberikan ASI dalam masa transisi ini hingga Si Kecil telah terbiasa dengan makanan padatnya.
Selain itu, ada beberapa makanan penyebab sembelit pada Si Kecil lho, Bun. Cari tahu selengkapnya di sini: Makanan yang Menyebabkan Sembelit pada Bayi.
Kurang Cairan
Kekurangan asupan cairan bisa menyebabkan kotoran menjadi kering dan keras. Dampaknya, Si Kecil mungkin akan mengalami kesulitan BAB.
Selain itu, beberapa faktor seperti mulut bermasalah bisa membuat Si Kecil susah makan atau minum. Penyebab mulut bermasalah ini dapat berupa tumbuh gigi, atau pun penyakit sariawan.
Penyakit lain yang juga dapat menyebabkan Si Kecil malas minum ialah pilek. Infeksi telinga atau pun infeksi tenggorokan juga dapat menyebabkan Si Kecil malas minum loh. Sebab, minum akan mengharuskan Si Kecil melakukan gerakan menelan, padahal ketika sedang terkena penyakit ini, gerakan menelan ini akan membuat Si Kecil tidak nyaman.
Dehidrasi memang tidak boleh diabaikan begitu saja. Jika Bunda ingin mempelajari lebih lanjut mengenai penyebab dehidrasi, tanda dehidrasi parah, hingga cara menanganinya, baca artikel ini yuk: Kenali dan Pahami Tanda Dehidrasi pada Anak.
Kondisi Medis Tertentu
Ada beberapa kondisi medis yang dapat menyebabkan sembelit, antara lain kelainan organ saluran cerna bawaan lahir. Contoh lainnya, juga berupa alergi susu sapi, penyakit celiac, atau hipotiroid.
Kelainan ini mungkin sudah terjadi sejak lahir, masih bisa ditoleransi ketika Si Kecil hanya menyusui, namun baru terasa ketika Si Kecil berusia agak besar dan berkenalan dengan makanan padat.
Ini sebabnya Bunda perlu tahu seberapa sering mestinya Si Kecil itu buang air besar. Yuk, Bunda, tengok dulu frekuensi buang air besarnya yang normal ketika Si Kecil baru lahir, di sini: Frekuensi BAB Normal Bayi Usia 0-1 Bulan
Mengonsumsi Susu Pertumbuhan Tertentu
Banyak alasan mengapa mengonsumsi susu pertumbuhan bisa menjadi penyebab Si Kecil sembelit. Salah satunya, adalah karena susu pertumbuhan tertentu memiliki komposisi nutrisi yang mungkin akan lebih sulit dicerna oleh Si Kecil.
Karena nutrisi ini sulit dicerna, maka tinja Si Kecil menjadi keras dan membuatnya sulit BAB.
Ada juga hal-hal lain yang menyebabkan susu pertumbuhan tersebut menyulitkan BAB. Antara lain sebagai berikut:
-
Susu Pertumbuhan Umumnya Lebih Kental
Sebelumnya, Si Kecil hanya meminum ASI yang mengandung 90% air. Sehingga, ASI ini bisa mencukupi kebutuhan cairan Si Kecil dan cenderung lebih mudah dicerna.
Lain halnya dengan susu pertumbuhan yang memiliki tekstur yang lebih kental daripada ASI. Karena hal ini, alhasil susu ini memakan waktu lebih lama untuk dicerna oleh Si Kecil. Molekul yang membutuhkan waktu untuk melewati saluran pencernaan inilah yang akhirnya akan membuat Si Kecil sembelit.
-
Susu Pertumbuhan Tidak Disajikan dengan Benar
Menurut Raising Children, menyajikan susu pertumbuhan dengan cara yang tidak tepat bisa membuat Si Kecil sembelit. Umumnya, susu pertumbuhan tersedia dalam bentuk bubuk. Efeknya, Bunda harus menyeduhnya dengan air hangat sebelum susu ini disajikan.
Menyeduh dengan sedikit air akan membuat teksturnya semakin kental. Akibatnya, nutrisi di dalam susunya akan melewati usus dengan lambat. Dampaknya, Si Kecil menjadi sulit BAB.
Sebaiknya, sebelum memberikan kepada Si Kecil, Bunda memperhatikan takaran air untuk disesuaikan dengan jumlah bubuk susu pertumbuhan tersebut. Ini untuk menghindarkannya dari kemungkinan sembelit. Bunda juga perlu menghindari menambahkan cairan lainnya. Agar tidak merusak nutrisi yang terkandung dalam susu tersebut.
-
Tidak Cocok dengan Susu Pertumbuhan
Jika Si Kecil menjadi kesulitan BAB setelah diberi susu pertumbuhan berbahan susu sapi, maka mungkin ia mengalami intoleransi laktosa. Atau mungkin, ia memiliki alergi terhadap susu yang dikonsumsi.
Ada beberapa gejala yang mungkin terjadi jika Si Kecil alergi susu sapi. Mulai dari munculnya ruam dan bercak merah pada kulit, masalah pernapasan, hingga masalah pencernaan seperti sembelit.
Selain itu, bisa saja Si Kecil mengalami intoleransi laktosa. Intoleransi ini ialah kesulitan tubuh yang tidak dapat mencerna gula laktosa yang ada di dalam susu sapi (laktosa). Hal ini bisa menyebabkan beberapa gejala. Misalnya diare, konstipasi, perut kembung, sakit perut, yang membuat Si Kecil rewel.
Untuk mengecek apakah Si Kecil memang memiliki alergi terhadap susu berbasis sapi, Bunda bisa melakukan beberapa hal. Antara lain, mengkonsultasikan kondisi Si Kecil pasca minum susu formula ke dokter. Bunda bisa juga melakukan pengecekan secara gratis di Tes Alergi Morinaga Soya untuk mengetahui seberapa besar resiko Si Kecil mengalami alergi.
Cara Mengatasi Sembelit pada Si Kecil
Untuk mengatasi sembelit pada Si Kecil secara mandiri di rumah, cara penanganannya perlu dibedakan menurut kelompok umur ya, Bunda. Berbeda dengan orang dewasa, kondisi fisik pada Si Kecil di setiap tahap perkembangan usianya akan berbeda-beda. Maka, Si Kecil akan membutuhkan perhatian dan penanganan yang berbeda pula.
Berikut cara yang bisa dilakukan:
Mengubah Susu Pertumbuhan yang Diberikan
Bila selama ini Si Kecil diberikan susu pertumbuhan, maka ada baiknya Bunda mendiskusikan terlebih dahulu dengan dokter perihal penggantian susu untuk Si Kecil ini. Pastikan Bunda selalu mengecek kandungan yang terdapat di dalam susu pertumbuhan pilihan Bunda ya.
Cek apakah susu tersebut memiliki nutrisi yang cukup untuk menunjang tumbuh kembang Si Kecil. Susu tersebut juga tidak boleh sampai menimbulkan reaksi alergi. Seperti misalnya susu soya yang tidak akan menimbulkan reaksi alergi. Sebab, susu ini terbuat dari 100% isolat protein kedelai, hingga cocok diminum bila Si Kecil memiliki alergi susu sapi atau tidak.
Apakah susu kedelai ini bisa melancarkan BAB? Tentu saja bisa, Bunda. Karena dengan adanya probiotik dalam susu berbahan kedelai ini, maka nutrisi akan terserap dengan lancar. Sehingga, BAB Si Kecil juga akan lancar pula.
Simak pilihan susu yang tepat untuk Si Kecil yang sembelit di sini yuk Bunda: Pilihan Susu Soya untuk Bayi yang sedang Sembelit
Memanfaatkan Pelembut Tinja
Bunda juga bisa menggunakan pelembut tinja, tapi harus dengan seizin dan anjuran dokter. Umumnya pelembut tinja akan ditambahkan ke dalam susu Si Kecil untuk diberikan tiga kali sehari.
Membiasakan Duduk di Toilet Secara Teratur
Bunda bisa membiasakan Si Kecil untuk duduk di toilet di jam yang sudah ditentukan. Hal ini bisa dilakukan sekitar 3-5 menit setelah makan. Minta Si Kecil duduk di toilet, meskipun ia tidak ingin buang air besar.
Bunda perlu menciptakan suasana yang nyaman tiap buang air besar di toilet. Dengan cara ini, Si Kecil juga bisa belajar merespon keinginannya sendiri untuk buang air besar dengan selalu duduk di toilet.
Memberikan Makanan Tinggi Serat
Bunda dapat menambahkan serat dari tiga porsi sayuran dan 2 porsi buah setiap harinya. Utamakan memberinya asupan serat dari buah-buahan berkulit yang bisa langsung dikonsumsi. Antara lain plum, aprikot, persik, atau prune.
Buah naga juga bisa menjadi salah satu alternatif makanan tinggi serat yang bisa diberikan bila Si Kecil mengalami sembelit. Hindari sereal siap saji yang sudah diproses, seperti corn flake atau rice bubble.
Pada dasarnya anak yang berusia 1-2 tahun dianjurkan untuk masih mengonsumsi ASI. Namun, jika Si Kecil mengalami sembelit, Bunda bisa berkonsultasi ke dokter untuk memberikan Si Kecil susu tinggi serat agar pencernaannya lebih sehat.
Demikian beberapa faktor yang mungkin dapat menyebabkan Si Kecil beserta cara penanganannya. Jangan lupa ya, Bunda, untuk menyiapkan menu makanan yang seimbang, serta kaya akan serat. Lalu perhatikan juga selalu kandungan gizi yang terdapat dalam susu formula pilihan Bunda.
Terakhir, saat Si Kecil beranjak semakin besar, Bunda juga mungkin akan mengalami masa-masa dimana ia sulit untuk makan nasi dengan benar. Maka pastikan juga untuk mempelajari sebab dan cara mengatasinya berikut ini, ya Bunda: Cara Jitu Mengatasi Anak Tidak Mau Makan Nasi