Si Kecil diare setelah minum susu? Tahukah Bunda, diare yang terjadi pada Si Kecil setelah minum susu bisa jadi disebabkan oleh intoleransi laktosa. Untuk lebih jelasnya, baca artikel ini sampai habis, yuk.
Kenapa Si Kecil Diare Setelah Minum Susu?
Alergi susu sapi
Tahukah Bunda perbedaan alergi susu sapi dan intoleransi laktosa? Alergi susu adalah bentuk respon imun. Sistem kekebalan tubuh Si Kecil bereaksi berlebihan terhadap protein dalam susu sapi dan mengeluarkan histamin, yaitu zat kimia yang diproduksi sel darah putih untuk melawan zat asing. Histamin ini yang memicu terjadinya alergi.
Berbagai gejala yang ditimbulkan termasuk diare, ruam pada kulit, atau sesak napas. Reaksi alergi bisa muncul dalam hitungan menit hingga beberapa jam setelah mengonsumsi susu sapi atau produk olahannya. Bunda juga perlu berhati-hati, karena reaksi alergi yang parah (disebut anaphylaxis) dapat sangat berbahaya untuk Si Kecil. Agar lebih jelas dalam mengenali alergi susu sapi, yuk kenali cirinya di artikel ini: Seperti Apa Ciri-ciri Bayi yang Alergi Susu Sapi?
Intoleransi laktosa
Sedangkan intoleransi laktosa adalah masalah pencernaan. Saat Si Kecil tidak dapat mencerna susu dan produk susu dengan baik, maka akan menyebabkan masalah pada sistem pencernaan. Beberapa gejala yang ditimbulkan akibat intoleransi laktosa antara lain: diare, mual dan muntah, kembung, serta keluarnya darah dalam feses. Jika Si Kecil mengalami intoleransi laktosa, gejala akan segera muncul sekitar 30 menit hingga 2 jam setelah Si Kecil mengonsumsi susu atau produk olahan susu.
Intoleransi laktosa ini terjadi karena Si Kecil tidak memiliki cukup enzim laktase di dalam tubuhnya. Laktase merupakan enzim yang bertugas mencerna gula laktosa dari susu menjadi bentuk yang mudah dicerna oleh alat-alat pencernaan. Laktase diproduksi oleh tubuhnya sendiri.
Sebetulnya, normalnya, setiap anak lahir dengan cukup enzim laktase. Laktase ini bekerja mencerna gula laktosa dari ASI. Namun ketika mereka mulai meminum MPASI (termasuk susu pertumbuhan), beberapa anak mengalami perubahan pada sel-sel tubuhnya, sehingga enzim laktase yang mereka miliki tidak lagi sebanyak ketika mereka lahir dulu.
Karena kadar enzim laktase mereka berkurang, maka mereka mulai kesulitan untuk mencerna laktosa. Akibatnya, setiap kali mereka berusaha meminum susu yang mengandung laktosa (misalnya susu sapi atau susu kambing), tubuh mereka bereaksi mengeluarkan laktosa tersebut dengan cara kembung atau mencret.
Lalu, bagaimana jika Si Kecil mengalami intoleransi laktosa? Bunda bisa membaca hal-hal yang harus Bunda perhatikan ketika Si Kecil mengalami intoleransi laktosa.
Infeksi pencernaan
Infeksi virus (seperti Rotavirus) dan bakteri (seperti Salmonella) adalah penyebab diare yang umum terjadi pada Si Kecil. Selain itu, infeksi parasit Giardia juga dapat menyebabkan masalah pencernaan pada Si Kecil. Parasit ini akan menempel pada lapisan usus kecil yang menyebabkan diare serta mengganggu penyerapan lemak dan karbohidrat pada tubuh Si Kecil.
Diare balita
Diare balita dikenal juga sebagai diare kronis non-spesifik pada Si Kecil. Diare ini biasanya dideteksi pada Si Kecil yang berusia 6 bulan sampai 30 bulan, dan akan hilang dengan sendirinya saat Si Kecil berusia 4 tahun. Si Kecil yang menderita diare ini biasanya akan buang air dengan feses encer 2 hingga 6 kali sehari. Walau begitu, Si Kecil tetap terlihat sehat dan aktif, serta berat badan yang naik sesuai dengan kurva pertumbuhan.
Bolehkah Memberikan Susu pada Saat Anak Diare?
Sebelum memutuskan memberikan susu pada Si Kecil yang sedang diare, Bunda perlu memastikan terlebih dahulu apakah Si Kecil memiliki alergi susu sapi atau intoleransi laktosa. Untuk membedakannya, baca lebih lanjut yuk: ini lho perbedaan alergi susu dan intoleransi laktosa.
American Academy of Pediatrics menyatakan bahwa Si Kecil diperbolehkan mengonsumsi makanan normal, termasuk susu, saat mengalami diare ringan. CDC menganjurkan Si Kecil yang sudah MPASI untuk tetap makan sesuai dengan menu sehari-harinya selama diare. Walau begitu, beberapa makanan perlu Bunda hindari agar tidak memperparah gejala diare, termasuk jus buah atau minuman yang mengandung banyak gula.
Tujuan utama saat mengobati diare adalah untuk mencegah dehidrasi pada Si Kecil. Dehidrasi terjadi ketika tubuh kehilangan terlalu banyak air dan mineral. Bunda dapat mencegah dehidrasi dengan memberikan Si Kecil cairan sesering mungkin. Bunda boleh memberikan susu pada saat Si Kecil diare, dengan memperhatikan hal-hal berikut:
-
Minum susu dalam jumlah sedikit-sedikit tetapi sering (misalnya sepertiga gelas, 3 kali sehari)
-
Minum susu bersama makanan lainnya, jika Si Kecil sudah MPASI.
-
Mencoba produk olahan susu lainnya, jika penyebab diare bukan karena alergi susu ataupun intoleransi laktosa.
-
Memberikan susu bebas laktosa. Susu soya dapat menjadi pilihan yang tepat untuk membantu memenuhi kebutuhan Kalsium Si Kecil yang memiliki alergi susu atau intoleransi laktosa.
-
Untuk Si Kecil yang sudah MPASI, Bunda bisa memberikan sumber makanan lain yang mengandung Kalsium seperti brokoli, bayam, ikan sardin, ikan salmon, dan lain-lain.
Jika susu atau makanan yang diberikan memperparah gejala diare pada Si Kecil, termasuk muntah, kembung, sakit perut, atau diare yang memburuk, Bunda harus segera menghubungi layanan kesehatan untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Nah, itulah penjelasan terkait penyebab terjadinya diare setelah Si Kecil minum susu. Jika Si Kecil mengalami masalah pencernaan setelah minum susu akibat alergi susu sapi ataupun intoleransi laktosa, maka Bunda tetap dapat memenuhi kebutuhan cairan Si Kecil dengan memberikan alternatif susu untuk diare. Apa saja susu alternatif yang bisa diberikan? Cari tahu dalam artikel berikut, yuk: Jenis Susu yang Sebaiknya Dikonsumsi Si Kecil yang Diare.