Beranda Artikel 13-36 Bulan Intoleransi Laktosa: Ciri, Penyebab, dan Penanganannya

Intoleransi Laktosa: Ciri, Penyebab, dan Penanganannya

2022/10/05 - 01:31:01pm     oleh Morinaga Soya
Intoleransi Laktosa: Ciri, Penyebab, dan Penanganannya

Apakah Bunda sering mendapati Si Kecil kerap kali memiliki masalah di seputar area pencernaan usai meminum susu? Bila jawabannya iya, maka mungkin Bunda harus mempertimbangkan kemungkinan Si Kecil mengalami intoleransi laktosa. Bila dibiarkan berlarut dan ditangani dengan salah, maka kondisi ini menimbulkan permasalahan nutrisi bagi Si Kecil juga loh Bunda.

Apa Itu Intoleransi Laktosa

Laktosa merupakan salah satu sumber karbohidrat terpenting yang ada di dalam ASI serta susu formula. Saat masuk ke dalam tubuh, kebanyakan laktosa akan dipecah (terhidrolisis) menjadi glukosa dan galaktosa oleh enzim laktase yang terdapat di dalam usus halus. Hasil pecahan ini akan masuk ke dalam aliran darah sebagai nutrisi dan karbohidrat.

Fungsi laktosa sebenarnya penting untuk memberikan sumber energi untuk bayi dan anak-anak. Ketahui peran laktosa di sini: Manfaat Baik Laktosa untuk Tumbuh Kembang Si Kecil. Namun, ada sebagian orang yang mengalami intoleransi laktosa.

Melansir dari laman IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) intoleransi laktosa merupakan gejala klinis akibat tidak terhidrolisisnya laktosa atau gula alami yang terkandung dalam susu secara optimal di dalam usus halus.

Faktor utama penyebab intoleransi laktosa ini disinyalir akibat kurangnya enzim laktase yang diperlukan untuk mencerna laktosa tersebut. Karena tak dapat tercerna dengan baik, laktosa bisa mengakibatkan masalah gas, perut kembung, ataupun sakit perut sehingga bisa mengganggu kesehatan Si Kecil.

Kasus intoleransi laktosa pada bayi dan anak-anak sendiri biasanya dipengaruhi oleh faktor keturunan. Walaupun banyak yang mengalami situasi ini setelah menginjak usia remaja ataupun saat sudah dewasa, namun tak jarang juga bayi yang baru lahir atau balita bisa mengalami intoleransi laktosa. Meskipun gejalanya terkadang mirip dengan alergi susu sapi, namun kedua hal ini merupakan hal yang berbeda.

Perlu dipahami bahwa ada perbedaan yang cukup signifikan antara alergi susu sapi dengan intoleransi laktosa. Alergi susu terjadi akibat sistem kekebalan tubuh Si Kecil yang bereaksi secara berlebih terhadap protein dalam susu sapi sehingga tubuh menganggapnya sebagai ancaman dan alhasil sistem imun akan melepaskan zat histamin dan bahan kimia lainnya yang pada akhirnya menimbulkan reaksi alergi. Bunda dapat mempelajari selengkapnya di sini: Perbedaan Alergi Susu dan Intoleransi Laktosa.

Jadi bila Bunda masih memiliki keraguan akan apa yang dialami oleh Si Kecil, segeralah berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis yang lebih tepat apakah Si Kecil mengalami intoleransi laktosa atau alergi susu sapi, karena penanganan keduanya juga tidak selalu sama.

Selain berkonsultasi dengan dokter, Bunda juga bisa memeriksakan seberapa besar resiko Si Kecil mengalami alergi secara gratis di cek alergi Morinaga Soya. Seusai mengetahui seberapa besar resikonya, akan lebih mudah bagi Bunda untuk melakukan penanganan kepada Si Kecil.

Gejala Intoleransi Laktosa

Gejala intoleransi laktosa pada anak-anak dan bayi bisa langsung muncul usai mereka mengonsumsi produk susu atau dalam rentang watu 30 menit hingga 2 jam usai mengonsumsi susu. Karena tubuh Si Kecil tidak mampu memproduksi enzim laktase dalam jumlah yang cukup, maka laktosa tak dapat terserap di usus kecil dan malah masuk ke usus besar.

Dalam usus besar inilah laktosa akan difermentasi menjadi gas dan asam. Hal inilah yang menjadi asal muasal pemicu gejala intoleransi laktosa seperti diare, muntah, nyeri pada perut, perut Si Kecil menjadi kembung, dan kram perut.

Semakin banyak kadar laktosa yang dikonsumsi oleh Si Kecil, maka akan semakin parah juga gejala yang dirasakan oleh penderitanya. Apabila Bunda menemukan gejala di atas, maka cara praktis untuk mengatasinya cukup mudah. Yakni dengan memberikan susu bebas laktosa. Pelajari selengkapnya: Rekomendasi Susu Bebas Laktosa yang Aman untuk Si Kecil.

Jenis Intoleransi Laktosa

Ternyata intoleransi laktosa pada anak bukan cuma 1 jenis saja loh, Bunda, berikut jenis-jenis intoleransi laktosa pada anak:

1. Intoleransi Laktosa Primer

Intoleransi laktosa primer merupakan keadaan intoleransi laktosa paling sering ditemui pada bayi dan anak-anak. Kondisi ini diakibatkan oleh menurunnya produksi enzim laktase akibat pertambahan usia. Peristiwa ini kemudian akan membuat tubuh Si Kecil menjadi sulit untuk mencerna laktosa.

2. Intoleransi Laktosa Sekunder

Sedikit berbeda dengan intoleransi laktosa primer, intoleransi laktosa sekunder pada anak dan bayi cenderung jarang ditemui. Kondisi ini terjadi saat produksi enzim laktase semakin menurun karena adanya serangan penyakit seperti penyakit celiac atau crohn, cedera, atau operasi yang melibatkan usus.

3. Intoleransi Laktosa Kongenital

Intoleransi ini terbilang cukup jarang terjadi dibandingkan dengan dua jenis intoleransi laktosa di atas. Intoleransi laktosa kongenital biasanya disebabkan karena tidak adanya aktivitas enzim laktase dalam tubuh. Situasi ini biasanya diwariskan dari gen keluarga yang biasa disebut dengan autosom resesif. Kasus intoleransi jenis ini juga kerap ditemui pada anak atau bayi yang lahir prematur karena produksi enzim laktase yang tak mencukupi.

Penanganan Intoleransi Laktosa

Sebenarnya, hingga saat ini, belum ada penanganan terhadap intoleransi laktosa secara media atau lainnya yang dapat menyembuhkan kondisi ini. Tapi tentu ada beberapa cara yang bisa Bunda lakukan secara mandiri untuk meringankan serta meminimalisasi gejala yang terjadi kepada Si Kecil.

Usai di diagnosis dengan kondisi intoleransi laktosa, penanganan yang harus diberikan kepada Si Kecil tentu bergantung pada umur, riwayat kesehatan Si Kecil, serta intensitas intoleransi yang ia miliki. Beberapa hal yang bisa Bunda lakukan meliputi:

Mengetes Toleransi terhadap Laktosa

Mengutip dari laman Medical News Today, Bunda bisa melakukan diet bebas laktosa selama setidaknya 2 minggu dan kemudian memperkenalkan Si Kecil kembali dengan makanan yang mengandung laktosa untuk menilai tingkat toleransinya. Mengonsumsi 12 gram laktosa salam satu waktu disinyalir tak akan menimbulkan gejala apapun.

Meski beberapa anak dengan riwayat intoleransi laktosa masih memungkinkan mereka untuk mengonsumsi produk susu dan turunannya walaupun dalam jumlah yang tidak banyak. Tapi tentu untuk melakukan pengetesan ini haruslah di bawah pengawasan dokter dan dilakukan sesuai dengan instruksi dari dokter atau tenaga medis yang memiliki kapabilitas untuk memberikan saran.

Hanya saja bila Si Kecil ternyata memang tidak dianjurkan sama sekali untuk mengonsumsi susu dan produk olahannya, Bunda tak perlu khawatir. Si Kecil masih bisa memperoleh sumber kalsium, vitamin D, beserta gizi dari sumber makanan lain. Saat diberi diagnosis positif intoleransi laktosa, dokter juga akan menyarankan jenis makanan serta minuman yang aman dikonsumsi oleh Si Kecil

Semoga penjelasan mengenai kondisi intoleransi laktosa ini bisa membantu ya, Bunda. BIla Si Kecil menunjukan gejala serupa intoleransi laktosa dan hal tersebut membuatnya sangat tidak nyaman dan kesakitan, jangan ragu untuk segera membawanya ke dokter untuk diperiksakan untuk menghindari gejalanya supaya tidak menjadi semakin serius.

Menemukan Alternatif Pengganti Laktosa

Bila Bunda sudah melakukan pemeriksaan dan mengetahui dengan pasti bahwa Si Kecil mengidap intoleransi laktosa, maka Bunda disarankan untuk segera merencanakan diet khusus yang harus dijalani Si Kecil dengan mengeliminasi bahan makanan yang mengandung laktosa. Hal ini juga penting untuk diterapkan dan disiplinkan kepada Si Kecil supaya ia paham apa saja yang bisa ia konsumsi dan tidak boleh dikonsumsi.

Melansir dari buku The Zone Diet, sebagai alternatif, Bunda bisa memberdayakan beberapa bahan lain seperti kacang-kacangan (pastikan Si Kecil tidak memiliki alergi terhadap kacang-kacangan) Bunda bisa menggunakan kacang almond, macadamia, ataupun kacang kedelai, tak ketinggalan oatmeal, serta beras yang bisa difungsikan sebagai sumber vitamin D serta kalsium yang penting untuk tumbuh kembang Si Kecil. Selain itu, ikan, telur, jamur, dan sayuran berdaun hijau juga sangat disarankan.

Seperti yang sudah disebutkan dalam Pedoman Gizi Seimbang yang dirilis oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia juga dianjurkan agar anak-anak serta bayi yang mengalami intoleransi laktosa ataupun diare supaya tidak mengonsumsi susu dari sumber hewani. Sehingga penting bagi Bunda untuk memperhatikan label serta bahan makanan dalam kemasan sebelum memberikannya kepada Si Kecil.

Bila Si Kecil masih berusia di bawah 1 tahun, maka berikanlah Si Kecil ASI Eksklusif. Meskipun mengandung laktosa, namun Bunda tak perlu khawatir karena menurut IDAI, ASI bukanlah pantangan bagi Si Kecil yang memiliki intoleransi laktosa. Pasalnya, ASI sendiri sudah memiliki kandungan enzim laktase yang dapat digunakan untuk memecah laktosa tersebut.

Meskipun pemberian ASI sangatlah krusial, tapi bagi Bunda yang karena alasan medis ataupun lainnya tidak dapat memberikan ASI eksklusif kepada Si Kecil, maka pemberian susu formula pertumbuhan amat disarankan. Namun, Bunda bisa memberikan susu formula terhidrolisa parsial atau susu berbahan dasar kedelai seperti Morinaga Soya Chil Kid MoriCare with Triple Bifidus.

Karena terbuat dari isolat protein kedelai, maka susu formula ini cukup aman untuk dikonsumsi Si Kecil yang memiliki intoleransi laktosa ataupun alergi terhadap susu sapi. Kandungan bakteri baik yang tergabung dalam triple bifidus di dalamnya pun mampu mengurangi gejala alergi yang terjadi pada kulit, saluran cerna, ataupun saluran pernapasannya sehingga Si Kecil bisa lebih tenang dan tidak rewel akibat rasa tak nyaman.

Selain itu, lengkap dengan 14 vitamin, 9 mineral, serta kalsium guna memenuhi kebutuhan nutrisi hariannya. Tak kalah penting, AA & DHA, omega 3 & 6, dan zinc yang mampu memaksimalkan kinerja otak serta mendukung pertumbuhan kognitif Si Kecil.





medical record

Berapa Besar Risiko Alergi Si Kecil?



Cari Tahu