Beranda Artikel 13-36 Bulan Benarkah Bayi Bisa Alergi ASI? Ketahui Fakta dan Penyebabnya

Benarkah Bayi Bisa Alergi ASI? Ketahui Fakta dan Penyebabnya

2022/08/22 - 12:54:14pm     oleh Morinaga Soya
Benarkah Bayi Bisa Alergi ASI? Ketahui Fakta dan Penyebabnya

ASI sejatinya dipercaya sebagai asupan utama untuk bayi karena sangat kaya akan nutrisi dan bisa memenuhi kebutuhan gizi hariannya. Tapi, bagaimana kalau Si Kecil selalu mengalami masalah di saluran pencernaan, timbul ruam di kulit, dan selalu rewel usai mengkonsumsi ASI. Apakah ini berarti tanda bahwa bayi Bunda mengalami alergi terhadap ASI?

Gejala Reaksi Alergi pada Bayi

Dikutip dari laman American Academy of Pediatrics setidaknya ada 2% hingga 3% bayi yang menunjukan reaksi alergi saat disusui. Penyebab utamanya sebenarnya bukanlah karena ASI itu sendiri namun akibat protein susu sapi yang dikonsumsi oleh Bunda.

Gejala yang muncul apabila bayi mengalami gangguan pencernaan atau intoleransi terhadap makanan atau minuman yang dikonsumsi Bunda adalah rewel, mual, sakit perut, muntah, dan diare.

Adapun gejala yang muncul apabila Si Kecil memiliki alergi makanan adalah ruam di kulit, yang pasti disertai masalah pencernaan dan rewel.

Nah, Bunda jadi jika ciri-ciri yang ditunjukkan oleh bayi Bunda seperti di atas, kemungkinan besar merupakan reaksi alergi terhadap makanan yang Bunda konsumsi dan terserap ke dalam ASI.

Namun, jika Si Kecil hanya menunjukkan ruam, tanpa adanya gangguan pada pencernaannya, maka ruamnya ini belum tentu merupakan alergi ya, Bunda. Bisa jadi juga ruam ini disebabkan oleh penyakit lain. Mari lihat kemungkinan apa saja yang dapat mengakibatkan ruam itu di sini: Ruam Merah pada Si Kecil, Apakah Pertanda Alergi?

Penyebab Reaksi Alergi Pada Bayi Setelah Minum ASI

Berikut merupakan hal-hal yang kerap menyebabkan Si Kecil mengalami reaksi alergi usai mengkonsumsi ASI, antara lain:

1. Tidak Cocok Dengan Susu Sapi

Melansir dari National Center for Biotechnology Information, disinyalir setidaknya sebanyak 2 hingga 6% anak mengalami alergi terhadap susu sapi. Bila Bunda dan Ayah ataupun keluarga lainnya memiliki riwayat alergi terhadap susu sapi, maka Bunda perlu mempertimbangkan kemungkinan Si Kecil mungkin saja mewarisi hal ini.

Jadi bila sedang dalam tahap memberikan ASI eksklusif, Bunda bisa mengeliminasi segala jenis makanan atau produk susu serta turunannya selama setidaknya 2-4 minggu untuk meminimalisasi reaksi alergi Si Kecil. Bunda bisa kembali mengonsumsi makanan yang memiliki kandungan susu sapi setelah gejala alergi Si Kecil mereda.

Namun bila gejala alergi kembali berulah, segera hentikan konsumsi susu sapi, dan bawalah Si Kecil untuk ditangani oleh dokter.

Dokter seperti apa yang sebaiknya menjadi tujuan Bunda untuk mengonsultasikan Si Kecil yang menunjukkan gejala alergi? Mari lihat penjelasannya di sini: Apabila Ternyata Si Kecil Alergi, Ke Dokter Apa?

Selain alergi terhadap susu sapi, kondisi lain yang tidak memungkinkan Si Kecil untuk menerima asupan susu sapi adalah intoleransi laktosa. Meskipun gejalanya serupa, namun dua kondisi ini merupakan hal yang berbeda. Alergi susu sapi lebih diakibatkan karena sistem imun bereaksi berlebih dan mendeteksi protein dalam susu sapi sebagai ancaman bagi tubuh.

Lain halnya dengan kondisi intoleransi laktosa adalah kondisi dimana Si Kecil tak dapat mencerna laktosa (gula dalam susu sapi) dengan baik karena tubuhnya tak bisa memproduksi cukup enzim laktase. Alhasil, kondisi ini bisa menyebabkan Si Kecil mengalami gangguan pencernaan usai mengkonsumsi susu, mulai dari diare, sembelit, ataupun mual-mual.

2. Memakan Makanan Tertentu

Reaksi tiap bayi akan berbeda terhadap beragam jenis makanan yang dikonsumsi oleh Bunda. Meski demikian memang ada beberapa makanan ataupun minuman tertentu yang bisa mempengaruhi ASI dan bahkan memberi rasa berbeda pada ASI.

Adapun beberapa jenis makanan yang harus diwaspadai adalah brokoli, bawang, cokelat, cabai, makanan dengan bumbu yang kuat, produk olahan susu, dan lainnya. Di samping itu, Si Kecil bisa mengalami reaksi apabila Bunda mengonsumsi substansi berikut ini:

  • Kafein

Melansir dari Australian Breastfeeding Association, setidaknya ada sebanyak 1% kafein yang Bunda konsumsi bisa terserap ke dalam ASI. Ini merupakan salah satu alasan mengapa saat menyusui, minum lebih dari 2 cangkir kopi dalam sehari sangat tidak dianjurkan. Hal ini bisa membuat kafein masuk ke dalam tubuh bayi dan berpotensi mengganggu siklus tidurnya.

  • Alkohol

Minuman ataupun makanan yang mengandung alkohol yang terserap ke dalam ASI bisa menimbulkan efek tidak baik bagi kesehatan tubuh Si Kecil. Akan membutuhkan waktu beberapa jam hingga konsumsi yang sudah terlanjur masuk ke dalam sistem tubuh Si Kecil untuk hilang. Bunda perlu lebih berhati-hati dalam memperhatikan bahan atau kandungan makanan yang Bunda konsumsi.

3. Galaktosemia

Galaktosemia sebenarnya bukanlah merupakan kondisi alergi, tapi adalah kelainan yang menyebabkan bayi tak mampu mentolerir ASI Bunda. Dalam kondisi ini, organ hati Si Kecil tak mampu untuk memecah galaktosa (gula susu yang merupakan komponen dari laktosa). Si Kecil bisa mengalami muntah, diare, berat badan yang stagnan atau tidak bertambah, atau bahkan penyakit kuning beberapa saat setelah lahir.

Bila terkena galaktosemia, ini akan membuat Si Kecil tak dapat mengkonsumsi susu dalam bentuk apapun dan memerlukan susu formula khusus yang bebas dari galaktosa.

Cara Mengatasi Reaksi Alergi pada Bayi

1. Catat Konsumsi Makanan pada Ibu

Nah Bunda, apabila Si Kecil selalu terlihat tidak nyaman usai meminum ASI, coba ingat dan selalu catat makanan apa saja yang Bunda makan. Hal ini bisa membantu Bunda untuk menilik makanan apa yang cocok untuk dikonsumsi oleh Bunda selama periode menyusui.

Meski mungkin akan membuat Bunda bingung tatkala Si Kecil kerap menunjukan gejala alergi usai menyusu, tapi jangan langsung berasumsi bahwa ia memiliki alergi terhadap ASI sehingga membuat Bunda berhenti menyusui Si Kecil. Lebih baik berkonsultasi dulu kepada tenaga medis supaya Bunda tidak salah mendiagnosa kondisi Si Kecil.

2. Beri ASI Eksklusif Selama 6 Bulan

Menurut laman UNICEF, menyusui Si Kecil dengan ASI Eksklusif selama setidaknya 6 bulan pertama di masa kehidupannya malahan terbukti mampu mengurangi resiko ataupun tingkat keparahan alergi makanan secara signifikan, terutama pada keluarga dengan riwayat alergi yang kuat.

3. Cek Alergi pada Bayi

Apabila Bunda masih ragu untuk memeriksakan Si Kecil ke dokter, Bunda bisa melakukan pengecekan secara mandiri terlebih dahulu untuk mengetahui seberapa besar resiko Si Kecil mengalami alergi di cek alergi usai mengetahui resikonya Bunda dapat berkonsultasi langsung dengan ahlinya untuk mengambil langkah pencegahan selanjutnya.

Selain itu, bila Si Kecil terpaksa tidak dapat mengonsumsi ASI, maka Bunda harus memilihkan susu formula yang tidak akan memicu alergi Si Kecil namun tetap bisa memenuhi asupan nutrisi hariannya, seperti Morinaga Soya MoriCare Triple Bifidus yang diformulasi dari 100% isolat protein kedelai sehingga sangat aman bagi Si Kecil yang memiliki alergi terhadap susu sapi ataupun mengalami intoleransi laktosa.

Diperkaya dengan prebiotik FOS dan gabungan 3 bakteri baik dalam Probiotik Triple Bifidus, sinergi keduanya bisa membantu menjaga kesehatan saluran cerna. Pencernaan yang sehat akan meningkatkan sistem imun Si Kecil loh Bunda. Tak hanya itu, Triple Bifidus ini bisa juga meringankan gejala alergi yang terjadi di saluran pernapasan, kulit, serta saluran pencernaan sehingga anak lebih tenang dan tidak gelisah

Nah Bunda, selama membuat komitmen untuk memberikan ASI eksklusif untuk bayi, Bunda tak boleh luput untuk mempertimbangkan riwayat alergi makanan yang dimiliki oleh anggota keluarga lainnya. Apabila sudah mengetahui apa saja yang tidak cocok untuk Si Kecil, hindari makanan tersebut dan berkonsultasilah dengan dokter apabila gejala alergi yang dialami Si Kecil membuatnya terlihat sangat tidak nyaman dan rewel.





medical record

Berapa Besar Risiko Alergi Si Kecil?



Cari Tahu