Beranda Artikel 37-72 Bulan Mengenal Fungsi Laktosa bagi Tumbuh Kembang Anak

Mengenal Fungsi Laktosa bagi Tumbuh Kembang Anak

2022/10/11 - 10:47:07am     oleh Morinaga Soya
Mengenal Fungsi Laktosa bagi Tumbuh Kembang Anak

Laktosa adalah gabungan antara glukosa dan galaktosa yang secara alami terdapat dalam susu sapi, ASI, dan susu kambing. Bunda mungkin sudah tidak asing lagi dengan istilah laktosa ataupun sukrosa yang merupakan jenis gula yang kerap ditemukan di dalam susu pertumbuhan Si Kecil. Pada dasarnya sebagian besar susu termasuk yang dikonsumsi oleh orang dewasa juga mengandung laktosa dan sukrosa. Dibanding dengan sukrosa ternyata laktosa punya segudang manfaat untuk menunjang tumbuh kembang Si Kecil loh Bunda. Lanjutkan membaca untuk mengenal lebih jauh tentang laktosa, yuk.

Apa itu Laktosa?

Laktosa atau yang sering disebut gula susu adalah salah satu komponen karbohidrat yang sering ditemui dalam kandungan susu, termasuk ASI, produk olahan susu sapi seperti keju ataupun yoghurt. Laktosa bisa juga ditemui di beberapa makanan lain seperti kue, biskuit, roti. Bahkan, laktosa bisa ditemukan dalam daging juga loh, Bunda. Meski demikian tentunya kadar laktosa yang dimiliki makanan ini berbeda-beda. Sebagai contoh, menurut World Gastroenterology Organization ASI mengandung kadar laktosa sebanyak 6.9% - 7.2% sementara, susu sapi sendiri mengandung 4.7% laktosa. Walau persentasenya berbeda, namun laktosa pada keduanya dapat memenuhi kebutuhan energi Si Kecil.

Perbedaan Laktosa dengan Sukrosa

Meskipun keduanya merupakan sumber energi untuk tubuh. Perbedaan laktosa dan sukrosa adalah laktosa bisa ditemukan secara alami dalam kandungan ASI ataupun susu sapi. Sedangkan sukrosa adalah biasa ditemukan pada tebu atau produk olahannya berupa gula pasir.

Perbedaan lainnya ialah rasa manis pada laktosa, tidak sekuat sukrosa. Namun sukrosa bisa berbahaya jika dikonsumsi berlebihan karena bisa menyebabkan obesitas dan gigi mudah berlubang.

Fungsi Laktosa Untuk Anak

Melansir dari laman World Gastroenterology Organization (WGO), laktosa terdiri dari galaktosa serta glukosa. Keduanya merupakan komponen gula yang lebih sederhana dan berfungsi sebagai sumber energi untuk tubuh. Usai masuk ke dalam sistem tubuh, laktosa akan dipecah oleh enzim bernama laktase menjadi glukosa dan galaktosa.

Glukosa sendiri memang dapat ditemukan di beberapa jenis makanan lainnya yang mengandung karbohidrat, protein, dan lemak. Tapi galaktosa hanya terdapat dalam laktosa. Galaktosa sendiri disinyalir memiliki segudang manfaat untuk fungsi biologis Si Kecil. Dalam sebuah riset yang berjudul The Importance of Lactose In The Human Diet, laktosa juga memiliki kadar indeks glikemik yang rendah dimana ini merupakan kabar baik bagi pembentukan metabolisme Si Kecil.

Di samping itu, berikut merupakan fungsi laktosa bagi tumbuh kembang Si Kecil:

1. Sumber Energi

Laktosa adalah salah satu sumber energi karena ia merupakan bagian dari karbohidrat yang mampu dipecah menjadi partikel lebih sederhana. Seperti yang sudah diketahui, karbohidrat merupakan sumber energi yang dibutuhkan tubuh baik bagi orang dewasa maupun Si Kecil, terutama bila Si Kecil tengah dalam masa pertumbuhan. Si Kecil yang cukup aktif tentu kerap membutuhkan energi yang dapat mendukung aktivitas serta proses tumbuh kembangnya setiap hari.

2. Mendukung Pertumbuhan Bakteri Baik

Ketika laktosa tidak dapat dicerna di usus halus, maka laktosa akan dimanfaatkan oleh bakteri baik dalam usus besar sebagai prebiotik. Prebiotik juga amat bermanfaat bagi tubuh guna menjaga kinerja sistem imun atau daya tahan tubuh Si Kecil dalam melawan berbagai penyebab penyakit. Terlebih, prebiotik juga mampu mendorong pertumbuhan bakteri baik sehingga dapat meningkatkan kesehatan pencernaan Si Kecil. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai manfaat prebiotik dan sumber makanannya, baca artikel berikut ya Bun: Makanan yang Mengandung Prebiotik dan Manfaatnya

3. Mengoptimalkan Penyerapan Kalsium dan Zat Besi

Berkaitan dengan manfaat laktosa bagi sistem pencernaan tubuh di poin sebelumnya, karena sistem pencernaan bekerja lebih baik, maka akan lebih mudah bagi tubuh untuk menyerap kalsium dan mineral lainnya seperti zinc, terutama kepada bayi.

4. Mendukung Perkembangan Otak dan Sistem Saraf

Salah satu molekul dalam laktosa adalah galaktosa yang memiliki peran penting dalam pembentukan galaktolipid. Sementara, galaktolipid sendiri dapat membantu perkembangan otak serta pertumbuhan sistem saraf pusat. Dengan kata lain, laktosa dapat membentuk kecerdasan Si Kecil. Tak hanya itu galaktosa bisa menjadi salah satu zat yang membuat sistem imunitas tubuh dapat bekerja dengan baik. Galaktosa juga diganyang dapat mengurangi risiko gangguan yang mempengaruhi penurunan fungsi otak seperti alzheimer dan sindrom nefrotik.

5. Mencegah Obesitas

Dibandingkan dengan sukrosa, laktosa memiliki kandungan gula yang lebih sedikit, yakni hanya seperlima nya saja. Dengan perbandingan ini, alhasil berat badan Si Kecil tidak akan langsung melonjak ketika mengkonsumsi laktosa. Hal ini tentu akan mengurangi risiko Si Kecil terkena diabetes.

Tak hanya itu, seperti yang sudah disebutkan, laktosa memiliki indeks glikemik (IG) yang relatif rendah. Seperti dikutip dari laman National Health Service, IG akan menunjukan seberapa cepat makanan berkarbohidrat diproses menjadi glukosa di dalam tubuh. Ini artinya, makin tinggi nilai IG makanan, maka akan semakin cepat makanan tersebut diproses menjadi glukosa.

Makanan dan Minuman yang Mengandung Laktosa

Melansir dari NHS, WebMD, dan NIDDK, berikut ini adalah daftar makanan dan minuman yang mengandung laktosa:

  • Susu sapi. Susu sapi segar, susu skim, susu murni, dan produk susu lainnya seperti yogurt, kefir, dan es krim.
  • Keju. Beberapa jenis keju, seperti cheddar, mozzarella, dan parmesan, mengandung laktosa dalam jumlah yang berbeda-beda.
  • Mentega dan margarin. Beberapa jenis mentega dan margarin mengandung laktosa, tergantung pada merek dan formulasi tertentu.
  • Makanan olahan. Makanan olahan yang menggunakan susu atau produk susu dalam proses pembuatannya, seperti roti, kue, kue kering, dan makanan manis lainnya.
  • Produk daging dan ikan yang diproses, seperti sosis, ham, daging asap, dan ikan yang diawetkan sering kali mengandung laktosa dalam aditif atau bumbu.
  • Makanan pencuci mulut seperti puding, custard, es krim, dan makanan pencuci mulut lainnya yang menggunakan susu sebagai bahan utama.
  • Minuman berbasis susu seperti smoothie susu, minuman krim, minuman kopi, teh yang dicampur susu, serta minuman cokelat panas. Namun jika Si Kecil alergi cokelat, sebaiknya hindari makanan dan minuman berbahan dasar cokelat ya Bun.

Untuk mengetahui apakah Si Kecil alergi terhadap makanan tersebut dan bagaimana alergi tersebut bisa terjadi, baca artikel berikut yuk: Ciri-ciri Alergi Cokelat pada Anak dan Cara Mengatasinya

Gejala Anak Tidak Cocok Dengan Laktosa

Laktosa memang terdapat di dalam ASI, sehingga pemberian laktosa sebenarnya relatif aman bila diberikan sesuai dengan kebutuhannya. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Si Kecil yang berumur di bawah 6 bulan dianjurkan untuk diberikan ASI eksklusif. Namun, sayangnya, meskipun memiliki segudang manfaat baik bagi Si Kecil, tidak semua tubuh anak bisa mencerna atau menerima laktosa dengan baik. Apabila Bunda menemukan gejala di atas, maka bisa diatasi dengan memberikan susu bebas laktosa. Baca di sini yuk: Rekomendasi Susu Bebas Laktosa yang Aman untuk Si Kecil.

Salah satu kondisi yang menyebabkan anak tidak cocok dengan laktosa, yaitu:

Intoleransi Laktosa atau Lactose Intolerant

Intoleransi laktosa merupakan keadaan yang menyebabkan seseorang tidak dapat mencerna laktosa dalam tubuh sama sekali. Gejala intoleransi laktosa biasanya ditandai dengan perut kembung, diare, dan sering buang gas. Penyebab utamanya adalah karena tubuh tidak memiliki cukup enzim laktase yang dibutuhkan untuk mencerna gula dalam susu. Selain itu adapun faktor yang menyebabkan intoleransi laktosa, antara lain:

1. Intoleransi Laktosa Primer

Jenis intoleransi ini cukup sering ditemui pada orang-orang yang sebelumnya pernah mengkonsumsi produk susu dan olahannya tanpa gejala atau masalah apapun. Pada dasarnya Si Kecil sudah dibekali dengan tubuh yang akan menghasilkan cukup laktase untuk mencerna laktosa dalam ASI ataupun susu formula. Namun, setelah Si Kecil menghentikan konsumsi susu, maka usus akan memproduksi lebih sedikit enzim laktase. Perubahan ini tentu membuat Si Kecil lebih rentan dalam mengalami intoleransi laktosa.

2. Intoleransi Laktosa Sekunder

Jenis intoleransi ini umumnya bisa terjadi karena pengaruh dari penyakit yang menyerang sistem pencernaan, efek samping setelah operasi, atau merupakan reaksi akibat mengkonsumsi jenis obat tertentu.

Salah satu penyakit yang bisa mengakibatkan tubuh mengalami intoleransi laktosa adalah gastroenteritis akut atau yang biasa dikenal dengan sebutan muntaber. Infeksi yang terjadi di dalam saluran pencernaan menyebabkan kerusakan sementara pada lapisan usus. Saat mengalami muntaber, Si Kecil akan cenderung mengalami mual, muntah, dan diare, terutama saat mengonsumsi makanan yang memiliki kandungan laktosa. Tapi jangan khawatir, karena dalam hampir sebagian besar kasus, begitu sembuh, tubuh Si Kecil akan mampu mencerna laktosa seperti sedia kala.

3. Intoleransi Laktosa Bawaan

Sesuai dengan namanya, intoleransi laktosa bawaan mengakibatkan Si Kecil tidak mampu menghasilkan enzim laktase sejak lahir karena adanya faktor genetik yang diturunkan. Butuh kedua sisi orangtua untuk sama-sama memiliki kondisi intoleransi ini untuk dapat menurunkannya kepada Si Kecil.

Cara Mengatasi Intoleransi Laktosa Pada Anak

Mengingat laktosa yang kaya akan manfaat bagi tubuh Si Kecil, tentu diperlukan langkah penanganan agar Si Kecil tetap bisa mendapatkan manfaat laktosa tanpa harus mengalami reaksi alergi terhadap laktosa. Melansir dari Mayo Clinic, Bunda bisa mencoba untuk mengurangi kadar laktosa dalam makanan yang dimakan oleh Si Kecil dengan langkah berikut

  1. Batasi konsumsi susu, maksimal 118 ml atau setara dengan satu cangkir kecil. Makin sedikit mengkonsumsi susu, maka risiko timbulnya gejala bisa diminimalisasi.

  2. Cobalah konsumsi susu dengan makanan lain. Hal ini bisa melambatkan laju proses pencernaan sekaligus mengurangi gejala intoleransi laktosa yang mungkin dialami Si Kecil

  3. Konsumsi tablet dengan kandungan enzim laktase guna membantu tubuh mencerna laktosa dalam tubuh. Tentunya ini hanya bisa dilakukan bila dianjurkan oleh dokter, ya Bunda.

  4. Mengonsumsi panganan yang memiliki sedikit kandungan laktosa atau bahkan bebas laktosa.

  5. Memilih produk susu bebas atau rendah laktosa seperti keju cheddar ataupun yoghurt.

Salah satu alternatif yang bisa Bunda coba adalah beralih menggunakan susu formula terhidrolisa, seperti Morinaga Chil Kid P-HP MoriCare with Triple Bifidus. Susu formula ini memang dikhususkan untuk Si Kecil yang mengalami intoleransi laktosa. Kandungan protein whey terhidrolisa parsialnya mampu mengurangi risiko alergi Si Kecil namun tetap memberikan manfaat dan nutrisi yang didapatkan dari susu sapi. Cari tahu lebih banyak tentang Morinaga Chil Kid P-HP MoriCare with Triple Bifidus, yuk.

Selain itu, Kecerdasan Si Kecil akan semakin optimal berkat kandungan AA & DHA, yang merupakan asam lemak esensial yang penting dalam struktur perkembangan otak, ditambah kolin yang mampu mengembangkan sel saraf dan menguatkan daya ingatnya. Tambahan zat besi di dalamnya juga dapat meningkatkan konsentrasi dan menstimulasi kecerdasan Si Kecil.

Kehadiran gabungan tiga bakteri baik, triple bifidus juga akan membantu meningkatkan fungsi kesehatan saluran cerna dan mendukung daya tahan tubuh yang optimal. Tambahan 15 vitamin dan 9 mineral juga akan mendukung tumbuh kembang Si Kecil supaya semakin maksimal.

Demikian Bunda, manfaat laktosa dan cara yang bisa Bunda lakukan bila tubuh Si Kecil ternyata kesulitan mencerna laktosa. Bila intoleransi laktosa Si Kecil kerap kambuh dan membuat Si Kecil rewel dan merasa tidak nyaman, ajaklah Si Kecil ke dokter untuk dilakukan pemeriksaan lebih detil. Atau, Bunda bisa melakukan tes alergi pada Si Kecil untuk mengetahui risiko alergi susu sapi, sebelum memutuskan langkah penanganan selanjutnya. Tes alergi gratis sekarang, yuk.





medical record

Berapa Besar Risiko Alergi Si Kecil?



Cari Tahu