Beranda Artikel Kehamilan Peran Manajemen Laktasi untuk Kelancaran Proses Menyusui

Peran Manajemen Laktasi untuk Kelancaran Proses Menyusui

2022/11/07 - 04:49:30pm     oleh Morinaga Soya
Peran Manajemen Laktasi untuk Kelancaran Proses Menyusui

Manajemen laktasi adalah salah satu usaha atau upaya yang dilakukan guna memperlancar atau mencapai keberhasilan dalam proses menyusui. Penatalaksanaan manajemen laktasi menurut Departemen Kesehatan (Depkes) terbagi ke dalam 4 fase, yaitu masa kehamilan, saat segera setelah Si Kecil lahir, masa neonatus, dan masa post neonatal.

Salah satu alasan mengapa manajemen laktasi amat penting untuk dilakukan bahkan semenjak masa kehamilan adalah agar Bunda bisa memenuhi kebutuhan ASI Si Kecil dengan baik. Tidak dapat dipungkiri bahwa bisa memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif kepada Si Kecil merupakan suatu keistimewaan sendiri bagi setiap Bunda. Melalui proses menyusui ini bisa mempererat ikatan batin antara Bunda dan Si Kecil. Selain itu, ASI merupakan salah satu sumber gizi dan nutrisi utama Si Kecil di masa awal kehidupannya.

Sayangnya, proses pemberian ASI ini tidak selalu berjalan lancar, terutama bagi Bunda yang baru memiliki anak pertama. Inilah mengapa manajemen laktasi penting untuk diterapkan pada saat Bunda sudah mengandung Si Kecil hingga masa post partum.

Kapan Sebaiknya Memulai Manajemen Laktasi?

Sebenarnya, secara natural dan alami, manajemen laktasi memang telah dimulai sejak awal masa kehamilan. Hal ini bisa terlihat dari payudara yang mulai membesar, bagian areola (bagian berwarna gelap yang mengelilingi puting susu) yang menggelap, dan puting yang menjadi lebih tegak. Selain perubahan fisik yang cukup signifikan di area payudara, adapun perubahan hormon yang terjadi sebagai salah satu rangkaian kegiatan menyusui yang akan terjadi. Adanya peningkatan kadar hormon oksitosin dan prolaktin yang memiliki peran penting dalam mempersiapkan ASI selama masa kehamilan.

Peningkatan kadar hormon ini juga bukan tanpa alasan, Bunda. Pasalnya, hormon prolaktin sangat bermanfaat dalam merangsang produksi susu. Kadar hormon ini akan meningkat saat masa kehamilan, menyusui, dan kembali normal usai beberapa bulan menyusui.

Sementara, hormon oksitosin bertanggung jawab terhadap keluarnya air susu yang terjadi saat Si Kecil mulai menyentuh atau menghisap payudara Bunda. Sel saraf di payudara akan mengirimkan sinyal ke otak yang akan melepaskan hormon oksitosin. Saat jumlahnya meningkat, hormon ini membuat kelenjar di payudara dan saluran ASI berkontraksi untuk mengalirkan ASI melalui payudara. Efek kedua hormon ini juga bisa membuat Bunda tetap dalam keadaan rileks, santai, dan tenang. Dengan begitu, Bunda akan lebih siap ketika tiba waktunya mengurus dan menyusui Si Kecil.

Di samping perubahan peningkatan kedua hormon ini, memasuki bulan ke 4 kehamilan, kolostrum biasanya juga sudah mulai diproduksi tubuh. Kolostrum adalah makanan pertama untuk Si Kecil yang baru lahir. Makanan ini keluar dari payudara sebelum ASI.

Kolostrum memiliki banyak fungsi penting bagi kesehatan Si Kecil, salah satunya adalah untuk membantu menguatkan daya tahan dan perlindungan tubuh Si Kecil. Untuk informasi selengkapnya tentang komposisi dan manfaat ASI, baca di sini: Ketahui Komposisi dan Manfaat ASI Bagi Tumbuh Kembang Anak.

Kolostrum sudah mulai diproduksi oleh tubuh sejak memasuki bulan ke 7 kehamilan hingga 2-4 hari setelah melahirkan. Warna dan tekstur kolostrum tentunya berbeda dari ASI. Kolostrum berwarna kuning keemasan dan memiliki tekstur yang lebih kental. Beberapa hari setelah Si Kecil lahir, kolostrum akan digantikan oleh ASI transisi sebelum akhirnya menjadi ASI. Seiring berjalannya waktu, ASI akan menjadi lebih encer dan warnanya menjadi berubah menjadi lebih putih.

Tips Ibu Menyusui dalam Manajemen Laktasi

Tahap berikut dalam manajemen laktasi tentu adalah tahap menyusui. Proses ini dapat langsung dilakukan beberapa menit semenjak Si Kecil lahir. Di awal kehidupannya, Si Kecil secara alamiah sudah memiliki reflek untuk mengisap pada puting payudara Bunda. Untuk memahami lebih lanjut terkait gerak refleks ini, baca artikel berikut ya Bunda: Gerak Refleks pada Bayi yang Dukung Tumbuh Kembangnya

Tapi, tetap penting untuk melatih Si Kecil agar bisa menyusu dengan lancar dengan posisi perlekatan yang baik agar Si Kecil merasa nyaman saat menyusu dan proses menyusui bisa berjalan dengan lancar. Berikut beberapa tips yang bisa diterapkan:

1. Ciptakan Suasana yang Rileks

Melatih Si Kecil menyusu memang bukanlah perkara mudah. Supaya dapat berjalan dengan baik, cobalah untuk menciptakan suasana yang nyaman dan santai. Pastikan Bunda juga merasa rileks, setelah itu barulah letakkan Si Kecil mendekati payudara sampai kulitnya menempel pada kulit Bunda. Usai Si Kecil merasa nyaman, barulah proses pemberian ASI bisa dimulai.

2. Biarkan Si Kecil yang Memulai

Selama penatalaksanaan manajemen laktasi ini, biarkan Si Kecil yang memulai atau menginisiasi proses menyusu langsung di payudara. Jika ternyata ia tidak merasa lapar, maka umumnya Si Kecil akan langsung tertidur dengan sendirinya di dada Bunda. Akan tetapi bila ia merasa lapar, ia mungkin akan menggerak-gerakkan kepalanya, membuka mata, dan menaruh kepalan tangan di mulut. Bila terjadi, maka inilah waktu yang tepat untuk menyusui Si Kecil.

Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Manajemen Laktasi

Usai Si Kecil mampu menyusui dengan lancar, Bunda tetap harus memastikan kelancaran produksi ASI dengan menghindari stress berlebih dan memakan makanan bernutrisi untuk kesehatan Bunda selama masa menyusui. Selain itu, ada beberapa hal yang perlu Bunda perhatikan selalu agar manajemen laktasi dapat terus berlangsung dengan lancar.

1. Frekuensi Menyusui

Bunda sebaiknya memperhatikan frekuensi pemberian ASI kepada Si Kecil. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia, umumnya, Si Kecil yang masih bayi sebaiknya disusui sebanyak 8-12 kali dalam kurun waktu 24 jam. Hal ini dilakukan guna memenuhi kebutuhan nutrisi Si Kecil dan sekaligus menjaga produksi ASI agar terus bertambah banyak.

Di beberapa hari pertama kehidupannya, seringnya, Si Kecil akan menyusu setiap 1-2 jam sekali di siang hari dan beberapa kali pada saat malam. Rata-rata durasi menyusu berlangsung sekitar 15 hingga 20 menit untuk setiap sisi payudara.

2. Posisi Menyusui yang Tidak Tepat

Demi kenyamanan Si Kecil dan Bunda, perlu diketahui juga posisi menyusui yang kurang tepat. Seperti badan bayi yang menjauh dari badan Bunda, badan bayi tidak menghadap ke arah Bunda dan lehernya terputar.

Pastikan posisi muka bayi menghadap ke payudara dan seluruh badan bayi menghadap ke badan Bunda ya. Sanggah seluruh badannya dengan baik, agar Si Kecil bisa menyusui dengan nyaman.

3. Pijat Payudara

Pijat pasca persalinan diketahui memiliki banyak sekali manfaat bagi Bunda, salah satunya adalah membuat tubuh menjadi lebih rileks, menghilangkan penat dan stress, membantu waktu tidur agar lebih berkualitas, mengurangi atau menghilangkan rasa sakit, membantu proses menyusui, hingga memulihkan keseimbangan hormon yang dialami Bunda pasca persalinan.

Salah satu teknik pijat yang kerap digunakan usai persalinan adalah pijat oksitosin. Teknik ini dipercaya dapat memberi stimulasi pada area payudara dan diyakini mampu menambah produksi ASI. Jangan lupa untuk mengkonsultasikannya terlebih dahulu kepada ahli laktasi sebelum memutuskan untuk melakukan pijat oksitosin ini ya, Bunda.

4. Kecukupan ASI pada Si Kecil

Penting bagi Bunda untuk memahami dan mengenali tanda-tanda saat Si Kecil sudah cukup ASI atau belum. Jika asupan ASI cukup, maka urin Si Kecil akan berwarna kuning jernih dengan bau yang tidak menyengat.

Usai Si Kecil menyusu hingga kenyang, payudara biasanya akan terasa lebih lunak, dan Si Kecil akan terlihat tenang dan tidak rewel. Ia juga biasanya akan melepas sendiri payudaranya Bunda setelah kenyang.

Selain itu, coba perhatikan perubahan berat badan Si Kecil. Bila sehat, maka berat badan Si Kecil biasanya akan bertambah sebanyak 18-28 gram setiap harinya selama tiga bulan pertama hidupnya.

Nah, kadang-kadang ada lho, Bunda, situasi pada organ di mulut Si Kecil yang menyebabkannya kesulitan menyusu berlama-lama. Akibatnya, peningkatan berat badannya agak lamban. Situasi ini disebut tongue tie.

Bagaimana menangani masalah tongue tie ini? Yuk, lihat penjelasannya di sini: Cara Menaikkan Berat Badan Bayi ASI Eksklusif

5. Asupan Makanan Bunda

Apapun yang Bunda konsumsi selama menyusui Si Kecil mau tidak mau akan mempengaruhi kualitas ASI dan juga bisa berpengaruh terhadap kesehatan Si Kecil. Maka dari itu, sangat penting bagi Bunda untuk lebih selektif memilih makanan terutama saat memberikan ASI eksklusif bagi Si Kecil.

Beberapa jenis makanan disinyalir bisa memicu reaksi yang tidak baik pada Si Kecil. Makanan tersebut antara lain adalah coklat, bumbu rempah, jeruk, kubis, bunga kol, brokoli, dan beberapa makanan lainnya. Perlu diingat, tidak semua bayi akan memiliki reaksi yang sama.

Selain itu, saat memulai program menyusui, Bunda perlu membatasi konsumsi makanan dan minuman yang mengandung kafein, alkohol, atau makanan lainnya yang mungkin saja bisa memicu reaksi alergi terhadap Si Kecil. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah masuknya zat-zat yang memang belum dapat dicerna Si Kecil atau tidak baik untuk tumbuh kembangnya.

6. Penyakit Saat Menyusui

Bunda perlu lebih awas dan waspada terhadap berbagai masalah yang bisa saja timbul dikala menyusui. Misalnya, luka pada puting, penyakit mastitis, ataupun abses payudara. Bila melihat atau merasakan hal yang tidak normal atau membuat Bunda tidak nyaman jangan ragu untuk segera mengkonsultasikannya ke dokter kandungan.

Selain itu, Bunda juga disarankan untuk sebaiknya melakukan pemeriksaan secara berkala ke dokter kandungan guna mencegah penyakit sejak dini.

Penyakit lainnya yang harus diwaspadai adalah mastitis, peradangan pada jaringan payudara yang dapat menyebabkan rasa nyeri, kemerahan, dan pembengkakan. Untuk informasi selengkapnya, baca di sini Bun: Waspada Mastitis Pada Ibu yang Masih Menyusui.

7. Kesehatan Bunda

Supaya proses menyusui selalu berjalan lancar, Bunda tentu perlu menjaga kesehatan dengan baik. Caranya adalah dengan menerapkan pola hidup sehat. Mulailah mengkonsumsi makanan bergizi seimbang, beristirahat dengan cukup, mengonsumsi air putih yang cukup setiap harinya, dan mengelola stress dengan baik.

Bila Bunda sakit, proses menyusui sebenarnya bisa tetap dilakukan. Namun, Bila Bunda terkena penyakit menular seperti flu, hindari berada di dekat Si Kecil untuk sementara waktu agar ia tidak tertular. Gunakan masker penutup hidung dan mulut, serta selalu cuci tangan sebelum memulai menyusui Si Kecil

Beberapa cara di atas merupakan beberapa langkah untuk melaksanakan manajemen laktasi yang mungkin akan membantu kelancaran proses menyusui saat Si Kecil sudah hadir. Pastikan untuk memberikan Si Kecil ASI eksklusif selama enam bulan pertama hidupnya dan yakinkan bahwa tidak ada makanan ataupun cairan lain seperti gula ataupun air karena dikhawatirkan akan menghambat keberhasilan proses menyusui.

Untuk Bunda yang memiliki kesibukan di luar rumah, pelajari juga tips memberi ASI eksklusif untuk ibu yang bekerja.

Selalu biarkan Si Kecil menyusu sesuai kebutuhannya hingga puas. Saat sudah kenyang, ia akan otomatis melepaskan puting Bunda dengan sendirinya. Jangan ragu untuk selalu berkonsultasi ke dokter atau ahli laktasi saat Bunda mengalami kesulitan selama proses menyusui.





medical record

Berapa Besar Risiko Alergi Si Kecil?



Cari Tahu