Beranda Artikel 13-36 Bulan Panduan Mengatasi Rhinitis Alergi pada Anak

Panduan Mengatasi Rhinitis Alergi pada Anak

2024/07/26 - 04:15:14pm     oleh Morinaga Soya
Panduan Mengatasi Rhinitis Alergi pada Anak

Rhinitis alergi merupakan suatu kondisi dimana terjadinya peradangan di area rongga hidung atau saluran pernapasan. Ketika terjadi, gejala yang ditimbulkan hampir serupa dengan sakit pilek.

Pasalnya, rhinitis bisa menyebabkan gatal, inflamasi, serta produksi cairan yang berlebih di daerah saluran hidung, sinus, serta kelopak mata. Tapi berbeda dengan flu ataupun pilek, rhinitis tentu saja bukan disebabkan oleh infeksi virus.

Menurut sebuah studi dalam jurnal Asia Pacific Allergy, disebutkan bahwa kasus rhinitis alergi merupakan kondisi yang relatif umum diderita kelompok usia anak yang berusia di bawah 6 tahun.

Kondisi ini juga akan berlangsung selama lebih dari satu jam setiap kali Si Kecil bersinggungan dengan alergen. Meskipun rhinitis alergi bukanlah penyakit yang berbahaya, ketahui penyebab dan cara mencegahnya berikut ini.

Penyebab Rhinitis Alergi pada Anak

Rhinitis alergi pada Si Kecil biasanya disebabkan oleh masuknya zat pemicu alergi ke dalam rongga hidung.

Ketika sistem imun bereaksi terhadap partikel yang masuk, sel imun akan terbentuk dan menganggap elemen tersebut sebagai ancaman yang harus dikeluarkan.

Ini menyebabkan reaksi inflamasi, baik lokal maupun sistemik. Zat pemicu ini dikenal sebagai alergen, yaitu sesuatu yang dapat memicu alergi.

Beberapa hal yang bisa menjadi penyebab rhinitis alergi yaitu:

  • Debu: Alergi terhadap debu rumah tangga sangat umum terjadi dan seringkali disebabkan oleh tungau debu yang hidup di lingkungan rumah.
  • Serbuk sari: Alergi terhadap serbuk sari biasanya terjadi pada musim tertentu saat tanaman berbunga. Reaksi alergi ini sering dikenal sebagai hay fever atau alergi musiman.
  • Bulu hewan: Alergi ini disebabkan oleh protein yang terdapat dalam kulit mati (ketombe), air liur, dan urine hewan peliharaan seperti kucing dan anjing.
  • Tungau: Tungau debu rumah adalah salah satu alergen paling umum yang ditemukan di rumah. Tungau hidup di kasur, bantal, karpet, dan perabotan berlapis kain lainnya.

Faktor Lain yang Memicu Rhinitis Alergi

  • Alergi makanan juga dapat memicu rhinitis alergi pada Si Kecil. Misalnya, alergi terhadap telur, susu sapi, kacang-kacangan, atau ikan dapat memicu gejala rhinitis.
  • Alergi terhadap jamur dan polusi udara juga dapat menyebabkan rhinitis alergi. Jamur yang tumbuh di lingkungan lembap dapat memicu reaksi alergi pada beberapa orang.
  • Infeksi saluran pernapasan atas, seperti flu atau pilek, juga dapat memperburuk gejala rhinitis pada anak-anak yang sudah memiliki alergi.
  • Faktor genetik berperan penting dalam pengembangan alergi. Anak-anak yang orang tuanya memiliki riwayat alergi cenderung lebih rentan terhadap kondisi yang sama.

Tak hanya bisa memicu rhinitis, ternyata serbuk sari, bulu hewan, dan tungau juga bisa menyebabkan alergi debu, Bun. Kok bisa? Baca penjelasannya di sini, yuk: Gejala Alergi Debu, Penyebab, dan Cara Mengatasinya

Gejala Alergi Rhinitis pada Anak

Ketika Si Kecil mengalami rhinitis alergi, gejalanya akan muncul segera setelah terpapar partikel alergen seperti tungau debu, serbuk sari, atau bulu hewan peliharaan.

Namun, perlu Bunda ingat bahwa gejala rhinitis tidak selalu muncul setiap saat. Gejala mungkin baru tampak di musim tertentu atau saat terpapar alergen dalam jumlah besar.

Mengutip dari laman Mayo Clinic, secara umum gejala rhinitis atau hay fever yang seringkali muncul adalah seperti berikut:

  • Hidung mulai meler dan terasa tersumbat
  • Mata berair, muncul rasa gatal, dan mata menjadi merah
  • Bersin
  • Batuk
  • Area hidung, langit-langit mulut, serta tenggorokan terasa gatal
  • Kulit di bawah mata menjadi bengkak, terkadang bahkan bisa berwarna biru
  • Kulit terasa gatal dan terkadang muncul ruam kemerahan
  • Merasa cepat lelah

Dengan memahami gejala-gejala ini, Bunda dapat lebih cepat mengambil langkah untuk membantu Si Kecil merasa lebih nyaman dan mencegah gejala berkembang lebih parah.

Jenis

Menurut Allergic Rhinitis and Its Impact on Asthma (ARIA), rhinitis terbagi menjadi rhinitis alergi dan rhinitis non-alergi, berdasarkan sensitivitas terhadap sumber alergi.

Rhinitis alergi sendiri dibagi menjadi dua jenis, yaitu rhinitis musiman dan rhinitis non-musiman.

Rhinitis Alergi Menahun (Perennial)

Rhinitis alergi menahun terjadi sepanjang tahun dan biasanya disebabkan oleh alergen dalam ruangan seperti tungau debu, bulu hewan peliharaan, dan jamur.

Gejalanya meliputi hidung meler, gatal, dan tersumbat, serta potensi komplikasi seperti sinusitis dan telinga yang lengket (glue ear).

Sinusitis pada anak bisa menyebabkan rasa tidak nyaman karena rongga di dekat tulang pipi dan alis mata penuh dengan cairan. Selain itu, pendarahan hidung bisa terjadi akibat sering menggosok atau menggaruk hidung yang gatal.

Rhinitis Alergi Musiman

Rhinitis alergi musiman dipicu oleh serbuk sari dari pohon, rumput, dan tanaman lainnya. Gejalanya muncul pada musim penyerbukan dan bisa terjadi beberapa kali dalam setahun. Anak-anak dengan alergi musiman mungkin mengalami infeksi telinga atau sinusitis sebagai komplikasi.

Alergi serbuk sari tidak hanya muncul di musim semi tetapi juga selama musim kemarau saat hari terasa panas, berangin, dan kering. Serbuk sari yang terbawa angin mudah terhirup dan menyebabkan gejala alergi pada anak.

Jika Bunda ingin mempelajari lebih lanjut mengenai infeksi telinga, baca artikel berikut ya: Gejala Infeksi Telinga Pada Bayi dan Cara Mengatasinya

Dengan mengenali dan memahami gejala rhinitis alergi pada anak, Bunda dapat lebih sigap dalam mengambil tindakan pencegahan dan penanganan yang tepat.

Diagnosis Rhinitis Alergi pada Anak

Jika Bunda mencurigai Si Kecil mengalami rhinitis alergi, penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter. Berikut adalah beberapa langkah yang kemungkinan akan diambil oleh dokter untuk mendiagnosis rhinitis alergi:

Wawancara Medis dan Pemeriksaan Fisik

Dokter akan menanyakan gejala yang dialami oleh Si Kecil, durasi gejala, faktor pemicu, dan riwayat alergi keluarga. Riwayat alergi keluarga sangat penting karena dapat membantu dokter mengidentifikasi alergen yang mungkin memicu gejala. Dokter akan bertanya siapa saja di keluarga yang memiliki alergi, jenis alergi yang dialami, gejala, dan cara penanganannya.

Selanjutnya, dokter akan memeriksa hidung, telinga, dan tenggorokan Si Kecil untuk melihat tanda-tanda peradangan atau pembengkakan.

Tes Alergi

Untuk mengetahui alergen yang memicu gejala, dokter mungkin akan melakukan tes alergi berikut:

  • Tes Kulit: Menggoreskan sedikit ekstrak alergen pada kulit dan mengamati reaksi.
  • Tes Darah: Mengukur kadar antibodi IgE dalam darah yang menunjukkan adanya alergi.

Pemeriksaan Penunjang

Dalam beberapa kasus, dokter mungkin akan merekomendasikan pemeriksaan tambahan seperti:

  • Tes Fungsi Paru: Untuk mengevaluasi apakah rhinitis alergi telah berkembang menjadi asma.
  • Sinus X-ray: Untuk memeriksa adanya infeksi sinus.
  • Tes Darah Lengkap: Untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi lain.
  • Sitologi Hidung: Untuk memeriksa adanya peradangan pada sel-sel hidung.

Pentingnya Diagnosis Dini

Apabila ada anggota keluarga yang memiliki riwayat alergi, hal ini bisa saja diturunkan pada si Kecil. Jadi, Bunda perlu lebih waspada dan lebih jeli untuk mengamati gejala alergi yang mungkin timbul.

Jika gejala alergi timbul, catat aktivitas apa saja yang dilakukan atau makanan apa saja yang baru dikonsumsi. Hal tersebut akan sangat membantu proses diagnosis dini pada si Kecil.

Diagnosis dini sangat penting untuk mencegah komplikasi seperti infeksi sinus berulang, gangguan tidur, dan gangguan pertumbuhan. Dengan mengetahui alergen penyebab, Bunda dapat mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat.

Jika Bunda masih ragu untuk membawa Si Kecil ke dokter, Bunda bisa mengetahui seberapa besar risiko Si Kecil mengalami alergi dengan melakukan tes online. Yuk, ikuti panduannya di simio: Cek Alergi Morinaga Soya.

Cara Mencegah Rhinitis Alergi

Rhinitis alergi sejauh ini masih belum bisa disembuhkan sepenuhnya, tetapi gejalanya dapat diminimalisir.

Jika Si Kecil sudah menderita alergi, ada beberapa langkah yang bisa Bunda lakukan untuk mencegah gejala alergi agar tidak sering kambuh, serta memberikan nutrisi terbaik untuk mendukung daya tahan tubuhnya.

Berikut adalah beberapa cara yang bisa dilakukan:

Menjaga Kebersihan dan Menghindari Alergen

Langkah pertama dalam mencegah gejala alergi adalah mengidentifikasi alergen yang memicu reaksi pada Si Kecil.

Observasi kegiatan sehari-hari dan pola makan Si Kecil untuk mengetahui pemicu alergi. Melakukan pemeriksaan alergi melalui tes darah atau kulit di dokter juga sangat dianjurkan.

Usai mengetahui berapa besar resiko Si Kecil memiliki alergi, mungkin akan lebih mudah bagi Bunda untuk menentukan apakah memerlukan langkah penanganan yang lebih intensif atau tidak.

Untuk mencegah timbulnya gejala alergi, penting untuk menjaga kebersihan rumah dan menghindarkan Si Kecil dari paparan alergen dengan cara berikut ini:

  • Pastikan rumah bebas dari debu dengan membersihkan perabot secara rutin, mengganti sprei, serta sarung bantal dan guling secara berkala.
  • Jauhkan Si Kecil dari paparan asap rokok yang dapat memperparah gejala alergi.
  • Hindari udara dingin yang dapat memicu hidung tersumbat dan bersin-bersin.
  • Usahakan agar Si Kecil tidak menggaruk atau menggosok hidungnya saat gatal untuk menghindari iritasi.

Menerapkan Pola Hidup Sehat

Pola hidup sehat sangat penting bagi anak yang memiliki alergi. Pastikan Si Kecil mendapatkan istirahat yang cukup, berolahraga secara teratur, dan menghindari lingkungan yang dapat memicu alergi.

Ajarkan Si Kecil menjaga kebersihan diri, seperti mencuci tangan sebelum dan sesudah beraktivitas serta mandi setelah bermain di luar rumah.

Menjaga Kebersihan Rumah

Rumah harus menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi Si Kecil. Lakukan pembersihan rutin dan pastikan perabot rumah bebas dari debu. Jika memiliki hewan peliharaan, bersihkan bulunya secara teratur dan mandikan jika diperlukan.

Saat cuaca kering, berdebu, atau berangin, tutup jendela dan pastikan Si Kecil menggunakan masker saat berada di luar rumah.

Selain itu, bila memiliki hewan peliharaan di rumah, Bunda perlu membersihkan bulu hewan peliharaan secara rutin dan memandikannya bila memang perlu.

Tahukah Bunda, selain memicu rhinitis, debu juga dapat menimbulkan alergi lainnya. Masalahnya lagi, jenis alergi tersebut merupakan yang paling sering dialami oleh Si Kecil.

Ingin tahu apa saja alergi dan solusi tepatnya, yuk temukan di artikel berikut: 3 Alergi yang Sering Terjadi pada Bayi dan Cara Mengatasinya

Memenuhi Kebutuhan Nutrisi Anak

Salah satu cara meringankan gejala hay fever pada Si Kecil adalah dengan memberikannya ASI dari sejak ia lahir hingga Si Kecil berusia 2 tahun.

Bila tidak dapat memberikan ASI, maka Bunda juga bisa memberikan susu formula pertumbuhan, seperti Chil Kid Soya MoriCare+ Triple Bifi Vanila yang dapat membantu perkembangan sistem imunitas tubuh serta kesehatan saluran cerna Si Kecil.

Keberadaan gabungan 3 bakteri baik yakni Triple Bifidus disinyalir juga dapat mengurangi gejala alergi di saluran napas, terutama yang disebabkan oleh rhinitis alergi. Bakteri baik ini juga mampu membantu meringankan gejala alergi yang muncul di permukaan kulit seperti munculnya ruam merah ataupun sensasi gatal.

Triple Bifidus juga membantu meredakan gejala alergi yang mempengaruhi saluran cerna, membuat Si Kecil lebih tenang dan tidak gelisah.

Susu formula ini juga terbuat dari isolat protein kedelai, aman untuk anak yang alergi susu sapi atau intoleransi laktosa, dan dilengkapi dengan AA & DHA, kolin, zinc, serta 14 vitamin dan 9 mineral untuk menunjang pertumbuhan optimal Si Kecil. Bunda, cari tahu lebih lanjut tentang susu Morinaga Soya di sini, yuk: Chil Kid Soya MoriCare+ Triple Bifi Vanila

Nah demikianlah Bunda beberapa hal yang perlu diketahui dan dipahami mengenai rhinitis alergi. Bila gejala semakin berat dan Si Kecil tidak kunjung membaik dan kerap menunjukan gejala alergi yang mencemaskan, segeralah periksakan Si Kecil ke dokter untuk diberikan penanganan.

Referensi:

  • IV, C., & Montejo, J. (2019). Allergic Rhinitis in Children and Adolescents.. Pediatric clinics of North America, 66 5, 981-993 . https://doi.org/10.1016/J.PCL.2019.06.004.
  • Testa, D., Bari, M., Nunziata, M., Cristofaro, G., Massaro, G., Marcuccio, G., & Motta, G. (2019). Allergic rhinitis and asthma assessment of risk factors in pediatric patients: A systematic review.. International journal of pediatric otorhinolaryngology, 129, 109759 . https://doi.org/10.1016/j.ijporl.2019.109759.
  • Peng, Y., Li, A., Yu, L., & Qin, G. (2015). The Role of Probiotics in Prevention and Treatment for Patients with Allergic Rhinitis: A Systematic Review. American Journal of Rhinology & Allergy, 29, 292 - 298. https://doi.org/10.2500/ajra.2015.29.4192.
  • IV, C., & Montejo, J. (2019). Allergic Rhinitis in Children and Adolescents.. Pediatric clinics of North America, 66 5, 981-993 . https://doi.org/10.1016/J.PCL.2019.06.004.
  • Rha, Y. (2006). Allergic rhinitis in children : diagnosis and treatment. Korean Journal of Pediatrics, 49, 593-601. https://doi.org/10.3345/KJP.2006.49.6.593.
  • Goniotakis, I., Perikleous, E., Fouzas, S., Steiropoulos, P., & Paraskakis, E. (2023). A Clinical Approach of Allergic Rhinitis in Children. Children, 10. https://doi.org/10.3390/children10091571.




medical record

Berapa Besar Risiko Alergi Si Kecil?



Cari Tahu