Beranda Artikel Alergi Intoleransi Makanan: Begini Bedanya dengan Alergi Makanan

Intoleransi Makanan: Begini Bedanya dengan Alergi Makanan

2022/08/30 - 05:11:57pm     oleh Morinaga Soya
Intoleransi Makanan vs Alergi Makanan

Ketika terjadi gangguan pada sistem pencernaan setelah mengonsumsi makanan atau minuman tertentu, kebanyakan orang beranggapan gangguan tersebut akibat reaksi alergi. Padahal belum tentu lho, Bun. Bisa jadi, penyebabnya karena intoleransi makanan. Nah, apa itu intoleransi makanan dan apa perbedaannya dengan alergi makanan? Ketahui secara lengkap penyebab dan beda intoleransi makanan dengan alergi makanan yuk, Bun.

Apa Itu Intoleransi Makanan?

Intoleransi makanan adalah kondisi sistem pencernaan yang bereaksi negatif terhadap suatu zat sehingga menyebabkan usus jadi kesulitan mencerna enzim atau zat kimia tertentu dalam makanan yang dikonsumsi. Bisa pula dikatakan, intoleransi makanan adalah kondisi sistem pencernaan yang terlalu sensitif sehingga tidak bisa menyerap zat tertentu dari makanan akibat kekurangan enzim. Intoleransi makanan hanya melibatkan sistem pencernaan dan sama sekali tidak berkaitan dengan sistem kekebalan tubuh maupun antibodi.

Contoh kasus, Si Kecil intoleransi gluten. Maka setiap mengonsumsi makanan yang mengandung Gluten, Si Kecil akan mengalami gangguan pencernaan, seperti kembung, sakit perut, dan mual. Penyebabnya karena sistem pencernaan tidak bisa menyerap protein dalam gandum dengan baik.

Perbedaan Intoleransi Makanan dan Alergi Makanan

Intoleransi makanan dan alergi makanan merupakan dua kondisi yang berbeda. Pengertian intoleransi makanan bisa Bunda lihat pada penjelasan di atas. Sementara alergi makanan adalah kondisi saat tubuh memunculkan reaksi alergi terhadap suatu zat tertentu dalam makanan. Umumnya, zat yang sering memicu alergi adalah protein dalam makanan. Jadi saat masuk ke tubuh, protein dikenali sebagai zat berbahaya sehingga sistem kekebalan tubuh memproduksi antibodi IgE (Imunoglobulin E).

Ketika tubuh berusaha mencerna alergen (zat yang memicu alergi), antibodi melepaskan histamin. Dalam keadaan normal, histamin berfungsi sebagai sistem kekebalan tubuh yang berfungsi menetralisir zat berbahaya. Nah, karena antibodi salah mengenali protein yang masuk ke tubuh sebagai sesuatu yang berbahaya, histamin memicu munculnya gejala alergi pada Si Kecil.

Untuk lebih memahami perbedaan intoleransi makanan dan alergi makanan, lihat bagan berikut:

Alergi Makanan

Intoleransi Makanan

  • Terjadi karena reaksi sistem kekebalan tubuh yang salah mengenali protein dalam makanan sebagai zat berbahaya sehingga melepaskan histamin yang memicu alergi.

  • Saat intoleransi makanan terjadi, hanya melibatkan sistem pencernaan, dan tidak melibatkan sistem kekebalan tubuh. Otomatis tidak menimbulkan reaksi alergi

  • Hanya makan sedikit, bisa langsung memicu reaksi alergi, seperti ruam merah, gatal, mengi, mata dan hidung berair, dan sebagainya.

  • Tidak menimbulkan reaksi alergi. Hanya saat Si Kecil mengonsumsi zat dalam jumlah banyak, baru memunculkan gangguan pencernaan, seperti sakit perut, kembung, mual, dan nyeri perut.

  • Dapat mengancam jiwa, misalnya terjadi syok anafilaksis.

  • Tidak mengancam jiwa.



bedanya intoleransi makanan dengan alergi makanan

Intoleransi makanan juga dibagi dalam beberapa jenis, seperti intoleransi gluten, histamin, dan intoleransi fruktosa. Yuk, ketahui jenis intoleransi makanan berikut ini: 5 Jenis Intoleransi Makanan yang Bisa Dialami Si Kecil.

Penyebab Intoleransi Makanan

Gejala intoleransi makanan baru akan muncul saat tubuh tidak mampu mencerna zat kimia tertentu dalam makanan akibat kekurangan enzim, atau bisa pula disebabkan usus memiliki kepekaan berlebihan terhadap zat kimia tertentu. Beberapa jenis makanan yang biasanya dikaitkan dengan terjadinya kasus intoleransi makanan, di antaranya: pewarna dan pengawet makanan, susu atau produk olahan susu, fruktosa, kafein, dan sebagainya. Untuk lebih jelas, lanjutkan membaca pada pembahasan mengenai penyebab intoleransi makanan, berikut ini:

1. Tubuh Kekurangan Enzim

Si Kecil yang mengalami intoleransi makanan biasanya disebabkan karena tubuhnya kekurangan enzim. Padahal enzim tersebut berguna dalam proses pencernaan dan menyerap makanan. Misalnya, Si Kecil mengalami intoleransi laktosa. Ini berarti tubuh Si Kecil kekurangan enzim laktase, yaitu enzim yang berfungsi memecah gula pada susu (laktosa) menjadi molekul yang lebih kecil sehingga mudah dicerna usus. Laktosa yang tidak terserap dengan baik akan menumpuk di saluran pencernaan dan menimbulkan spasme (keram perut), begah (terasa terlalu banyak gas pada perut), kembung, perut terasa nyeri dan sakit.

Khusus untuk Si Kecil yang mengalami alergi susu, gejala yang muncul biasanya mirip dengan intoleransi laktosa. Inilah yang sering menyebabkan kebingungan sehingga membutuhkan diagnosis medis untuk memastikannya, apakah Si Kecil benar-benar alergi susu atau intoleransi makanan?

2. Adanya Kandungan Histamin dalam Makanan

Histamin merupakan zat yang dihasilkan dari kerja sistem kekebalan tubuh ketika mendapati adanya ancaman zat berbahaya yang masuk ke dalam tubuh. Nah, histamin ternyata juga bisa ditemukan pada beberapa jenis makanan akibat proses pembusukan, misalnya ikan atau daging yang tidak disimpan dengan benar.

Makanan ini jika masuk ke dalam tubuh, akan menimbulkan gejala intoleransi makanan. Bunda juga perlu mewaspadai beberapa gejala intoleransi histamin akibat kandungan histamin dalam makanan yang masuk ke tubuh Si Kecil bisa mirip anafilaksis. Jika gejala ini yang muncul, lebih baik langsung bawa Si Kecil ke dokter.

3. Munculnya Salisilat dalam Makanan

Si Kecil juga bisa mengalami intoleransi salisilat. Jika makanan yang mengandung salisilat masuk ke tubuh Si Kecil akan menyebabkan munculnya gejala intoleransi makanan, seperti gatal dan ruam kemerahan, diare, sakit perut, pilek, kelelahan, dan mengi.

Salisilat merupakan turunan asam salisilat yang dihasilkan tanaman sebagai bentuk pertahanan terhadap serangga, jamur, bakteri, dan penyakit tanaman yang berbahaya. Itulah sebabnya, beberapa bahan makanan mengandung salisilat tinggi, misalnya berbagai jenis rempah, sayuran, buah-buahan (beri, tomat jeruk), teh, pasta gigi, permen karet, atau zat penambah rasa mint.

4. Adanya Bahan Kimia Tertentu dalam Makanan

Dalam industri makanan sudah umum jika pebisnis menggunakan bahan kimia tertentu yang dianggap aman untuk dikonsumsi, seperti pewarna buatan, perasa, bahan pengawet, pemanis, dan pengemulsi. Nah, bahan kimia pada makanan tersebut bisa menyebabkan intoleransi makanan bagi sebagian orang. Ciri-ciri Si Kecil mengalami intoleransi terhadap bahan kimia tertentu dalam makanan, misalnya:

  • MSG atau Monosodium glutamat, merupakan penambah rasa, yang bagi penderita intoleransi makanan akan menyebabkan gejala sesak dada, mual, sakit kepala, dan diare.
  • Nitrat merupakan pengawet yang biasanya digunakan pada daging olahan. Gejala yang muncul bagi Si Kecil dengan intoleransi makanan, seperti gatal-gatal dan sakit kepala.
  • Intoleransi makanan akibat bahan kimia bernama sulfit akan menyebabkan gatal-gatal, diare, sesak nafas. Dalam kondisi yang lebih parah, bisa menyebabkan anafilaksis. Untuk pencegahannya, hindari buah-buahan kering, anggur, selai, dan jeli.

5. Keracunan Makanan

Beberapa bahan kimia alami pada jenis bahan makanan tertentu juga bisa memicu keracunan makanan. Misalnya, Aspergillus flavus jenis jamur yang menghasilkan zat racun bernama aflatoksin. Zat ini bahkan sering mengontaminasi bahan makanan lain sesaat setelah panen atau saat dalam masa penyimpanan, seperti jahe, kunyit, kacang tanah, singkong, dan rempah-rempahan lainnya.

Untuk sebagian orang dengan intoleransi makanan, kalau sampai mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi bahan kimia beracun tersebut bisa memicu munculnya gejala mual, diare, muntah, atau gejala keracunan makanan lainnya.

Ciri-ciri Intoleransi Makanan

Bagaimana mengenali, apakah Si Kecil mengalami intoleransi makanan atau tidak? Untuk itu, Bunda bisa mengenali beberapa ciri intoleransi makanan berikut ini:

  • Diare merupakan salah satu ciri Si Kecil mengalami intoleransi makanan tertentu. Biasanya, diare terjadi beberapa saat setelah makan.
  • Perut terasa kembung dan penuh gas juga menjadi salah satu ciri adanya gangguan sistem pencernaan akibat intoleransi makanan, terutama intoleransi laktosa yang disebabkan ketidakmampuan usus mencerna gula (laktosa) yang biasanya terdapat dalam susu atau produk olahan susu.
  • Sakit perut atau perut terasa nyeri, disertai rasa kram pada bagian bawah atau tengah perut, menjadi tanda adanya intoleransi.
  • Ketika Si Kecil mengomsumsi makanan tertentu dan menyebabkan gangguan sistem pencernaan akibat intoleransi, bisa pula diikuti dengan sakit kepala.

Saat Bunda menemui Si Kecil mengalami ciri di atas, misalnya sakit perut, ada beberapa pertolongan pertama yang dapat Bunda berikan pada Si Kecil di rumah untuk meredakan gejalanya. Untuk panduannya yuk simak: Cara mengatasi sakit perut anak.

Cara Mengatasi Intoleransi Makanan

Berikut beberapa langkah yang bisa Bunda terapkan untuk menangani Si Kecil yang memiliki intoleransi makanan.

  • Menghindari makanan yang menyebabkan pemicu intoleransi pada Si Kecil.
  • Mengonsumsi suplemen laktase, tentunya dengan rekomendasi dokter.
  • Perhatikan label sebelum memilih produk makanan.
  • Siapkan alternatif makanan yang bergizi.

Penting untuk diingat bahwa setiap anak memiliki kebutuhan yang berbeda, jadi penting untuk berkonsultasi dengan dokter agar Bunda memperoleh panduan dalam menjaga keseimbangan dan kebutuhan nutrisi Si Kecil.

Nah, setelah mengetahui apa itu intoleransi makanan, perbedaanya dengan alergi makanan, penyebab dan ciri-ciri, cari tahu jenis intoleransi makanan, yuk.





medical record

Berapa Besar Risiko Alergi Si Kecil?



Cari Tahu