Beranda Artikel Alergi Panduan Mengenal Alergi Makanan di Usia Kanak-kanak

Panduan Mengenal Alergi Makanan di Usia Kanak-kanak

2025/02/06 - 02:29:09pm     oleh Morinaga Soya
Panduan Mengenal Alergi Makanan di Usia Kanak-kanak

Alergi makanan kini semakin sering menjadi perhatian para Bunda, terutama karena dampaknya dapat mengganggu kesehatan dan aktivitas sehari-hari. Pernahkah Bunda melihat Si Kecil mengalami gatal-gatal, ruam, atau masalah pencernaan setelah menyantap makanan tertentu? Kekhawatiran seperti ini wajar dirasakan, terutama jika belum diketahui apakah ini sekadar reaksi sementara atau benar-benar merupakan tanda alergi terhadap makanan.

Pemahaman mendalam tentang alergi sangat penting untuk mengenali gejalanya lebih awal, mencegah kejadian serupa di masa depan, dan menjaga asupan gizi Si Kecil tetap seimbang. Dengan informasi yang tepat, Bunda dapat membantunya tetap sehat dan nyaman.

Mengapa Si Kecil Rentan terhadap Alergi Makanan

Perkembangan sistem perlindungan tubuh Si Kecil yang belum sempurna membuatnya lebih sensitif terhadap zat tertentu dalam makanan. Pada usia dini, tubuhnya sering salah mengenali protein tertentu sebagai ancaman, sehingga terjadi respons perlindungan yang berlebihan yang kemudian dikenal sebagai alergi.

Pemberian makanan selain ASI sebelum usia 6 bulan seringkali menjadi faktor yang meningkatkan risiko alergi. ASI eksklusif selama 6 bulan pertama membantu membangun fondasi sistem imun yang lebih kuat, sehingga membantu mengurangi sensitivitas terhadap alergen. Pemberian makanan selain ASI dalam masa tersebut dapat mempengaruhi sensitivitas ini.

Seiring bertambahnya usia, sistem kekebalannya akan mulai belajar mengenali berbagai zat asing tanpa bereaksi berlebihan. Meski demikian, proses ini berlangsung berbeda pada setiap anak. Beberapa anak mungkin akan terbebas dari reaksi alergi, sementara yang lain masih mengalaminya hingga dewasa.

Jenis Makanan yang Sering Menjadi Alergen

Beberapa makanan diketahui lebih sering memicu reaksi alergi. Bunda perlu mengetahuinya untuk mencegah terjadinya reaksi tersebut pada Si Kecil.

Kacang

Kacang, termasuk kacang tanah, mete, dan almon, mengandung protein kuat yang tahan terhadap suhu tinggi pada pemanasan, sehingga tetap dapat mencetuskan reaksi alergi meskipun telah dimasak. Faktor genetik, terutama riwayat alergi kacang dalam keluarga yang menyebabkan gen tubuhnya cenderung lebih sensitif terhadap protein kacang, juga meningkatkan peluang terjadinya kondisi ini.

Paparan kacang sebelum usia 6 bulan juga meningkatkan risiko alergi. Oleh karena itu, memperkenalkan kacang kepada Si Kecil sebaiknya dilakukan secara bertahap setelah masa 6 bulan tersebut terlewati, dengan selalu memantau respons tubuhnya.

Gandum

Gandum mengandung beberapa jenis protein, seperti albumin, globulin, gliadin, dan gluten, yang sering menjadi pemicu alergi pada beberapa anak. Gluten, yang sering menjadi penyebab utama alergi gandum, dapat menyebabkan gangguan pencernaan dan reaksi lain jika dikonsumsi dalam jumlah besar oleh anak yang peka terhadapnya.

Memberikan gandum terlalu dini, terutama sebelum usia 6 bulan, atau konsumsi berlebihan tanpa pengenalan bertahap, juga dapat memperbesar risiko alergi. Ini karena sistem imun Si Kecil masih berkembang dan belum sepenuhnya mampu mengenali protein dalam gandum sebagai zat yang aman.

Susu Sapi

Susu sapi sering kali menjadi bagian penting dari pola makan anak-anak karena kandungan nutrisinya yang tinggi, seperti kalsium, protein, dan vitamin D. Namun, bagi beberapa anak, protein kasein dan whey yang terkandung di dalamnya dapat dikenali oleh sistem imun sebagai zat berbahaya, sehingga sering memicu reaksi alergi.

Memperkenalkan susu sapi secara bertahap setelah Si Kecil berusia 1 tahun dengan pengawasan dapat membantu meminimalkan risiko alergi. Jika ia menunjukkan tanda alergi, alternatif seperti susu pertumbuhan berbahan dasar protein soya dapat menjadi solusi.

Alergen Lainnya dari Makanan

Terdapat pula sejumlah makanan lain yang juga dapat memicu reaksi alergi pada anak-anak. Telur maupun seafood seperti udang, kerang, dan ikan, misalnya, merupakan salah satu makanan yang sering menimbulkan alergi, terutama pada anak-anak yang lebih kecil. Reaksi alergi yang timbul juga sama seperti alergi pada makanan-makanan yang disebutkan sebelumnya.

Beberapa buah-buahan dan sayuran juga dapat memicu alergi pada sebagian anak. Buah seperti stroberi dan kiwi mengandung protein tertentu yang bisa menyebabkan reaksi alergi pada anak-anak yang sensitif. Sayuran seperti tomat dan wortel juga dapat menjadi alergen pada beberapa kasus, meskipun lebih jarang.

Gejala yang Umum Terjadi sebagai Reaksi Alergi

Alergi makanan pada Si Kecil dapat menimbulkan berbagai gejala, mulai dari yang ringan hingga serius seperti anafilaksis. Reaksi ini terjadi karena sistem imun tubuh yang bereaksi berlebihan terhadap alergen dalam makanan, melepaskan zat kimia seperti histamin yang memicu peradangan.

Kelainan Pernapasan

Gejala peradangan yang umum terjadi di sistem pernapasan meliputi pilek, batuk, hingga sesak napas. Saat alergen memicu respons tubuh, saluran udara bereaksi dengan mengeluarkan lendir yang menyebabkan pilek maupun batuk. Kondisi ini dapat mengganggu aktivitas harian Si Kecil, seperti bermain atau tidur.

Bunda dapat membantu meringankan gejala dengan membawanya menghirup udara segar, menjauhkannya dari alergen, atau menggunakan obat yang diresepkan dokter, seperti inhaler. Jika pileknya memburuk dan membuatnya sesak napas, segera bawa Si Kecil ke rumah sakit untuk ditolong dokter.

Reaksi pada Kulit

Ruam, gatal, dan bengkak adalah reaksi kulit yang sering muncul dalam waktu beberapa menit hingga beberapa jam setelah konsumsi alergen. Area kulit yang terdampak biasanya terasa sangat tidak nyaman, terutama jika ia menggaruknya. Hal ini dapat meningkatkan risiko infeksi kulit sekunder akibat luka garukan.

Untuk mengurangi iritasi, oleskan lotion pelembab atau krim antihistamin sesuai anjuran dokter, dan pastikan Si Kecil tidak menggaruk ruamnya. Apabila ruam semakin parah atau meluas, seperti munculnya bintik-bintik yang terisi cairan, Bunda dapat berkonsultasi dengan dokter untuk penanganan lebih lanjut.

Masalah Pencernaan

Sistem pencernaan dapat terganggu oleh alergi dan menciptakan gejala seperti mual, muntah, diare, sakit perut, dan kembung. Ini terjadi karena ketika protein alergen memasuki tubuh, tubuh melepaskan histamin yang menyebabkan peradangan di saluran pencernaan. Kondisi ini dapat mengganggu keseimbangan cairan tubuh dan mengganggu penyerapan nutrisi Si Kecil.

Jika ia diare, pastikan ia tetap terhidrasi dengan memberikan cairan elektrolit. Makanan yang mudah dicerna, seperti bubur atau pisang, dapat membantu meredakan gejala sementara. Jika ia menjadi lemas, segera periksakanlah ia ke unit gawat darurat rumah sakit karena ini menandakan ia mengalami dehidrasi.

Anafilaksis

Anafilaksis merupakan reaksi yang mengancam jiwa dan harus segera ditolong. Gejalanya berupa kesulitan bernapas, pembengkakan pada saluran udara di wajah, dan bahkan kehilangan kesadaran. Reaksi ini dapat terjadi dalam hitungan menit setelah terpapar alergen.

Jika Bunda mencurigai Si Kecil mengalaminya, bawalah ia ke rumah sakit. Anafilaksis memerlukan penanganan cepat, seperti pemberian obat-obatan, untuk mencegah terjadinya komplikasi yang lebih serius.

Solusi

Meskipun alergi tidak dapat disembuhkan sepenuhnya, langkah-langkah yang tepat dapat membantu Bunda mencegah reaksi alergi ini dengan lebih efektif.

Pastikanlah ia tidak terpapar makanan yang menjadi pemicu alergi. Membaca label makanan dengan teliti merupakan kebiasaan yang harus diterapkan setiap kali Bunda membeli produk makanan. Perhatikan istilah-istilah khusus yang mungkin menunjukkan keberadaan alergen, seperti "gluten," "kasein," atau "protein kacang."

Berhati-hatilah saat mengonsumsi makanan yang disiapkan di luar rumah, seperti di restoran atau acara keluarga. Komunikasikan dengan jelas kepada orang lain mengenai alergi yang dimiliki Si Kecil agar dapat menghindari paparan makanan yang berisiko.

Jika ia memiliki alergi terhadap makanan tertentu, penting untuk mencari alternatif nutrisi yang tetap mendukung tumbuh kembangnya. Misalnya, apabila ia alergi terhadap gandum, maka pemenuhan kebutuhannya akan karbohidrat dan serat dapat dilakukan dengan memberinya alternatif seperti tepung jagung atau tepung singkong. Jika ia memiliki alergi terhadap susu sapi, gantilah susunya dengan susu soya yang diformulasikan khusus untuk anak-anak. Susu ini kaya akan protein nabati dan sering diperkaya dengan kalsium serta vitamin D.

Memastikan Alergi Makanan

Jika Bunda mencurigai Si Kecil mengalami alergi makanan, berkonsultasilah dengan dokter ahli alergi untuk mendapatkan diagnosis yang akurat. Dokter dapat menggunakan berbagai metode untuk mencari alergennya, seperti tes kulit, tes darah, atau diet eliminasi.

Tes kulit dilakukan dengan memaparkan alergen pada Si Kecil dalam jumlah sedikit pada kulitnya, untuk melihat reaksi tubuhnya. Tes ini memberikan hasil cepat, tetapi bisa menimbulkan reaksi pada kulit sensitif.

Tes darah mengukur kadar antibodi imunoglobulin E (IgE) dalam darah yang diproduksi tubuh saat terpapar alergen. Meski membutuhkan waktu lebih lama, hasilnya lebih akurat namun memerlukan waktu lebih lama untuk mendapatkan hasil.

Dokter juga dapat mengerjakan diet eliminasi, yaitu menghapus makanan tertentu dari pola makan Si Kecil untuk menentukan pemicu alergi. Diet ini memerlukan pengawasan yang ketat agar ia tetap mendapatkan nutrisi yang cukup.

Tes-tes ini membantu Bunda memahami alergen spesifik yang memicu reaksi, sehingga penanganan dan pencegahan dapat dilakukan dengan lebih efektif. Pastikan apakah ia memang menderita alergi makanan, agar Bunda dapat memberinya persiapan untuk menghadapi alerginya, sehingga ia tetap dapat leluasa bermain dan belajar. Yuk, temukan solusi terbaik untuk alergi Si Kecil di sini: Cari Tahu Alergi Si Kecil dan Temukan Solusinya.

Referensi:

Food Allergy Research and Education. Common Allergens. Diakses 2 Januari 2025. https://www.foodallergy.org/living-food-allergies/food-allergy-essentials/common-allergens

Healthline. The 9 Most Common Food Allergies. Diakses 2 Januari 2025. https://www.healthline.com/nutrition/common-food-allergies

Mayo Clinic. Allergies. Diakses 2 Januari 2025. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/allergies/symptoms-causes/syc-20351497





medical record

Berapa Besar Risiko Alergi Si Kecil?



Cari Tahu
bannerinside bannerinside
allysca