Pernahkah Bunda melihat Si Kecil bersin-bersin terus saat bermain di luar rumah, lalu mendadak dijauhi oleh teman karena dikira sedang sakit? Fenomena ini sering terjadi, dan sayangnya, masih banyak orang yang salah paham dan mengira gejala alergi sebagai penyakit menular seperti flu.
Padahal, alergi bukanlah penyakit yang bisa menular dari satu anak ke anak lain. Namun karena gejalanya mirip, seperti batuk, pilek, atau ruam kulit, tidak heran jika orang-orang langsung panik dan bereaksi berlebihan. Penting sekali bagi Bunda memahami perbedaan ini agar tidak terjadi stigma atau perlakuan kurang menyenangkan di lingkungan bermain maupun belajar Si Kecil.
Alergi Tidak Menular Tapi Bisa Diturunkan
Berbeda dengan bersin akibat flu atau virus, alergi tidak menular melalui sentuhan, batuk, atau udara. Meski demikian, alergi terhadap zat tertentu bisa menurun secara genetik atau diwariskan dari Bunda atau Ayah kepada Si Kecil. Karena itu, apabila keluarga Si Kecil pernah memiliki alergi, maka ia pun memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalaminya pula.
Reaksi alergi yang terjadi padanya tidaklah selalu sama dengan Bunda atau Ayah, karena yang dia warisi hanyalah risiko atau kemungkinannya. Misalnya, jika Bunda atau Ayah memiliki penyakit asma, mungkin saja ia tidak akan mengalami asma namun akan memiliki alergi makanan. Ini dikarenakan genetik Bunda atau Ayah yang cenderung bereaksi terhadap suatu zat, dan faktor genetik inilah yang diwarisi Si Kecil yang akan bereaksi dalam bentuk alergi. Reaksi Bunda atau Ayah dapat berupa gangguan pernapasan, sedangkan reaksi Si Kecil dapat berupa gangguan pernapasan atau malah berupa gangguan pada kulitnya.
Faktor pencetus antara anak dan orang tuanya tidak selalu sama. Misalnya, jika Bunda sering gatal-gatal setelah menyantap makanan laut, maka belum tentu Si Kecil juga akan gatal. Akan tetapi, ketika menyantap makanan tersebut, ia malah mengalami gejala lain berupa batuk dan pilek.
Jadi bisa diibaratkan alergi itu seperti "bakat" tubuh yang terlalu sensitif terhadap alergen tertentu, bukan virus yang bisa berpindah dari satu anak ke anak lain. Gejalanya dapat sama, namun bisa juga berbeda.
Kenapa Alergi Sering Disangka Menular?
Gejala reaksi alergi hampir mirip dengan tanda penyakit menular seperti bersin, batuk, pilek, atau ruam kulit. Di sisi lain, biasanya Si Kecil yang mengalami kekambuhan bisa jadi terlihat tidak sehat dan kurang enak badan.
Hal inilah yang membuat persepsi orang bahwa anak tersebut sama dengan orang yang sedang sakit dan dianggap dapat menularkan penyakitnya. Sehingga ketika Si Kecil menunjukkan beberapa tanda alergi, bukan tidak mungkin orang di sekitarnya akan bereaksi berlebihan karena takut tertular. Sebuah contoh kasus, saat Si Kecil sedang di sekolah lalu tidak sengaja bersentuhan atau menghirup pemicunya, seperti debu, atau makanan tertentu. Ia akan bereaksi dengan bersin terus menerus, dan sayangnya malah membuat orang lain menyangkanya mengalami flu.
Perawatan alergi harus berfokus pada pencegahan dan menghindari alergennya, bukan dengan cemas berlebihan. Bila pun kemudian terdapat tanda yang muncul disebabkan infeksi virus seperti biduran, tentu yang menular bukan reaksi atau gejalanya,Namun penyebabnya yakni infeksi bakteriMisalnya, karena menggaruk biduran menyebabkan luka sekunder hingga membuat bakteri tertular pada anak lain. Pemahaman yang tepat akan melindungi Si Kecil dari perlakuan yang tidak menyenangkan dan ia akan tetap merasa nyaman.
Lingkungan yang Memicu Reaksi Alergi Bersamaan
Fakta lain yang harus Bunda ketahui adalah memahami bahwa lingkungan bisa memicu reaksi alergi secara bersamaan. Misalnya ada dua anak di lingkungan yang sama lalu hidungnya mampet dan bersin padahal sebelumnya baik-baik saja, ternyata ia tidak sengaja menghirup debu di taman sekolah. Contoh lain, saat Si Kecil dan temannya yang sedang berada di kebun binatang. Kemudian mendadak bersin-bersin setelah mendekati kandang hewan tertentu.
Situasi seperti ini menciptakan kesan seolah-olah terjadi penularan flu. Padahal, tubuh anak-anak tersebut memang sama-sama peka terhadap hal tertentu, misalnya debu di ruangan, bulu hewan, atau makanan yang disajikan.
Penting bagi Bunda untuk membedakan gejala dan mengidentifikasi pemicunya di lingkungan rumah, sekolah, tempat penitipan, dan lainnya.Perhatikan kebersihan lingkungan rumah apabila ia bereaksi berlebihan terhadap debu. Lihat juga kemungkinan adanya pohon atau bunga yang bisa meningkatkan reaksi alergi di area sekolah atau tempat penitipan. Memperhatikan semua ini akan membantu Bunda menghadapi alerginya dengan lebih baik.
Cara Bijak Menjelaskan tentang Alergi pada Si Kecil
Langkah awal yang bisa Bunda lakukan adalahmenjelaskan kepada Si Kecil bahwa kondisi tersebut bukanlah tanda bahwa dirinya sedang sakit atau bisa menularkan penyakit. Gunakan bahasa sederhana dan kalimat yang menenangkan, misalnya, “Kalau kamu bersin atau gatal-gatal karena alergi, itu bukan karena kamu sakit ya, Nak. Itu karena tubuh kamu bereaksi terhadap hal tertentu.” Dengan pemahaman ini, ia bisa merasa lebih percaya diri dan tidak malu saat gejala alerginya muncul di depan teman-teman.
Berikan penjelasan juga pada teman-temannya dan orang tua murid lainnya bahwa ia batuk-batuk bukan karena sakit, tapi karena alergi debu. Contohnya, saat ia bersin-bersin karena banyak debu di kelas, Bunda bisa mengatakan, “Tenang ya, Si Kecil bersin karena alergi debu, bukan karena sakit flu.” Penjelasan sederhana seperti ini bisa membantu lingkungan sekolah lebih memahami kondisinya dan mencegah munculnya stigma atau perlakuan berlebihan dari orang lain.
Untuk menghindarkannya dari reaksi alergi yang dapat mengancam nyawa, Bunda juga bisa membuat kartu informasi atau catatan kecil yang bisa dibawa ke sekolah. Di dalamnya, tuliskan jenis alergi, gejala yang biasa muncul, serta langkah pertolongan pertama jika dibutuhkan.
Bunda juga bisa berkomunikasi dengan guru bahwa Si Kecil hanya memiliki alergi, bukanlah flu. Selain itu, beritahukanlah juga cara yang tepat untuk merespons apabila ia mengalami gejala. Langkah sederhana ini akan membantu menciptakan lingkungan yang lebih aman dan suportif untuknya.
Membangun Daya Tahan Tubuh Si Kecil agar Alergi Tidak Mudah Kambuh
Walaupun tidak menular, Bunda harus memahami bahwa gejalanya bisa lebih sering muncul jika kondisi kekebalan tubuh Si Kecil sedang menurun. Ketika sistem imun melemah, tubuhnya jadi lebih sensitif terhadap alergen, sehingga reaksi bersin, batuk, atau ruam kulit bisa lebih mudah terjadi. Menjaga kesehatannya tentu akan jadi langkah penting untuk mencegah reaksi alergi terlalu sering muncul.
Ada beberapa cara mudah yang bisa Bunda terapkan untuk membantu memperkuat imunitasnya. Mulailah dengan memberikan makanan bergizi seimbang setiap hari. Pastikan juga Si Kecilmemiliki waktu tidur yang cukup dan berkualitas. Bunda juga bisa mengajaknya untuk rutin melakukan aktivitas fisik ringan seperti bermain di luar rumah atau bersepeda santai.
Jangan lupa juga untuk menjaga kebersihan lingkungan, karena debu atau sisa makanan bisa jadi pemicu yang tidak disadari. Lingkungan yang bersih akan membuat tubuhnya lebih siap menghadapi alergen yang mungkin muncul.
Menjaga imunitas bukan berarti bisa menyembuhkan alergi sepenuhnya, namun dapat membantu mengurangi frekuensi dan tingkat keparahan gejala yang muncul. Jadi, meskipun alerginya masih ada, Si Kecil bisa menjalani hari-harinya dengan lebih nyaman dan aktif.
Bunda, melalui perawatan yang konsisten dan pemahaman yang tepat, kemungkinan besar kondisi alergi bisa membaik seiring berkembangnya sistem daya tahan tubuhnya. Ingin tahu apakah alergi ini dapat benar-benar menghilang dari tubuh Si Kecil? Temukan pembahasan lengkapnya di sini: Apakah Alergi pada Anak Bisa Sembuh?
Referensi:
- University of Rochester Medical Center. Cold vs. Allergy in Children: How to Tell the Difference. Diakses pada tanggal 16 April 2025. https://www.urmc.rochester.edu/encyclopedia/content?contenttypeid=90&contentid=P01677