Apakah BAB Bayi Encer Berwarna Kuning Artinya Diare?

Ketika bayi mengalami perubahan dalam fesesnya, misalnya ketika fesesnya encer dan berwarna kuning, hal tersebut sering kali membuat Bunda merasa khawatir. Namun, perlu diketahui bahwa tidak semua kasus feses bayi yang encer dan berwarna kuning adalah tanda dari masalah kesehatan yang serius.

Simak apa arti dan penyebab dari perubahan tekstur serta warna feses Si Kecil tersebut dalam artikel berikut ini.

Feses Bayi Encer Berwarna Kuning, Apakah Tanda Diare?

Feses yang encer dan berwarna kuning belum tentu merupakan tanda diare pada Si Kecil. Beberapa kasus mungkin hanya merupakan respons normal tubuh Si Kecil terhadap perubahan pola makan atau faktor lainnya.

Menurut IDAI, feses berwarna kuning atau coklat dipengaruhi oleh stekobilin, yaitu bagian dari empedu yang membantu proses pencernaan lemak di dalam tubuh. Feses berwarna kuning juga dapat berarti waktu yang dilewati makanan di saluran usus berlangsung cepat.

Pada dasarnya, feses bayi memang cenderung lebih lunak dan berair. Terutama pada 6 bulan pertama selama Si Kecil mendapatkan ASI eksklusif. Adapun diare pada bayi biasanya ditandai dengan perubahan tiba-tiba pada feses menjadi sangat encer, berair, dan disertai dengan frekuensi BAB yang meningkat dari biasanya.

Ketika Bunda mencurigai adanya diare, penting untuk memperhatikan tanda-tanda dehidrasi dan segera berkonsultasi dengan dokter jika diperlukan.

Penyebab BAB Bayi Encer Berwarna Kuning

Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat menyebabkan feses bayi berwarna kuning dan encer:

Perubahan Pola Makan

Ketika Si Kecil mulai diperkenalkan pada makanan padat atau Bunda mengganti formula susu yang dikonsumsi, hal ini dapat mengubah konsistensi dan warna fesesnya. Tubuh si Kecil mungkin membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri dengan perubahan ini. Biasanya, perubahan ini tidak perlu dicemaskan selama Si Kecil tetap sehat, berat badannya naik teratur, dan tidak menunjukkan gejala-gejala yang mengkhawatirkan.

Efek Samping Antibiotik

Pemberian antibiotik kepada Si Kecil atau Bunda mengonsumsi antibiotik ketika menyusui juga bisa menjadi penyebab BAB yang encer dan berwarna kuning. Antibiotik dapat mengganggu keseimbangan bakteri baik dalam sistem pencernaan si Kecil, yang kemudian dapat menyebabkan perubahan dalam konsistensi fesesnya.

Jika Si Kecil harus mengonsumsi antibiotik, penting untuk memantau responsnya dan berkonsultasi dengan dokter jika ada perubahan yang mencolok dalam BAB atau gejala lainnya.

Infeksi

Infeksi pada saluran pencernaan, baik itu disebabkan oleh virus atau bakteri, juga dapat menjadi penyebab BAB yang encer dan berwarna kuning pada bayi. Bunda perlu waspada terhadap gejala-gejala infeksi seperti demam, muntah, atau perubahan perilaku si Kecil.

Cara Mengatasi BAB Bayi yang Encer dan Berwarna Kuning

Berikut adalah langkah-langkah yang bisa Bunda lakukan ketika mendapati perubahan pada feses Si Kecil:

• Pastikan Si Kecil tetap terhidrasi dengan baik, tetap lanjutkan pemberian ASI atau formula susu secara teratur.
• Perhatikan pola makan Si Kecil dan hindari makanan yang mungkin memperparah masalahnya.
• Jaga kebersihan rumah dan perlengkapan menyusui bayi.
• Rajin mencuci tangan, khususnya setelah mengganti popok ataupun sebelum merawat bayi.
• Segera berkonsultasi dengan dokter jika Bunda jika gejala si Kecil tidak membaik, atau terdapat gejala lain seperti demam hingga terdapat darah dalam fesesnya.

Dalam merawat kesehatan Si Kecil, memahami perubahan dalam feses dan perilakunya ketika BAB menjadi indikator penting untuk memahami kondisi kesehatannya.

Sementara itu, masih ada topik lain yang relevan dan penting untuk Bunda ketahui, yaitu mengenai bayi yang mengalami BAB berlendir. Simak pembahasannya di sini yuk: Feses Bayi Berlendir, Apa Penyebabnya?

Referensi:

• Medical News Today. What causes yellow stool?
  https://www.medicalnewstoday.com/articles/323147 (Diakses 22 Maret 2024)

• Your Doctor Online. Yellow watery diarrhea.
  https://yourdoctors.online/yellow-watery-diarrhea-causes-treatment-and-complications/ (Diakses 21 Maret 2024)