Tahukah Bunda, alergi pada Si Kecil bisa dipicu oleh bahan yang sering digunakan dalam produk sehari-hari seperti lateks? Banyak perlengkapan bayi yang mengandung bahan ini, misalnya dot, botol susu, balon, hingga mainan dari karet alami. Tanpa disadari, paparan terhadap bahan tersebut dapat menimbulkan reaksi alergi yang mengganggu.
Penting bagi Bunda untuk mengenali kemungkinan alergi lateks pada anak. Dengan Mengetahui gejalanya baik ringan maupun berat, dapat membantu memberikan penanganan lebih tepat sejak awal. Kesehatan menyeluruh berperan penting dalam mendukung tumbuh kembang Si Kecil secara optimal.
Alergi Lateks pada Anak yang Masih Jarang Diketahui
Reaksi alergi muncul saat tubuh mengenali zat tertentu sebagai ancaman dan melepaskan histamin sebagai respons. Dalam kasus alergi lateks, reaksi ini muncul ketika anak menyentuh atau menghirup partikel dari bahan tersebut. Protein dalam lateks dianggap berbahaya oleh tubuh, padahal sebetulnya tidak.
Lateks berasal dari getah karet alami dan umum digunakan dalam berbagai produk anak, termasuk sarung tangan medis, balon, dot bayi, dan mainan berbahan elastis. Seperti alergi lainnya, reaksi terhadap lateks bisa bersifat ringan atau berat. Gejala ringan biasanya meliputi gatal-gatal, ruam, biduran, dan kulit kemerahan di area yang terkena. Gejala berat bisa berupa hidung meler, tenggorokan gatal, bersin-bersin, mata berair, hingga gejala pernapasan seperti batuk dan sesak napas.
Meskipun belum banyak dikenal, alergi ini nyata dan bisa terjadi, terutama jika anak sudah pernah menunjukkan reaksi setelah menyentuh benda berbahan karet. Jika demikian, penting untuk mulai menghindari produk serupa sejak dini.
Hindari Mainan dan Perlengkapan Anak yang Mengandung Lateks
Saat dalam masa pertumbuhan, sistem kekebalan tubuh Si Kecil masih berkembang, sehingga ia lebih rentan mengalami reaksi hipersensitif terhadap zat tertentu, termasuk lateks. Ketika Si Kecil bermain dengan balon, mainan, atau dot yang mengandung karet alami, tubuhnya bisa langsung merespons jika sensitif terhadap kandungan tersebut.
Agar lebih waspada, Bunda bisa mulai mencatat dan mengenali jenis barang yang berpotensi mengandung lateks. Beberapa produk yang umumnya mengandung bahan ini antara lain balon, dot bayi, sarung tangan, dan mainan berbahan kenyal. Saat membeli perlengkapan anak, biasakan membaca label produk secara teliti dan memilih yang mencantumkan keterangan “bebas lateks” atau “latex-free”.
Memilih barang-barang dengan label bebas karet, tentu sangat penting terutama bagi Si Kecil yang sebelumnya pernah mengalami gejala alergi serupa. Paparan berulang terhadap bahan yang sama bisa meningkatkan sensitivitas, sehingga gejala ke depannya bisa lebih parah bila tidak dicegah.
Kenapa Si Kecil Bisa Alergi dengan Karet Alami?
Pada dasarnya, alergi bagian dari kepekaan yang berlebihan terhadap zat tertentu (alergen). Sementara dalam kasus alergi lateks, zat protein ini adalah alergen yang menyebabkan munculnya gejala atau reaksi tubuh. Jika merujuk pada mekanisme yang lebih panjang, hipersensitivitas ini terjadi ketika sistem imun dalam tubuh Si Kecil yang mengira lateks sebagai zat asing berbahaya seperti virus atau bakteri.
Ketika Si Kecil menyentuh atau menghirup partikel lateks, sistem imun akan mengirim antibodi IgE (imunoglobulin E) dan berbagai zat kimia ke dalam darah. Sementara salah satu zat kimia yang dilepaskan sistem imun adalah histamin. Saat bereaksi terhadap zat tersebut, histamin akan membuka pembuluh darah Anda dan menyebabkan peradangan kulit dan beberapa gejala reaksi alergi lainnya seperti hidung meler, tenggorokan gatal, bersin-bersin, mata gatal dan lainnya.
Sejatinya, antibodi dan zat kimia tadi berfungsi membantu sistem imun Si Kecil mengidentifikasi zat berbahaya dan membantu menyingkirkannya. Umumnya, kasus reaksi ini bukanlah sesuatu yang berbahaya, sehingga boleh dikatakan bahwa sistem imun tubuh Si Kecil melakukan kekeliruan dalam identifikasi.
Faktanya, semakin lama Si Kecil terpapar lateks, akan semakin kuat pula reaksi sistem imun sehingga gejalanya bisa bertambah parah. Paparan lateks harus lebih waspadai pada Si Kecil dengan riwayat alergi atau eksim karena risiko terkena alergi lateks jadi semakin tinggi.
Reaksi Alergi Lateks Bisa Terjadi Lewat Kulit, Napas atau Mulut
Gejala alergi bisa berbeda tergantung dari bagaimana zat pemicu masuk ke dalam tubuh. Jika terjadi melalui kulit, misalnya saat menyentuh balon, maka reaksi yang umumnya timbul adalah gatal, ruam merah, atau bentol. Bila alergen masuk lewat udara dan saluran pernapasan, gejalanya berupa bersin, batuk, dan sesak napas. Jika masuk melalui mulut, seperti dari dot bayi, anak bisa merasakan mual, muntah, atau rasa tidak nyaman di mulut.
Perlu Bunda pahami juga bahwa reaksi hipersensitif ini bisa muncul setelah beberapa menit atau dalam waktu 1-2 jam setelah kontak dengan tubuh Si Kecil. Sementara itu, gejala dermatitis kontak dapat dimulai dalam satu atau dua hari setelah paparan alergen. Karena gejalanya tidak selalu langsung terlihat, banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa penyebabnya adalah bahan lateks. Hal ini bisa menyulitkan proses identifikasi dan penanganan.
Anak yang pernah menjalani prosedur medis atau operasi juga memiliki risiko lebih tinggi mengalami alergi lateks. Ini karena alat-alat medis seperti sarung tangan, selang infus, atau pipet biasanya mengandung lateks. Paparan yang berulang akan meningkatkan potensi alergi, terutama pada anak dengan riwayat alergi lainnya.
Beberapa anak yang alergi terhadap lateks juga menunjukkan reaksi terhadap makanan tertentu seperti pisang, kiwi, atau alpukat. Hal ini dikenal sebagai sindrom lateks-makanan, karena struktur proteinnya yang mirip bisa memicu reaksi silang.
Selain itu, anak yang memiliki alergi susu sapi juga berisiko lebih besar mengalami alergi lain, termasuk alergi terhadap lateks. Dengan memahami keterkaitan ini, Bunda bisa lebih sigap dalam mengambil langkah pencegahan. Untuk mengenali lebih dini ciri-ciri alergi susu sapi, Bunda bisa membaca artikel berikut: Ciri-ciri Alergi Susu Sapi yang Sering Dialami Anak.
Referensi:
- my.clevelandclinic.org. Latex Allergy. Diakses pada tanggal 18 April 2025. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/8623-latex-allergy.
- Mayo Clinic. Latex Allergy. Diakses pada tanggal 18 April 2025. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/latex-allergy/symptoms-causes/syc-20374287