Beranda Artikel Alergi Waspadai Alergi Tepung yang Mengganggu Si Kecil

Waspadai Alergi Tepung yang Mengganggu Si Kecil

2025/06/20 - 01:16:05pm     oleh Morinaga Soya
Waspadai Alergi Tepung yang Mengganggu Si Kecil

Bunda, pernahkah Si Kecil tiba-tiba mengalami ruam merah, perut kembung, atau diare setelah makan kue, roti, atau camilan lainnya yang terbuat dari tepung? Reaksi semacam ini sering membuat khawatir, apalagi jika gejalanya muncul setiap kali ia menyantap makanan serupa. Dalam banyak kasus, penyebabnya bisa saja karena alergi terhadap tepung, tetapi juga dapat terjadi akibat intoleransi gluten. Kedua kondisi ini menunjukkan gejala yang mirip, namun memerlukan penanganan yang berbeda.

Memahami perbedaan alergi dan intoleransi sangat penting untuk mendidik Si Kecil menghadapi kondisi tubuhnya sendiri setiap kali hendak mengonsumsi makanan. Alergi merupakan reaksi sistem imun terhadap zat tertentu dalam tepung. Sedangkan intoleransi gluten terjadi karena pencernaan tubuh sulit menerima protein gluten yang terdapat dalam gandum atau turunannya. Dengan mengenali kedua kondisi ini, Bunda akan lebih mudah mengatur ulang pola makan maupun berkonsultasi dengan dokter.

Gejala Alergi Tepung yang Sering Terjadi pada Anak-anak

Alergi tepung umumnya terjadi karena sistem imun tubuh menganggap protein dalam tepung gandum sebagai musuh, sehingga bereaksi dengan menimbulkan peradangan. Bentuk peradangan ini dapat muncul dalam berbagai jenis reaksi, yang jika tidak ditangani segera, akan mengganggu aktivitas harian dan pola makan Si Kecil.

Gejala awalnya sering terlihat pada kulit, seperti gatal, ruam, atau bentol merah (urtikaria) pada area wajah, leher, atau bahkan menyebar ke seluruh tubuh. Beberapa anak bahkan mengalami pembengkakan pada bibir, lidah, atau sekitar mata yang disebut angioedema.

Kemudian, ia dapat mengalami gejala seperti mual, muntah, perut kram, dan diare yang dalam hitungan menit hingga beberapa jam setelah makan. Akibatnya, ia akan kehilangan selera makan dan mungkin akan rentan kehilangan banyak nutrisi. Reaksi alerginya juga dapat mengganggu saluran napas, seperti batuk terus-menerus karena iritasi pada tenggorokannya, mengi, atau sedikit sesak napas. Kegiatan bermainnya pun akan mudah terganggu karena ia terus-menerus batuk.

Dalam kasus berat, kondisi ini bisa berefek serius dan memerlukan perhatian medis segera seperti anafilaksis, reaksi berat yang mengancam jiwa. Gejala ini meliputi kesulitan bernapas, kehilangan kesadaran, dan tubuhnya menjadi pucat kebiruan.

Mengetahui gejalanya sejak awal memberi Bunda kesempatan untuk mengambil langkah cepat, seperti berkonsultasi ke dokter dan melakukan tes alergi jika diperlukan. Apabila Si Kecil memang memiliki alergi terhadap tepung, maka Bunda dapat menghindari reaksi alerginya dengan mengajaknya untuk tidak mengonsumsi makanan dari tepung. Bunda akan dapat menerapkan rencana makan yang aman baginya dan memantau gejala jika ia terpapar tepung secara tidak sengaja. Pada akhirnya, tumbuh kembangnya tetap akan optimal tanpa hambatan dari alergi tepung.

Bedakan Alergi Tepung dan Intoleransi Gluten

Banyak Bunda yang bingung membedakan antara alergi tepung dan intoleransi terhadap gluten, karena gejalanya sama. Kedua kondisi ini memiliki penyebab, proses diagnosis, dan dampak yang sangat berbeda, yang penting untuk dipahami agar dapat memberikan penanganan yang tepat.

Penyebab

Alergi tepung terjadi karena kesalahan sistem imun yang menganggap protein dalam tepung, seperti gliadin atau albumin, sebagai zat berbahaya. Akibatnya, tubuh Si Kecil melepaskan antibodi dan zat kimia seperti histamin yang memicu gejala-gejala dalam hitungan menit hingga 1 jam setelah mengonsumsi tepung tersebut.

Gejalanya dapat berupa gatal-gatal pada kulit yang disertai ruam, ataupun gangguan pencernaan seperti muntah dan diare. Ia juga dapat mengeluh batuk hingga sesak napas, karena histamin juga akan bereaksi pada saluran nafasnya.

Sebaliknya, intoleransi gluten adalah gangguan pencernaan yang umumnya bersifat genetik, seperti pada kondisi celiac disease atau non-celiac gluten sensitivity. Pada kondisi ini, sistem pencernaannya tidak mampu mencerna gluten dengan baik, sehingga gluten tersebut akan mengiritasi ususnya. Gejalanya dapat berupa kembung, diare, dan sakit perut yang muncul lebih lambat dan bertahap, kadang-kadang hingga beberapa jam setelah makan. Berbeda dari alergi tepung, gangguan yang terjadi hanya berupa pencernaan, namun kulit maupun pernafasan jarang sekali terganggu.

Proses Diagnosis

Untuk mendiagnosis alergi tepung, dokter akan memulai dengan wawancara medis, menanyakan riwayat makanan dan reaksi yang muncul. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan fisik dan tes alergi seperti skin prick test atau tes darah IgE spesifik untuk mengetahui apakah tubuh Si Kecil bereaksi terhadap protein tepung.

Sedangkan diagnosis intoleransi gluten biasanya dilakukan melalui proses eliminasi makanan yang mengandung gluten diikuti dengan pengamatan gejala. Dalam beberapa kasus, dokter mungkin akan melakukan tes antibodi untuk celiac disease atau pembedahan kecil untuk mendapatkan hasil pasti.

Bunda dapat membantu proses ini dengan selalu mencatat dengan teliti makanan yang dikonsumsi Si Kecil serta jenis gejala yang muncul. Mencatat bahwa gejala yang timbul hanya berupa gangguan pencernaan akan menguatkan diagnosis bahwa Si Kecil mengalami intoleransi. Tetapi rincian catatan bahwa gejalanya juga terjadi pada kulit ataupun pernapasan menguatkan bukti bahwa ia memiliki alergi.

Dampak bagi Si Kecil

Jika tidak dikenali dengan baik, baik alergi tepung maupun intoleransi gluten dapat mengganggu kenyamanan Si Kecil ketika ia bermain sehari-hari. Seringkali ia harus berhenti bermain karena tiba-tiba merasa mual, gatal-gatal, atau kembung, sehingga ia akan merasa tidak nyaman dan frustrasi.

Ketika ia mengalami alergi, ia akan malu atau takut untuk makan bersama teman. Saat acara ulang tahun atau kegiatan di sekolah, mungkin ia merasa berbeda karena harus menghindari makanan tertentu. Perkembangan sosialnya akan terganggu, dan ia menjadi kurang percaya diri.

Pada intoleransi gluten yang berat seperti celiac disease, tubuhnya akan kesulitan untuk menyerap zat-zat yang dibutuhkannya, seperti mineral dan vitamin. Ia akan kekurangan nutrisi tersebut, sehingga pertumbuhan fisik maupun perkembangan otaknya terhambat.

Cara Mendampingi Si Kecil

Menghadapi alergi tepung atau intoleransi gluten pada Si Kecil membutuhkan perhatian khusus. Awalilah dengan menghindari semua makanan yang mengandung tepung atau gluten. Bunda bisa memeriksa label bahan pada setiap produk makanan. Tepung terigu dan gluten sering tersembunyi dalam makanan olahan seperti biskuit, saus, atau makanan ringan.

Memilih bahan alternatif seperti tepung beras, tepung jagung, atau produk berlabel gluten-free dapat menjadi solusi yang aman bagi Si Kecil. Pastikan juga peralatan masak tidak tercemar sisa-sisa gluten untuk mencegah reaksi yang tidak diinginkan.

Untuk membantu mengenali pola alergi atau intoleransi yang dialami, sebaiknya Bunda mencatat setiap makanan yang dikonsumsi Si Kecil dalam jurnal harian. Catatan ini bisa mencakup jenis makanan, waktu konsumsi, dan gejala yang muncul. Pencatatan yang rutin akan memudahkan Bunda melihat keterkaitan antara makanan tertentu dan reaksi tubuhnya. Rincian catatan ini juga akan memberikan informasi yang lebih akurat saat berkonsultasi dengan dokter.

Konsultasi rutin sangat disarankan agar dokter atau ahli gizi dapat membantu menyusun pola makan yang sesuai dan seimbang. Mereka juga akan memastikan Si Kecil tetap mendapatkan semua nutrisi yang dibutuhkan meskipun ada pembatasan jenis makanan. Pemeriksaan yang berkala juga dapat mendeteksi perkembangan positif atau penanganan yang memerlukan penyesuaian.

Yang tak kalah penting, Bunda perlu mendampingi Si Kecil dengan penuh kesabaran dan ketenangan. Proses penyesuaian terhadap pola makan baru bisa jadi membingungkan atau mengecewakan baginya, yang mungkin akan menghambatnya dalam kegiatan sosialnya sehari-hari. Dalam situasi seperti ini, dukungan emosional dari Bunda sangat dibutuhkan.

Adaptasi lainnya yang mungkin akan harus dihadapinya adalah seringnya ia akan menghadapi gangguan pencernaan apabila tidak sengaja baru mengonsumsi makanan yang mengandung tepung. Mungkin saja ia akan sering sakit perut atau muntah yang membuatnya jadi lemas, dan Bunda perlu mendukungnya untuk mengembalikan hidrasinya, agar ia bersemangat kembali.

Tantangan lain yang juga akan sering dihadapinya adalah kesulitan buang air besar atau sembelit saat baru terpapar makanan dengan kandungan tepung. Kondisi sembelit ini tentu akan membuatnya merasa tidak nyaman dan mengganggu suasana hatinya. Penting bagi Bunda mengetahui cara yang tepat dalam menolongnya jika sewaktu-waktu ia mengalami sembelit ini. Temukan panduan lengkap dan solusi praktisnya di halaman berikut: Menolong Si Kecil yang Susah Buang Air Besar Karena Alergi.

Referensi:

  • Cleveland Clinic. Wheat Allergy. Diakses 10 Juni 2025. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/17717-wheat-allergy
  • ACAAI. Wheat. Diakses 10 Juni 2025. https://acaai.org/allergies/allergic-conditions/food/wheat-gluten/
  • Mayo Clini. Wheat Allergy. Diakses 10 Juni 2025. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/wheat-allergy/symptoms-causes/syc-20378897
  • Harvard Health Publishing. Food allergy. Diakses 10 Juni 2025. https://www.health.harvard.edu/diseases-and-conditions/food-allergy-a-to-z




medical record

Berapa Besar Risiko Alergi Si Kecil?



Cari Tahu
bannerinside bannerinside
allysca