Beranda Artikel 13-36 Bulan Mengenal Alergi terhadap Gluten pada Anak-anak

Mengenal Alergi terhadap Gluten pada Anak-anak

2024/12/25 - 06:57:46pm     oleh Morinaga Soya
alergi gluten

Banyak Bunda merasa bingung setiap kali Si Kecil mengeluh sakit perut usai makan roti, pasta, atau biskuit berbahan gandum. Kata “alergi gluten” kerap disebut-sebut dalam percakapan sehari-hari, padahal istilah tersebut kurang tepat secara medis. Bunda mungkin bertanya-tanya, apa yang sebenarnya terjadi saat anak mengalami reaksi tak nyaman setelah menyantap makanan yang mengandung gluten. Semua ini bukan semata tentang alergi, melainkan dapat berkaitan dengan penyakit celiac, intoleransi gluten, atau alergi gandum.

Sebutan alergi gluten memang populer, tetapi tidak merujuk pada satu kelainan spesifik. Di dunia kedokteran, tidak ada diagnosis yang menyatakan bahwa anak murni alergi terhadap gluten. Zat gluten bisa menyebabkan masalah pencernaan tertentu, dan bisa saja Si Kecil sedang mengalaminya. Memahami perbedaan kondisi ini sangat penting supaya Bunda dapat mengambil langkah tepat untuk menjaga kesehatan pencernaan anak. Kesadaran seperti ini juga akan mencegah kesalahan diagnosis, sehingga Bunda dapat lebih fokus mengenali gejala-gejala yang muncul.

Istilah Alergi Gluten

Banyak orang menuding gluten sebagai biang keladi setiap kali perut terasa sakit atau muncul keluhan setelah mengonsumsi gandum. Menurut situs ACAAI, istilah alergi gluten sebenarnya tidak akurat. Kondisi yang sering dianggap sebagai alergi gluten adalah penyakit celiac, intoleransi gluten, atau alergi gandum. Ketiganya memiliki gejala yang berbeda dan cara penanganan yang juga tidak sama.

Pernahkah Si Kecil tampak lesu, diare, atau kembung ketika makan mi atau roti? Gejala tersebut bisa terkait alergi gandum, bisa juga karena celiac atau intoleransi. Perbedaannya terletak pada bagaimana respons tubuh. Jika hanya pencernaan yang terganggu, bisa mengarah ke intoleransi gluten atau celiac. Namun jika Si Kecil juga mengalami batuk, pilek, bersin, atau ruam pada kulit, mungkin itu alergi gandum. Gluten yang terkandung di dalam gandum sering dituding sebagai penyebab alergi, padahal sebenarnya ada protein lain di dalam gandum yang juga bisa bertanggung jawab atas reaksi alergi.

Mengapa Penyakit Celiac Sering Disangka Alergi Gluten

Penyakit celiac bukan sekadar gangguan pencernaan biasa. Kondisi ini terjadi karena kelainan genetik yang memicu reaksi imun berlebihan di usus setelah seseorang mengonsumsi gluten. Data di Amerika Serikat, yang dikutip oleh situs Alomedika, menyebutkan sekitar 0,31% anak-anak mengalami penyakit celiac. Angka ini mungkin terlihat kecil, tapi tetap perlu mendapat perhatian lebih, terutama bila anak memiliki riwayat keluarga dengan masalah pencernaan serupa. Kelainan tersebut terkait dengan gen spesifik bernama HLA DQ2 atau HLA DQ8 yang memicu reaksi tidak normal di usus saat gluten masuk ke dalam tubuh.

Penyakit celiac umumnya hanya menyerang sistem pencernaan. Gejala yang sering muncul antara lain diare, muntah, sakit perut, dan bisa disertai gangguan tumbuh kembang karena tubuh sulit menyerap nutrisi. Inilah yang membedakannya dari alergi gandum. Pada celiac, masalah terjadi karena reaksi imun di lapisan usus yang terpicu oleh gluten, sedangkan alergi ditandai gangguan lebih luas, termasuk gejala di sistem pernapasan dan kulit. Banyak anak yang menderita celiac tidak mengalami gejala sesak napas ataupun ruam merah, melainkan lebih fokus pada keluhan pencernaan berkepanjangan.

Di Indonesia, angka pasti anak-anak pengidap celiac belum diketahui karena penelitian mengenai antigen HLA belum terlalu berkembang. Meski begitu, Bunda patut waspada karena semakin banyaknya konsumsi makanan yang menggunakan gandum membuat gluten masuk lebih sering ke dalam pola makan harian. Makanan seperti pasta, sereal, dan roti kian akrab di lidah anak Indonesia. Jika anak terus mengeluh sakit perut setiap kali makan hidangan berbahan gandum, tidak ada salahnya berkonsultasi dengan dokter. Perut kembung, diare kronis, atau nafsu makan menurun bisa menjadi petunjuk bahwa pencernaannya bermasalah.

Intoleransi Terhadap Gluten

Sebagian orang salah mengartikan intoleransi gluten sebagai alergi gluten. Padahal, intoleransi gluten tidak berkaitan dengan reaksi alergi di tubuh. Sistem kekebalan pada alergi gandum akan memproduksi histamin dan memunculkan beragam gejala, sedangkan intoleransi gluten lebih pada ketidakmampuan mencerna gluten secara optimal sehingga timbul peradangan di saluran cerna. Menurut Cleveland Clinic, penderita intoleransi gluten biasanya tidak mengalami kelainan gen HLA sebagaimana yang ditemukan pada penderita celiac.

Ketika usus tidak dapat memecah gluten menjadi komponen yang lebih sederhana, lapisan usus bisa mengalami kerusakan. Jaringan pelindung di usus melemah, sehingga kuman atau racun lebih mudah menyusup dan menimbulkan peradangan berulang. Gejalanya kerap berpusat pada pencernaan, seperti diare, muntah, dan sensasi nyeri di perut. Walau tidak separah celiac, kondisi ini tetap mengganggu kenyamanan anak, apalagi jika dibiarkan terus menerus tanpa penanganan. Jika Bunda merasa gejala Si Kecil lebih sering muncul setelah makan roti, pasta, biskuit, atau berbagai produk berbahan gandum, sebaiknya mulai perhatikan label makanan. Pastikan apakah ada kandungan gluten yang memicu reaksinya.

Alergi Gandum Tidak Sama Dengan Alergi Gluten

Alergi gandum terjadi karena tubuh menganggap protein tertentu di dalam gandum sebagai zat asing yang berbahaya. Protein tersebut bisa berupa albumin, globulin, gliadin, atau bahkan gluten. Inilah alasan mengapa istilah alergi gandum lebih tepat ketimbang menuding gluten saja. Di dalam gandum terdapat berbagai jenis protein, dan salah satunya kebetulan adalah gluten. Histamin yang muncul saat alergi bisa menyebabkan keluhan di perut, tetapi biasanya juga disertai batuk, pilek, serta gatal-gatal di kulit. Ini berbeda dari penyakit celiac atau intoleransi gluten yang hanya berfokus pada saluran cerna.

Terdapat situasi ketika anak mengalami alergi gandum sekaligus alergi lain, misalnya alergi susu sapi. Sistem imun anak yang sudah sensitif terhadap satu alergen bisa saja menganggap protein lain juga berbahaya. Inilah mengapa Bunda perlu lebih teliti memerhatikan pola makan Si Kecil, terlebih jika keluarga memiliki riwayat alergi. Perhatikan pula seberapa sering gejala muncul setelah mengonsumsi bahan makanan tertentu. Mencatatnya dalam sebuah jurnal makanan dapat membantu Bunda dan dokter mengidentifikasi sumber masalah dengan lebih mudah.

Kaitan Alergi Gandum Dan Intoleransi Lain

Anak-anak yang terbukti mengalami celiac sering ditemukan juga memiliki intoleransi laktosa, karena penyakit celiac dapat merusak lapisan usus yang bertugas mencerna laktosa. Hal ini memicu gangguan pencernaan berlapis. Anak yang mengalami gejala celiac akan kesulitan menyerap berbagai nutrisi, termasuk laktosa yang umumnya ada di susu. Mereka memerlukan susu bebas laktosa untuk memenuhi kebutuhan gizi harian.

Di sisi lain, pada alergi gandum, anak tidak selalu mengalami kelainan pada enzim pemecah laktosa. Namun, tidak sedikit kasus di mana sistem imun yang sensitif terhadap gandum juga reaktif terhadap protein susu sapi. Kondisi ini harus dipastikan melalui pemeriksaan medis agar pemicu alergi benar-benar diketahui secara akurat. Terkadang, Bunda perlu mengganti produk susu tertentu dengan alternatif lain sesuai anjuran dokter.

Mengenali Apa Yang Sebenarnya Dialami Si Kecil

Memperhatikan reaksi tubuh Si Kecil setelah makan aneka olahan gandum adalah cara awal untuk menilai apakah ada kecurigaan celiac, intoleransi gluten, atau alergi gandum. Jika gejala lebih kepada gangguan perut saja dan terjadi berulang-ulang, Bunda bisa menduga intoleransi gluten atau celiac. Jika muncul bersin, ruam, dan masalah pernapasan, besar kemungkinan itu alergi gandum. Langkah selanjutnya adalah memeriksakan anak ke dokter untuk melakukan tes alergi atau tes darah untuk mendeteksi antibodi yang khas pada celiac.

Sebelum berkonsultasi, cobalah membuat daftar makanan yang dikonsumsi Si Kecil. Bunda dapat mencatat kapan makanan tersebut dikonsumsi, gejala yang muncul, dan intensitas keluhan. Data ini akan membantu dokter mendeteksi pola reaksi tubuh anak. Dengan demikian, diagnosis bisa lebih tepat, apakah hanya alergi gandum, atau justru celiac yang menuntut penghindaran gluten seumur hidup.

Pentingnya Menyesuaikan Pola Makan Si Kecil

Setelah mengetahui diagnosis yang tepat, Bunda perlu menyesuaikan pola makan sehari-hari. Jika anak menderita celiac atau intoleransi gluten, Bunda harus lebih teliti memilih bahan makanan bebas gluten. Perhatikan label kemasan, karena zat ini bisa tersembunyi dalam beragam bentuk. Tak hanya tepung gandum, gluten dapat ditemukan juga pada saus, sup kental, hingga camilan. Mengganti tepung terigu dengan tepung beras, tepung singkong, atau tepung jagung bisa menjadi alternatif supaya Si Kecil tetap dapat menikmati aneka hidangan lezat.

Bila ternyata alergi gandum adalah masalah utama, Bunda sebaiknya membatasi asupan makanan yang mengandung gandum. Tetap waspadai kemungkinan adanya alergi silang dengan bahan lain. Ada kalanya anak memerlukan pemantauan terus menerus, terutama di usia dini, karena potensi alergi bisa berkembang. Konsultasikan setiap perkembangan gejala pada dokter agar penanganannya optimal.

Apa Yang Sebaiknya Dilakukan Untuk Memastikan Kondisi Si Kecil

Bunda tidak perlu cemas berlebihan karena kondisi ini bisa dikelola. Kuncinya adalah mengetahui lebih dini apa yang memicu keluhan pada anak. Jika dokter mencurigai alergi gandum, biasanya akan dilakukan tes alergi makanan. Bila diduga celiac, diperlukan pemeriksaan lebih mendalam yang bisa mencakup tes serologi dan endoskopi untuk melihat kondisi usus. Penanganan yang tepat memungkinkan anak tetap sehat dan aktif, tanpa harus mengorbankan kenyamanan pencernaannya.

Ketika rasa penasaran semakin tinggi mengenai keluhan yang dialami Si Kecil setelah mengonsumsi makanan tertentu, langkah terbaik adalah menjalani tes alergi. Proses ini akan memeriksa reaksi tubuh terhadap beragam bahan makanan, termasuk gandum dan susu. Terdapat juga uji khusus untuk memastikan apakah intoleransi gluten atau penyakit celiac yang menjadi akar permasalahan. Jangan ragu mendiskusikannya secara terbuka dengan tenaga medis profesional agar Bunda memperoleh pemahaman menyeluruh.

Mencermati berbagai gejala dan menyiapkan langkah antisipasi akan membantu Si Kecil tetap ceria, meskipun ada batasan pada makanannya. Jika Bunda menduga bahwa Si Kecil mengalami alergi gandum atau salah satu masalah pencernaan terkait gluten, segeralah melakukan pemeriksaan menyeluruh. Bagi yang ingin tahu bagaimana cara memeriksakan alergi dengan lebih detail, cari tahu sekarang pada halaman berikut ini: Cek Alergi Si Kecil.

Referensi:

American College of Allergy, Asthma and Immunology. Wheat. Diakses pada tanggal 20 Desember 2024. https://acaai.org/allergies/allergic-conditions/food/wheat-gluten/

Alomedika. Penyakit Celiac. Diakses pada tanggal 20 Desember 2024. https://acaai.org/allergies/allergic-conditions/food/wheat-gluten/

Cleveland Clinic. Gluten Intolerance. Diakses pada tanggal 20 Desember 2024. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/21622-gluten-intolerance





medical record

Berapa Besar Risiko Alergi Si Kecil?



Cari Tahu
bannerinside bannerinside
allysca