Halo Bunda, pernahkah Bunda mendengar tentang Sindrom Stevens-Johnson? Meski tergolong langka, kondisi ini bisa berdampak sangat serius pada anak-anak, terutama bila Si Kecil memiliki riwayat alergi obat. Gejalanya sering tidak disadari karena menyerupai infeksi ringan seperti flu, namun dalam waktu singkat dapat berkembang menjadi gangguan serius pada kulit dan selaput lendir.
Memahami sejak dini penyebab sindrom Stevens-Johnson, gejala awal yang muncul, serta langkah-langkah penanganannya akan sangat membantu Bunda untuk mengambil tindakan cepat yang dapat menyelamatkan nyawa Si Kecil. Mari kenali lebih dalam kondisi ini agar Bunda bisa lebih waspada dan tanggap bila gejalanya muncul.
Alergi Obat Bisa Memicu Sindrom Stevens-Johnson
Sindrom Stevens-Johnson merupakan reaksi alergi berat yang menyerang kulit dan membran mukosa seperti di mulut, mata, dan alat kelamin. Kondisi ini tidak menular, tetapi perlu penanganan secara intensif di rumah sakit karena dapat menyebabkan luka serius pada tubuh dan menimbulkan komplikasi jangka panjang.
Reaksi ini dipicu oleh sistem kekebalan tubuh yang keliru mengenali zat dari obat tertentu sebagai ancaman. Akibatnya, sistem imun menyerang jaringan sehat dan menyebabkan lapisan kulit terlepas. Anak-anak yang memiliki riwayat alergi atau pernah mengalami reaksi obat sebelumnya memiliki risiko lebih tinggi mengalami sindrom ini.
Beberapa jenis obat yang paling sering memicu sindrom ini adalah antibiotik seperti sulfonamida dan penisilin, obat anti-kejang seperti carbamazepine dan lamotrigine, serta obat antiinflamasi nonsteroid seperti ibuprofen dan naproxene. Pada kasus yang lebih jarang, SSJ juga bisa dipicu oleh infeksi virus seperti Herpes Simplex, Mycoplasma pneumoniae, atau HIV.
Penyebab Sindrom Stevens-Johnson yang Perlu Diketahui
Penyebab utama sindrom ini adalah reaksi alergi terhadap zat dalam obat tertentu. Walau tidak selalu terjadi pada paparan pertama, tubuh anak yang sensitif dapat merespons secara ekstrem setelah penggunaan berulang. Selain dari obat-obatan, pada sebagian kecil kasus, infeksi virus tertentu juga dapat memicu kondisi ini. Karena sifat reaksinya yang tidak langsung, mengenali keterkaitan antara gejala dan konsumsi obat sangat penting untuk dilakukan oleh orang tua.
Meskipun belum ada satu jenis obat yang menjadi pemicu tunggal, banyak kasus menunjukkan reaksi alergi terhadap:
-
Antibiotik
-
Obat kejang
-
Obat pereda nyeri (OAINS)
-
Obat-obatan epilepsi
-
Beberapa vaksin atau suplemen tertentu
Pada beberapa anak, reaksi ini bisa muncul setelah beberapa kali konsumsi obat, tidak langsung pada paparan pertama. Hal ini membuat sindrom ini sulit dikenali lebih awal. Oleh karena itu, Bunda disarankan mencatat semua riwayat penggunaan obat Si Kecil, terutama jika setelahnya mengalami gejala ruam, gatal, atau pembengkakan.
Gejala Sindrom Stevens-Johnson yang Harus Diwaspadai
Gejala awal sindrom Stevens-Johnson dapat menyerupai flu biasa, sehingga sering terabaikan. Bunda perlu mewaspadai beberapa tanda berikut:
-
Demam, lemas, dan nyeri tenggorokan
-
Mata merah dan perih
-
Munculnya ruam kemerahan di kulit yang menyebar dan berubah menjadi lepuhan
-
Luka menyakitkan pada mulut, mata, atau alat kelamin
-
Kulit mengelupas seperti luka bakar
-
Pembengkakan pada wajah dan leher
-
Kelenjar getah bening membesar
Dalam waktu beberapa hari, kondisi ini bisa berkembang sangat cepat. Ruam merah akan mulai muncul di kulit, yang kemudian berubah menjadi lepuhan yang menyakitkan. Lepuhan ini bisa menyebar luas dan menyebabkan kulit mengelupas, seperti luka bakar. Luka juga dapat muncul di area mulut, mata, dan organ intim, sehingga mengganggu aktivitas makan, minum, hingga buang air kecil. Beberapa anak juga menunjukkan pembengkakan pada wajah atau benjolan di leher akibat kelenjar getah bening yang membesar. Semua gejala ini dapat berkembang dalam waktu singkat dan sangat menyakitkan bagi anak.
Dalam kasus yang parah, lepuhan bisa meluas hingga menyebabkan kerusakan kulit permanen. Bahkan, kuku jari tangan dan kaki bisa terlepas akibat kerusakan lapisan bawah kulit. Segera bawa Si Kecil ke rumah sakit jika gejala-gejala tersebut muncul setelah minum obat.
Faktor Risiko yang Perlu Diwaspadai
Anak-anak dengan riwayat alergi obat, baik secara pribadi maupun dalam keluarganya, berisiko lebih tinggi mengalami sindrom ini. Risiko juga meningkat jika anak sedang dalam pengobatan jangka panjang dengan obat-obatan yang diketahui bisa memicu reaksi SSJ. Infeksi tertentu seperti HIV dan pneumonia juga dapat memperburuk kerentanan tubuh terhadap reaksi ini.
Tidak kalah penting, anak yang sebelumnya pernah mengalami reaksi alergi berat terhadap obat harus mendapatkan perhatian khusus. Bunda sebaiknya mencatat semua jenis obat yang pernah dikonsumsi dan menyebabkan reaksi, agar dapat disampaikan ke dokter pada kunjungan berikutnya.
Penanganan Sindrom Stevens-Johnson yang Tepat
Penanganan sindrom ini harus segera dilakukan di rumah sakit di bawah pengawasan ketat dokter. Begitu teridentifikasi, obat yang menjadi penyebabnya harus segera dihentikan. Pengobatan akan difokuskan pada pemulihan kulit dan pencegahan komplikasi lain, seperti infeksi sekunder atau dehidrasi. Anak mungkin akan diberikan cairan infus, pereda nyeri, dan krim khusus untuk membantu penyembuhan kulit.
Jika terjadi infeksi, dokter juga bisa meresepkan antibiotik. Pada kasus yang mengenai mata, terapi mata tambahan bisa diperlukan untuk mencegah gangguan penglihatan. Seluruh proses perawatan berlangsung dalam lingkungan steril untuk mencegah infeksi tambahan, mengingat kondisi kulit yang rusak sangat rentan terhadap kuman.
Perawatan Jangka Panjang dan Dukungan Pasca SSJ
Setelah sembuh dari sindrom ini, tubuh anak akan menjadi lebih sensitif terhadap obat-obatan, bahkan dengan paparan kecil. Karena itu, sangat penting bagi Bunda untuk menyimpan catatan medis yang jelas dan lengkap mengenai obat penyebab reaksi. Informasi ini harus selalu disampaikan kepada dokter setiap kali anak akan diberikan obat baru. Selain itu, daya tahan tubuh anak perlu dijaga dengan pemberian makanan bergizi, tidur cukup, dan aktivitas sehat sehari-hari.
Kulit dan selaput lendir yang terdampak biasanya memerlukan waktu cukup lama untuk pulih sepenuhnya. Pada beberapa anak, luka bekas SSJ bisa menyebabkan jaringan parut di kulit, gangguan penglihatan akibat luka di area mata, dan bahkan trauma psikologis karena pengalaman menyakitkan yang dialami. Oleh karena itu, penting untuk tetap melakukan kontrol rutin ke dokter spesialis yang sesuai setelah masa rawat inap berakhir, agar pemulihan Si Kecil berlangsung optimal dan menyeluruh.
Sindrom Stevens-Johnson mungkin terdengar mengkhawatirkan, namun dengan pemahaman yang baik, Bunda dapat mengambil tindakan cepat dan mencegah komplikasi yang lebih serius. Perhatikan setiap perubahan kecil setelah Si Kecil minum obat dan jangan ragu untuk segera berkonsultasi jika muncul gejala tak biasa. Yuk, cari tahu informasi penting lainnya tentang apa saja gejala alergi yang harus Bunda kenali sejak dini di halaman berikut ini: Gejala Alergi Kulit pada Anak yang Perlu Bunda Waspadai.
Referensi:
-
Mayo Clinic. Stevens-Johnson Syndrome. Diakses pada tanggal 17 April 2025. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/stevens-johnson-syndrome/symptoms-causes/syc-20355936
-
Cleveland Clinic. Stevens-Johnson Syndrome. Diakses pada tanggal 17 April 2025. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/17656-stevens-johnson-syndrome
-
NHS. Stevens-Johnson syndrome. Diakses pada tanggal 17 April 2025. https://www.nhs.uk/conditions/stevens-johnson-syndrome/