Bunda mungkin sering menemukan istilah sukrosa dan laktosa pada kemasan produk susu dan makanan. Meskipun sama-sama jenis gula, keduanya memiliki efek yang berbeda pada tubuh Si Kecil, terutama jika Si Kecil sensitif terhadap laktosa. Sukrosa, yang lebih dikenal sebagai gula pasir, banyak digunakan dalam berbagai makanan dan minuman. Sementara itu, laktosa adalah gula yang ditemukan dalam susu dan produk olahannya.
Memahami perbedaan antara sukrosa dan laktosa serta dampaknya bagi kesehatan Si Kecil sangatlah penting. Dengan mengenalikandungan gula dalam makanan yang dikonsumsi Si Kecil,Bunda dapat memilih susu yang tepat untuk menghindari gangguan pencernaan dan menjaga kesehatannya tetap optimal, serta memastikan makanan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan tubuh Si Kecil.
Mengenal Perbedaan Sukrosa dan Laktosa
Gula adalah karbohidrat sederhana yang terbagi menjadi dua kategori utama, yaitu monosakarida (gula paling sederhana) dan disakarida (gabungan dua gula sederhana). Sukrosa dan laktosa termasuk dalam kategori disakarida, yang berarti keduanya terbentuk dari dua molekul gula yang lebih sederhana.
Sukrosa terdiri dari dua molekul monosakarida, yaitu glukosa dan fruktosa. Biasanya kita mengenal sukrosa sebagai gula pasir atau gula meja, yang umumnya berasal dari olahan tebu atau bit manis (bit gula). Di sisi lain, laktosa adalah gula alami yang ditemukan dalam susu dan produk olahannya, yang tersusun dari dua gula monosakarida, yaitu glukosa dan galaktosa. Meski keduanya adalah jenis karbohidrat sederhana, tubuh memproses gula pasir dan gula susu alami dengan cara yang berbeda.
Secara umum, gula pasir dan gula susu alami tidak menimbulkan efek samping berbahaya pada kebanyakan orang. Namun, konsumsi keduanya dalam jumlah berlebihan dapat menimbulkan dampak yang tidak diinginkan, terutama pada Si Kecil yang memiliki kondisi kesehatan khusus, seperti alergi atau intoleransi laktosa.
Kelebihan konsumsi gula pasir dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah yang drastis, yang dikenal sebagai sugar rush. Hal ini mengarah pada lonjakan energi sementara yang kemudian diikuti dengan penurunan energi yang cepat, membuat Si Kecil merasa mudah lelah dan suasana hatinya terganggu. Selain itu, gula yang tertinggal di mulut dapat menyebabkan gigi berlubang.
Sementara itu, bagi anak yang intoleransi laktosa, konsumsi gula susu alami bisa memicu gangguan pencernaan seperti kembung, mual, kram perut, diare, dan penurunan nafsu makan. Menghindari konsumsi gula ini sangat penting bagi mereka yang memiliki intoleransi laktosa agar perut mereka tetap nyaman dan tumbuh kembangnya tidak terganggu.
Sumber Gulanya
Sukrosa ditemukan pada berbagai makanan dan minuman manis, seperti permen, biskuit, puding, kue, sirup, soda, hingga jus. Jenis gula ini juga terdapat secara alami pada tanaman seperti tebu dan jagung, serta buah-buahan seperti apel, mangga, dan pisang. Biji-bijian seperti gandum dan sorgum juga mengandung jenis gula ini.
Di sisi lain, laktosa adalah gula alami yang terdapat dalam susu sapi dan produk olahannya, seperti keju, yoghurt, krim, dan butter. Laktosa dikenal sebagai gula susu karena hanya ditemukan pada susu dan produk yang terbuat darinya. Meskipun keduanya adalah gula, tubuh memproses gula pasir dan gula alami dengan cara yang berbeda, yang mempengaruhi bagaimana tubuh Si Kecil menggunakannya.
Cara Tubuh Mencerna
Proses pencernaan gula pasir dan gula alami melibatkan enzim yang berbeda untuk memecahnya menjadi gula yang lebih sederhana yang bisa diserap tubuh. Gula pasir membutuhkan enzim sukrase untuk memecahnya menjadi dua jenis gula sederhana: glukosa dan fruktosa. Glukosa kemudian diserap oleh tubuh dan digunakan sebagai energi untuk aktivitas Si Kecil. Fruktosa juga akan diproses oleh hati, tetapi glukosa menjadi sumber utama energi bagi tubuh.
Sementara itu, gula alami membutuhkan enzim laktase untuk mengubahnya menjadi glukosa dan galaktosa. Hasil cerna laktosa ini bukan hanya menjadi sumber energi, tetapi juga berperan dalam mendukung aktivitas bakteri baik di usus. Aktivitas bakteri baik ini penting untuk pencernaan yang sehat dan penyerapan nutrisi, termasuk kalsium, zinc, dan tembaga, yang mendukung kesehatan gigi dan tulang.
Namun, pada anak dengan intoleransi laktosa, tubuh kesulitan untuk memproduksi cukup enzim laktase, sehingga gula susu tidak tercerna dengan baik di usus halus. Akibatnya, gula susu akan difermentasi oleh bakteri di usus besar, menghasilkan gas dan asam yang menyebabkan gangguan pencernaan seperti kembung, diare, dan sakit perut.
Dampaknya untuk Kesehatan Cerna Si Kecil
Konsumsi gula susu alami umumnya aman, namun jika Si Kecil merasa tidak nyaman setelah mengonsumsi susu sapi, itu bisa disebabkan oleh intoleransi laktosa. Ketika tubuh tidak dapat mencerna gula susu dengan baik, proses fermentasi di usus besar menghasilkan gas dan asam yang dapat menyebabkan gangguan pencernaan, seperti perut kembung, diare, dan kram perut. Meskipun bukan penyebab alergi susu sapi, makanan yang mengandung laktosa tetap bisa memicu reaksi pada anak-anak yang alergi terhadap susu sapi.
Alergi susu sapi disebabkan oleh reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap protein dalam susu, seperti kasein dan whey. Gejala alergi dapat bervariasi, mulai dari ruam kulit, gatal-gatal, hingga gangguan pernapasan atau bahkan anafilaksis, yang merupakan reaksi alergi yang sangat parah. Berbeda dengan intoleransi laktosa yang hanya memengaruhi sistem pencernaan, alergi susu sapi bisa memengaruhi kulit dan saluran pernapasan Si Kecil.
Sementara, gula pasir umumnya tidak menyebabkan masalah bagi Si Kecil, bahkan bagi mereka yang alergi susu sapi. Namun, konsumsi gula pasir pada susu yang berlebihan tetap bisa berisiko, mengingat dapat menyebabkan lonjakan gula darah yang mengganggu metabolisme tubuh Si Kecil dan memengaruhi tumbuh kembangnya.
Bunda perlu memeriksa label makanan dengan cermat, terutama jika Si Kecil sensitif terhadap laktosa atau memiliki alergi susu sapi. Menghindari makanan yang mengandung laktosa atau susu sapi akan membantu mencegah gangguan pencernaan dan mendukung kesehatan Si Kecil.
Pilihan Susu yang Lebih Aman untuk Si Kecil
Bunda, memilih produk susu yang tepat sangat penting untuk kesehatan pencernaan Si Kecil. Susu rendah gula tambahan dapat menjadi pilihan yang lebih baik. Konsumsi gula berlebih, seperti sukrosa, dapat menyebabkan lonjakan energi yang sementara diikuti penurunan yang cepat, yang bisa memengaruhi suasana hati dan energi Si Kecil. Susu yang rendah gula membantu menjaga kestabilan energi tanpa memberi dampak buruk pada pencernaan dan kesehatannya. Untuk rekomendasi susu formula rendah gula, Bunda dapat membaca artikel ini: Rekomendasi susu formula rendah gula.
Selain itu, susu bebas laktosa adalah pilihan yang tepat bagi Si Kecil yang mengalami intoleransi laktosa. Meskipun tanpa laktosa, susu bebas laktosa tetap menyediakan nutrisi penting seperti kalsium dan protein yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan tulang dan otot Si Kecil. Susu bebas laktosa memberikan manfaat nutrisi yang sama seperti susu biasa, tanpa menyebabkan gangguan pencernaan seperti perut kembung, mual, atau diare.
Bunda juga bisa memilih alternatif susu nabati, seperti susu soya, yang lebih cocok untuk anak-anak yang memiliki intoleransi laktosa. Susu soya yang diperkaya dengan vitamin dan mineral seperti vitamin B, vitamin E, kalsium, dan fosfor dapat mendukung kesehatan tulang dan proses pemulihan pencernaan Si Kecil. Pilihan ini bisa menjadi alternatif yang bergizi, terutama jika Si Kecil memiliki alergi susu sapi atau intoleransi laktosa.
Pelajari lebih lanjut mengenai pilihan susu yang aman untuk Si Kecil dan temukan merek susu bebas laktosa yang dapat mendukung kenyamanan pencernaannya di artikel ini: Merek Susu Bebas Laktosa yang Aman untuk Bayi Diare.
Referensi:
- Livestrong.com. The Difference between Lactose & Sucrose. Diakses pada tanggal 16 April 2025. https://www.livestrong.com/article/358099-the-difference-between-lactose-sucrose/
- Klik Dokter. Gula Sukrosa vs Laktosa. Diakses pada tanggal 16 April 2025. https://www.klikdokter.com/ibu-anak/kesehatan-anak/gula-sukrosa-vs-laktosa-mana-yang-lebih-baik-bagi-anak
- Healthline. Dairy Allergy vs Lactose Intolerance. Diakses pada tanggal 16 April 2025. https://www.healthline.com/nutrition/dairy-allergy-vs-lactose-intolerance