Banyak Bunda dihadapkan pada kebingungan saat Si Kecil ternyata tidak bisa mengonsumsi susu sapi karena alergi. Minuman ini sering menjadi andalan untuk memenuhi kebutuhan protein, kalsium, dan berbagai nutrisi lain yang berperan besar dalam mendukung tumbuh kembang anak. Kondisi alergi mengharuskan Si Kecil menghindari susu sapi berikut produk turunannya, yang bisa menimbulkan celah asupan gizi jika tidak segera digantikan dengan sumber nutrisi lain. Ketika nutrisi penting ini tidak terpenuhi, risiko gizi buruk akan meningkat. Pemahaman tentang hal ini sangat krusial agar Bunda dapat menyusun strategi terbaik untuk mencegah terjadinya kekurangan nutrisi.
Mengapa Alergi Susu Sapi Bisa Memicu Gizi Buruk
Alergi susu sapi berawal dari respons sistem imun yang keliru menilai protein susu sebagai zat berbahaya. Akibatnya, setiap kali Si Kecil mengonsumsinya, tubuh akan memproduksi reaksi alergi yang bisa muncul dalam bentuk diare, mual, ruam, batuk, atau gangguan pernapasan. Bunda mau tidak mau harus membatasi semua produk berbahan susu sapi demi mencegah reaksi yang mengganggu. Keadaan ini membuat Si Kecil berpotensi kekurangan protein hewani, kalsium, vitamin D, dan beberapa mineral lain yang sangat penting dalam tahap tumbuh kembangnya.
Protein memainkan peranan mendasar dalam pembentukan sel-sel tubuh, termasuk regenerasi jaringan otot, kulit, dan organ-organ vital. Susu sapi juga dikenal karena kandungan kalsium dan vitamin D yang amat dibutuhkan tulang agar tumbuh optimal dan kuat. Alergi yang membuat anak menjauhi sumber nutrisi ini bisa mengakibatkan pertumbuhan tulangnya kurang maksimal. Kesehatan giginya bisa menurun jika cadangan kalsium tidak tercukupi. Sumber vitamin lain yang lazim ada di susu, seperti vitamin A dan beberapa jenis mineral, juga berkurang. Semua hal ini pada akhirnya mempermudah terbentuknya kondisi gizi buruk.
Tak hanya itu, kekurangan protein dapat berpengaruh terhadap pembentukan otot serta fungsi kekebalan tubuh. Anak yang protein hariannya tidak terpenuhi bisa tampak lebih ringkih, mudah lelah, dan lambat merespons stimulasi gerak. Saat usia pertumbuhan yang pesat, ketidakseimbangan gizi seperti ini akan terasa semakin signifikan. Konsekuensinya bisa terlihat melalui grafik berat dan tinggi badan yang tidak sesuai usia, ataupun daya tahan tubuh Si Kecil yang mudah turun. Itulah sebabnya penting bagi Bunda untuk sigap memilih pengganti yang sanggup mencakup semua kebutuhan gizi tersebut.
Tanda Dan Akibat Kekurangan Nutrisi
Gizi buruk tidak muncul begitu saja, tetapi berkembang secara perlahan. Bunda dapat melihat beberapa ciri yang menandakan Si Kecil tengah mengalami defisit nutrisi. Tubuh yang terlalu kurus menjadi salah satu indikasi. Berat badannya tidak lagi sesuai standar usia, dan bisa tampak menurun dari waktu ke waktu. Rendahnya asupan protein akan berdampak pada struktur kulit, sehingga kulit Si Kecil tampak lebih kering dan bersisik. Rambutnya pun cenderung mudah rontok karena kurangnya protein dan mineral yang penting untuk memperkuat akar rambut.
Anak dengan gizi buruk bisa terlihat lemas, tidak bersemangat, dan cenderung menghabiskan lebih banyak waktu diam dibandingkan aktif bergerak. Ia bisa jadi lebih mudah terkena infeksi, seperti batuk pilek, karena sistem kekebalan tubuhnya menurun. Ada pula anak yang perutnya buncit akibat kekurangan albumin, yaitu salah satu jenis protein yang menjaga keseimbangan cairan di dalam tubuh. Kurangnya pasokan nutrisi juga mengakibatkan keterlambatan pada perkembangan kognitif dan motorik. Daya tangkapnya terhadap hal-hal baru melambat, dan beberapa tonggak perkembangan mungkin dicapai lebih lambat dibandingkan anak-anak lain seusianya. Hal ini berdampak luas, sebab proses tumbuh kembang yang terhambat akan memengaruhi kemampuan belajar dan keterampilan sosial di kemudian hari.
Jika Bunda melihat indikasi seperti ini, penting untuk segera melakukan upaya pencegahan dan penanganan agar kondisi Si Kecil tidak semakin serius. Apabila tetap dibiarkan, gizi buruk dapat memengaruhi kesehatannya di masa depan. Masa kanak-kanak adalah periode emas yang menuntut kecukupan gizi agar pertumbuhan organ, otot, dan tulang berjalan optimal. Kegagalan dalam mencukupi kebutuhan nutrisi di usia ini dapat berlanjut menjadi masalah kesehatan jangka panjang. Itulah sebabnya Bunda perlu mencari sumber nutrisi yang dapat menggantikan susu sapi agar tumbuh kembang anak tidak terganggu.
Memilih Susu Soya Dengan Kandungan Probiotik
Penggantian susu sapi dengan alternatif lain sering menjadi langkah pertama untuk mengatasi kondisi alergi. Salah satu pengganti yang banyak direkomendasikan dokter adalah susu soya. Susu ini diolah dari kacang kedelai yang protein nabatinya terbukti berkualitas tinggi. Kandungan asam amino di dalamnya diperlukan tubuh untuk membentuk jaringan otot, memelihara kesehatan sel-sel tubuh, serta mendukung sistem kekebalan. Karena tidak mengandung protein susu sapi, susu soya tidak menimbulkan reaksi alergi serupa pada anak yang alergi terhadap susu sapi.
Namun, bukan berarti semua susu soya memiliki kandungan nutrisi yang sama. Bunda perlu memperhatikan kandungan protein yang tercantum di kemasan. Jika Bunda menginginkan manfaat lebih, pilihlah produk yang sudah diformulasi dengan kalsium dan vitamin D dalam kadar optimal, karena kedua nutrisi ini sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan tulang. Bunda juga dapat mempertimbangkan susu soya yang sudah diperkaya dengan probiotik Triple Bifi. Probiotik ini mengandung beberapa jenis bakteri baik, di antaranya Bifidobacterium longum BB536, B. breve M-16V, dan B. longum subsp. Infantis M-63. Bakteri-bakteri tersebut bermanfaat untuk menjaga kesehatan pencernaan dan membantu menekan reaksi alergi yang berlebihan.
Manfaat ini kian optimal apabila ada prebiotik dalam susu soya yang akan menjadi sumber makanan bagi bakteri baik. Keberadaan prebiotik memungkinkan probiotik tumbuh dan berfungsi maksimal, membantu menormalkan sistem kekebalan di saluran cerna agar tidak mudah terpicu alergi. Anak akan bisa melakukan aktivitas harian dengan lebih nyaman, karena gejala seperti ruam atau gangguan pencernaan bisa berkurang. Probiotik dan prebiotik juga dapat meningkatkan daya tahan tubuh, sehingga anak lebih jarang mengalami infeksi yang sering membuat nafsu makan turun.
Menjaga Status Gizi Dengan Pola Makan Seimbang
Selain memberikan susu soya, upaya menjaga kecukupan gizi anak tidak cukup berhenti di situ saja. Pola makan seimbang setiap hari perlu diperhatikan. Bunda perlu mengombinasikan beragam bahan makanan yang mengandung protein, karbohidrat kompleks, lemak sehat, serta vitamin dan mineral. Protein hewani tetap dapat diperoleh dari daging ayam, ikan, telur, atau daging sapi, sepanjang anak tidak memiliki alergi lain di luar susu sapi. Protein nabati pun bisa didapat dari tahu, tempe, kacang hijau, maupun kacang merah.
Berikan juga sayuran hijau seperti bayam, brokoli, dan pakcoy untuk membantu memenuhi kebutuhan kalsium tambahan selain dari susu soya. Buah-buahan segar sebagai sumber vitamin dan antioksidan tidak boleh dilupakan. Susunlah jadwal makan yang teratur dan pastikan Si Kecil mendapatkan camilan sehat di waktu-waktu tertentu, agar kebutuhan energinya selalu terpenuhi. Pengaturan semacam ini tidak hanya mendukung tumbuh kembang anak, tetapi juga memberi kesempatan Bunda untuk memantau apakah ada reaksi alergi lain yang belum terdeteksi.
Jika Bunda merasa sudah berusaha maksimal namun berat badan atau tinggi badan anak tetap kurang ideal, jangan ragu untuk berdiskusi dengan dokter. Pemeriksaan medis bisa memastikan adakah faktor lain, misalnya gangguan penyerapan nutrisi di dalam usus atau infeksi tertentu yang mengurangi nafsu makan anak. Lebih dini terdeteksi, lebih cepat pula penanganan yang bisa diberikan untuk mencegah masalah bertambah serius.
Menjaga status gizi anak yang alergi susu sapi bukan hal mustahil. Susu soya dapat menjadi pilihan dengan memerhatikan kelengkapan nutrisinya, terutama protein, kalsium, probiotik Triple Bifi, dan prebiotik untuk mendukung daya tahan tubuh. Jika Bunda ingin mengetahui lebih lanjut produk susu tinggi kalsium yang baik bagi anak usia 3–12 tahun, cari tahu jawabannya di halaman berikut: Merk Susu Tinggi Kalsium untuk Anak Usia 3-12 Tahun.
Referensi:
Kementerian Kesehatan. Penanganan Gizi Buruk dan Upaya Pencegahannya. Diakses pada tanggal 20 Desember 2024. https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/2874/penanganan-gizi-buruk-dan-upaya-pencegahannya
WebMD. Health Benefits of Soy Milk. Diakses pada tanggal 17 Desember 2024. https://www.webmd.com/diet/health-benefits-soy-milk.