Bunda, pernahkah Si Kecil tiba-tiba mengalami ruam merah di kulitnya setelah memakai sabun baru, mengenakan pakaian yang baru dicuci, atau bahkan setelah bermain di taman? Jika iya, bisa jadi Si Kecil mengalami kondisi yang dikenal dengan dermatitis kontak. Reaksi ini memang sering kali menimbulkan kebingungan, karena gejalanya mirip dengan alergi lainnya seperti alergi susu sapi. Maka dari itu, penting bagi Bunda untuk memahami secara menyeluruh apa itu dermatitis kontak alergi dan bagaimana cara penanganannya.
Dermatitis kontak alergi bisa sangat mengganggu kenyamanan Si Kecil, mulai dari rasa gatal, perih, hingga membuatnya sulit tidur. Kondisi ini kerap muncul akibat paparan bahan tertentu yang memicu reaksi sistem kekebalan tubuh. Jika tidak segera ditangani, kulit bisa menjadi kering, bersisik, bahkan melepuh. Supaya Bunda tidak salah menilai dan dapat segera memberikan tindakan yang tepat, yuk kita bahas lebih dalam mengenai penyebab, tanda, hingga cara pencegahannya.
Apa Itu Dermatitis Kontak?
Dermatitis kontak adalah peradangan pada kulit yang terjadi akibat kontak langsung dengan zat atau benda tertentu yang menimbulkan reaksi iritasi atau alergi. Reaksi ini merupakan respons sistem kekebalan tubuh terhadap bahan yang dianggap sebagai ancaman, meskipun sebenarnya tidak berbahaya bagi kebanyakan orang.
Terdapat dua jenis utama dari kondisi ini, dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergi. Dermatitis kontak iritan biasanya disebabkan oleh paparan zat-zat kimia seperti sabun, deterjen, atau pemutih pakaian, yang menyebabkan iritasi tanpa melibatkan reaksi alergi. Sementara itu, dermatitis kontak alergi melibatkan reaksi imun yang kompleks terhadap alergen seperti logam (nikel), bahan kosmetik, parfum, dan obat-obatan topikal.
Penyebab Terjadinya Dermatitis Kontak
Penyebab utama dari dermatitis kontak bisa dibedakan berdasarkan jenisnya. Untuk dermatitis kontak iritan, penyebabnya berasal dari zat yang merusak lapisan pelindung kulit, terutama jika digunakan berulang kali. Misalnya, penggunaan deterjen yang keras, sabun berbahan kimia tinggi, atau disinfektan. Anak-anak yang memiliki kulit kering lebih rentan mengalami kondisi ini karena lapisan pelindung kulitnya lebih mudah rusak.
Sedangkan untuk dermatitis kontak alergi, pemicunya bisa berasal dari bahan-bahan yang memicu reaksi alergi pada kulit. Contohnya meliputi perhiasan berbahan logam, karet, bahan pelarut, hingga kandungan dalam lotion atau bedak bayi. Reaksi alergi biasanya tidak langsung muncul, tetapi timbul 1–3 hari setelah kontak dengan zat pemicu.
Beberapa contoh benda atau zat yang dapat menyebabkan dermatitis adalah:
-
Sarung tangan karet
-
Produk perawatan kulit dengan pewangi atau alkohol
-
Pewarna pakaian atau kosmetik
-
Obatan topikal seperti salep tertentu
-
Tanaman seperti poison ivy atau jenis rumput liar lainnya
Faktor Risiko Dermatitis Kontak
Tidak semua anak akan mengalami dermatitis kontak. Namun, ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan Si Kecil terkena kondisi ini. Salah satunya adalah riwayat alergi dalam keluarga. Jika Bunda atau Ayah memiliki alergi kulit, kemungkinan besar Si Kecil juga memiliki kecenderungan serupa.
Selain itu, anak-anak dengan kulit kering atau yang memiliki riwayat eksim lebih berisiko karena lapisan pelindung kulitnya lebih rentan terhadap iritasi. Aktivitas yang membuat Si Kecil sering kontak dengan air atau bahan kimia juga meningkatkan peluang terkena dermatitis kontak, misalnya terlalu sering mencuci tangan dengan sabun keras atau bermain dengan bahan pewarna.
Pemakaian sarung tangan atau pakaian ketat yang menyebabkan gesekan juga bisa memicu dermatitis jika digunakan terlalu lama. Begitu juga jika anak berada di lingkungan yang panas dan lembap, yang mempercepat keringat dan gesekan pada kulit.
Gejala Dermatitis Kontak Alergi yang Perlu Diwaspadai
Gejala dermatitis kontak alergi tidak selalu muncul seketika, tetapi bisa timbul antara 12 hingga 72 jam setelah kontak dengan alergen. Adapun tanda dan gejala yang biasanya muncul antara lain:
-
Kulit melepuh dan mengeluarkan cairan
-
Permukaan kulit menjadi kering, bersisik, dan kasar
-
Ruam merah yang terasa sangat gatal
-
Rasa perih atau terbakar tanpa luka terbuka
-
Muncul benjolan atau bengkak pada area yang terpapar
-
Kulit menjadi lebih sensitif terhadap sinar matahari
-
Biduran atau kaligata yang menyebar
-
Reaksi bisa berlangsung selama 2–4 minggu
Gejala-gejala ini terkadang menyerupai kondisi lain seperti eksim atau alergi susu, sehingga perlu diagnosis dermatitis kontak yang tepat untuk memastikannya. Jika gejalanya muncul berulang dan Bunda belum yakin pemicunya, sebaiknya konsultasikan dengan dokter untuk patch test untuk mengetahui sumber alergi spesifik. Agar bisa membedakan masalah yang dialami oleh Si Kecil, yuk kenali masing-masing cirinya di artikel ini: Jenis Alergi Kulit pada Anak dan Gejalanya.
Kapan Harus ke Dokter
Meskipun beberapa kasus bisa sembuh dengan perawatan di rumah, ada situasi tertentu di mana Bunda perlu segera membawa Si Kecil ke dokter. Waspadai apabila:
-
Ruam terasa sangat sakit dan mengganggu aktivitas
-
Gatal mengganggu tidur atau membuat anak rewel terus menerus
-
Reaksi menyebar ke wajah, area genital, atau hampir seluruh tubuh
-
Kulit tampak terinfeksi (bernanah, berbau tidak sedap, atau berdarah)
-
Gejala tidak membaik dalam waktu 5–7 hari
-
Anak mengalami gangguan pernapasan karena reaksi menyebar ke hidung atau paru
Konsultasi dengan dokter akan membantu mendapatkan pengobatan yang sesuai dan menghindari komplikasi lebih lanjut.
Penanganan yang Bisa Dilakukan di Rumah
Untuk mengurangi gejala pada tahap awal, Bunda bisa melakukan beberapa cara yang telah terbukti efektif secara alami. Salah satu metode yang bisa dicoba adalah mandi oatmeal, yang memiliki sifat menenangkan kulit dan mengurangi peradangan.
Caranya, giling secangkir oatmeal hingga menjadi bubuk halus, lalu campurkan ke dalam air hangat. Ajak Si Kecil untuk berendam sekitar 20–30 menit. Pastikan area kulit yang terkena ruam benar-benar terendam air. Setelah selesai, bilas dengan air bersuhu normal dan keringkan secara perlahan dengan handuk lembut.
Selain itu, Bunda juga bisa mengoleskan krim pelembab bebas pewangi atau lotion yang aman untuk kulit sensitif. Obatan topikal seperti salep antihistamin ringan juga bisa digunakan, tetapi sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter anak.
Cara Mencegah Dermatitis Kontak Alergi pada Si Kecil
Pencegahan merupakan langkah terbaik untuk menghindari kekambuhan dermatitis kontak alergi. Berikut beberapa tips yang dapat Bunda terapkan:
-
Gunakan produk perawatan tanpa pewangi dan pewarna
-
Bacalah label pada sabun, sampo, atau deterjen sebelum membeli
-
Uji coba produk baru di area kecil kulit terlebih dahulu
-
Gunakan pelindung seperti sarung tangan atau baju panjang saat bermain di luar
-
Jauhkan Si Kecil dari hewan peliharaan berbulu jika ia sensitif
-
Pastikan kelembaban kulitnya terjaga dengan lotion pelembap yang aman
-
Hindari penggunaan pakaian berbahan kasar atau ketat
Dengan memperhatikan faktor pemicu dan menjaga kebersihan kulit, Bunda dapat membantu mencegah Si Kecil dari terkena dermatitis kontak berulang. Bunda juga bisa membaca terkait: Cara Menghilangkan Bekas Alergi dengan Bahan Alami
Pentingnya Diagnosis yang Tepat dan Edukasi Bagi Orang Tua
Sering kali, dermatitis kontak alergi disalah artikan sebagai reaksi alergi makanan atau infeksi kulit. Oleh karena itu, edukasi mengenai perbedaan antara kondisi-kondisi ini sangat penting. Diagnosis dermatitis kontak yang akurat hanya bisa dilakukan oleh profesional medis setelah pemeriksaan menyeluruh.
Dokter mungkin akan merekomendasikan patch test untuk mengetahui alergen spesifik yang menyebabkan dermatitis. Dengan mengetahui penyebabnya, Bunda dapat mengambil langkah pencegahan jangka panjang dan meminimalkan risiko kambuh.
Dengan informasi yang lebih lengkap ini, semoga Bunda jadi lebih siap menghadapi tanda-tanda dermatitis kontak alergi pada Si Kecil. Jangan ragu untuk berkonsultasi ke dokter jika gejalanya terus berlanjut atau menyebabkan ketidaknyamanan yang signifikan. Tadi Bunda sudah mengetahui gejala dan penyebab dermatitis kontak alergi. Sekarang pelajari juga reaksi alergi susu sapi, supaya tidak keliru ketika memastikan kondisinya. Yuk, pahami cirinya agar tidak terlambat mengobatinya: Ciri-ciri Alergi Susu Sapi yang Sering Dialami Anak.
Source :
-
Healthline. Contact Dermatitis. Diakses pada tanggal 13 Februari 2024. https://www.healthline.com/health/allergies/contact-dermatitis
-
Cleveland Clinic. Contact Dermatitis. Diakses pada tanggal 13 Februari 2024. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/6173-contact-dermatitis
-
Webmd. Contact Dermatitis. Diakses pada tanggal 13 Februari 2024. shttps://www.webmd.com/skin-problems-and-treatments/contact-dermatitis