Beranda Artikel Alergi Gejala Intoleransi Laktosa pada Anak dan Penanganannya

Gejala Intoleransi Laktosa pada Anak dan Penanganannya

2023/10/28 - 04:55:19pm     oleh Morinaga Soya
Gejala intoleransi laktosa

Intoleransi laktosa adalah gangguan pencernaan yang disebabkan karena usus menghasilkan enzim laktase sangat rendah sehingga tidak mampu mencerna laktosa yang terdapat dalam susu sapi. Sebenarnya dengan sedikit kadar laktase, tubuh masih bisa mencerna laktosa. Namun, jika kadarnya terlalu rendah barulah akan menimbulkan beberapa gejala, seperti diare dan perut kembung.

Laktosa merupakan gula alami yang biasanya terdapat pada susu sapi, susu kambing, dan produk olahan susu. Bahkan ASI sebenarnya juga mengandung laktosa. Selain itu, laktosa juga berfungsi sebagai sumber energi penting dan membantu dalam penyerapan kalsium dalam tubuh.

Untuk memahami lebih jauh terkait gangguan pencernaan ini, simak gejala hingga penanganannya di artikel berikut Bunda.

Gejala Intoleransi Laktosa

Umumnya, gejalanya akan muncul antara 30 menit hingga 2 jam setelah Si Kecil terpapar laktosa melalui minuman atau makanan yang dikonsumsinya.

Gejala ini antara lain:

  • Sakit perut, kram perut, atau perut kembung.
  • Mual, ada yang disertai muntah.
  • Diare, feses berbuih.
  • Di perut bagian bawah berbunyi gemuruh, penuh gas.
  • Si Kecil terlihat lesu, pucat, dan kelelahan.
  • Sering kentut atau bersendawa.

Melihat gejala di atas, Bunda pasti berpikir gejalanya sangat umum dan mirip dengan masuk angin atau salah makan kan, ya? Itulah sebabnya, jika menemukan gejala tersebut, sebaiknya segera bawa Si Kecil untuk konsultasi untuk mendapatkan diagnosis yang tepat.

Terkait dengan diare, selain kondisi ini sebagai gejala intoleransi laktosa ternyata mengonsumsi susu basi juga menunjukkan gejala yang sama. Susu Si Kecil memiliki ketahanan tersendiri, sehingga jika penyimpanannya kurang tepat maka akan berpotensi mengalami masalah ini. Ingin tahu penjelasan lengkapnya? Simak artikel ini yuk: Susu Formula Tahan Berapa Jam Setelah Diseduh?

Penyebab Intoleransi Laktosa

Intoleransi laktosa ini terjadi karena usus tidak mampu memproduksi enzim laktase dalam jumlah yang cukup. Padahal enzim ini bertugas membantu memecah laktosa menjadi molekul gula sederhana, yaitu glukosa dan galaktosa, yang kemudian diserap tubuh.

Namun karena usus tidak bisa memecah laktosa akibat kekurangan laktase, maka laktosa akan tetap berada di saluran pencernaan. Laktosa akan bergerak kembali ke usus besar, dan berubah menjadi gas. Inilah yang kemudian memunculkan berbagai gejala intoleransi.

Meski begitu, penyebab intoleransi ini bisa dikategorikan berdasarkan jenisnya, yaitu:

Intoleransi Laktosa Primer

Ini jenis intoleransi yang paling umum dan paling banyak terjadi. Penyebabnya bisa karena faktor genetik dari orang tua.

Awalnya Si Kecil mengonsumsi susu dan baik-baik saja. Lalu karena mendapatkan MPASI, konsumsi susu pun berkurang, sehingga produksi laktase dalam tubuh juga mengalami penurunan.

Di kemudian hari, ketika mereka minum susu lagi, kekurangan produksi laktase membuat sistem pencernaan Si Kecil kesulitan mencerna laktosa. Sehingga, muncullah gejala pada sistem pencernaannya.

Intoleransi Laktosa Sekunder

Ini terjadi karena produksi laktase di dalam usus mengalami penurunan yang signifikan. Kemungkinan penyebabnya antara lain:

  • Si Kecil pernah mengalami infeksi usus,
  • Penyakit tertentu (misalnya penyakit Crohn, celiac),
  • Bakteri tumbuh berlebihan di usus,
  • Operasi yang melibatkan usus halus.

Pada kondisi ini, produksi laktase bisa kembali normal setelah gangguan yang terjadi pada sistem pencernaan telah sembuh.

Intoleransi Laktosa Bawaan

Sesuai namanya, ini merupakan kelainan genetik yang diturunkan dari orang tua kepada Si Kecil. Karena kelainan genetik tersebut, jumlah enzim laktase di dalam tubuh Si Kecil sangat sedikit, bahkan tidak ada sama sekali. Akibatnya, Si Kecil tidak bisa mengkonsumsi semua makanan/minuman yang mengandung laktosa, termasuk ASI.

Intoleransi Laktosa Masa Perkembangan

Umumnya intoleransi jenis ini dialami Si Kecil yang lahir prematur dengan usus yang belum berkembang sempurna.

Namun ini hanya berlangsung sementara kok, Bunda. Seiring Si Kecil bertambah usia, Si Kecil akan bisa kembali minum ASI, susu, atau mengonsumsi makanan yang mengandung laktosa.

Ayah dan Bunda pasti khawatir apakah anak intoleransi laktosa bisa sembuh? Yuk, temukan jawabannya di sini: Apakah Intoleransi Laktosa Bisa Sembuh pada Anak.

Bagaimana Cara Mengetahui Intoleransi Laktosa?

Untuk mendiagnosis secara tepat, Bunda harus datang ke dokter untuk melakukan serangkaian tes. Ada tiga tes yang umumnya dilakukan, yaitu:

Tes Toleransi Laktosa

Dalam tes ini, Si Kecil akan diminta berpuasa, tidak makan dan minum dulu selama beberapa jam. Lalu dokter akan mengambil sedikit darah Si Kecil, untuk mengukur kadar glukosa dalam darah dalam keadaan berpuasa.

Selanjutnya, dokter akan minta Si Kecil meminum cairan yang mengandung laktosa. Dua jam kemudian, Dokter kembali mengambil sampel darah kedua untuk melihat perubahan kadar laktosa dalam darah. Jika tidak ada perubahan antara sampel darah satu dan kedua, artinya sistem pencernaannya memang tidak menyerap laktosa.

Tes Toleransi Susu

Sebelum melakukan tes, dokter akan meminta Si Kecil minum segelas susu sebanyak kurang lebih 500 ml. Setelahnya, dokter akan mengukur kadar gula darah. Jika kadar gula tidak mengalami peningkatan padahal baru minum susu, besar kemungkinan Si Kecil menderita intoleransi laktosa.

Tes Kadar Hidrogen pada Napas

Dari laman yankes.kemenkes.go.id dijelaskan, bahwa tes ini dilakukan setelah Si Kecil berpuasa selama beberapa jam. Lalu, dokter akan meminta Si Kecil minum minuman dengan kadar laktosa tinggi. Setelahnya, dokter akan mengukur kadar hidrogen dalam napas setiap 15 menit sekali selama beberapa jam.

Jika jumlah hidrogen tinggi, artinya pencernaan telah terganggu karena fermentasi laktosa di dalam usus besar. Sehingga, fermentasi ini menghasilkan hidrogen.

Namun perlu tes lebih lanjut untuk memastikan gangguan pencernaan tersebut, apakah karena intoleransi laktosa atau karena penyebab lain.

Makanan yang Perlu Dihindari Penderita Intoleransi Laktosa

Berikut adalah beberapa makanan yang sebaiknya dihindari oleh Si Kecil yang memiliki intoleransi laktosa:

  • Susu dan produk susu, seperti keju, butter, yoghurt, es krim, krim asam, dan susu kental manis.
  • Makanan olahan, seperti roti, kue, sereal, dan makanan ringan yang mengandung laktosa sebagai bahan tambahan.
  • Saus dan dressing, seperti saus salad, saus tomat, saus pasta, dan saus lainnya yang mengandung susu atau produk susu.
  • Daging olahan, seperti sosis, ham, dan daging asap yang mengandung laktosa sebagai bahan tambahan.
  • Makanan manis, seperti permen dan cokelat yang mengandung laktosa.
  • Sup instan kemasan yang mengandung laktosa sebagai bahan tambahan.

Sebelum memberikan makanan pada Si Kecil, sebaiknya Bunda memperhatikan label bahan makanan olahan dan mencari produk yang bebas laktosa atau alternatif yang tidak mengandung susu. Selain itu, Bunda juga dapat memilih makanan manis yang dibuat dengan susu nabati atau merek yang khusus menawarkan produk bebas laktosa. Atau Bunda ingin beralih ke susu yang bebas laktosa yang terbukti tak kalah kualitasnya dengan susu sapi. Untuk menemukan pilihan terbaiknya, yuk Bun baca: Susu Bebas Laktosa yang Aman untuk Bayi Diare.

Penanganan Intoleransi Laktosa

Berikut adalah beberapa cara menangani intoleransi laktosa pada anak:

  • Batasi konsumsi susu dan produk olahannya.
  • Gantikan susu sapi dengan susu nabati yang bebas laktosa, seperti susu kedelai atau susu almond.
  • Berikan asupan tinggi probiotik dan prebiotik untuk membantu menjaga keseimbangan mikroorganisme di dalam tubuh.
  • Hindari konsumsi makanan yang mengandung laktosa, seperti keju, es krim, yoghurt, atau mentega.
  • Perbanyak konsumsi makanan yang mengandung kalsium, seperti sayuran hijau, kacang-kacangan, dan ikan.
  • Pemberian cairan rehidrasi oral (CRO) hipotonik untuk mengatasi dehidrasi akibat diare.
  • ASI tetap diberikan pada bayi yang masih menyusui.
  • Konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi untuk mendapatkan saran mengenai suplemen kalsium atau vitamin D yang diperlukan untuk menjaga kesehatan tulang.

Setiap anak dengan intoleransi laktosa dapat mengalami gejala yang berbeda-beda. Tingkat keparahan gejalanya juga tergantung pada seberapa banyak laktosa yang dikonsumsi. Sehingga penanganan untuk setiap anak bisa saja memerlukan perlakukan yang berbeda.

Sebetulnya, dampak dari diagnosis intoleransi laktosa ini, adalah Si Kecil menjadi terbatas dalam mengonsumsi makanan dan minuman, karena dia menjadi memiliki banyak pantangan. Salah satu yang tidak boleh diminum ialah susu sapi.

Padahal, konsumsi susu sangat penting bagi tumbuh kembang Si Kecil. Terutama karena susu kaya akan nutrisi penting, seperti kalsium dan vitamin D. Terutama karena susu kaya akan nutrisi penting, seperti kalsium dan vitamin D. Meskipun begitu, Bunda tetap bisa memenuhi kebutuhan Si Kecil melalui susu tertentu.

Susu Untuk Anak yang Mengalami Intoleransi Laktosa

Untuk anak-anak yang mengalami intoleransi laktosa, ada beberapa jenis susu formula yang aman dikonsumsi. Berdasarkan sumber informasi dari NHS, berikut adalah beberapa jenis susu formula yang direkomendasikan:

Susu Formula Bebas Laktosa


Susu formula tanpa laktosa dirancang khusus untuk anak-anak dengan intoleransi laktosa. Susu formula ini mengandung karbohidrat alternatif yang digunakan sebagai pengganti laktosa, seperti glukosa atau sirup jagung.

Susu Formula Bebas Protein Susu Sapi


Anak-anak dengan intoleransi laktosa seringkali juga memiliki alergi terhadap protein susu sapi. Susu formula bebas protein susu sapi menggantikan protein susu sapi dengan protein alternatif, seperti protein kedelai atau protein hewani lainnya. Jika Bund ingin tahu lebih banyak tentang susu bebas laktosa untuk Si Kecil, kunjungi halaman berikut yuk: Susu Bebas Laktosa yang Aman untuk Si Kecil

Penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi sebelum memberikan susu formula tertentu kepada anak dengan intoleransi laktosa. Mereka dapat memberikan rekomendasi yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan kondisi kesehatan anak.

Untuk menambahkan gizi bagi Si Kecil, Bunda juga bisa memberikan makanan seperti telur, hati ayam, hati sapi, tempe yang mengandung probiotik. Sementara Bunda dapat memenuhi kebutuhan kalsium dari ikan salmon, bayam, brokoli, jeruk, atau susu kedelai.

Pada awal artikel ini, Bunda masih ingat, kan, kalau telah disebutkan intoleransi laktosa berbeda dengan alergi susu sapi. Nah, agar Bunda lebih mudah membedakan, baca artikel berikut yuk: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasi Alergi Susu Sapi





medical record

Berapa Besar Risiko Alergi Si Kecil?



Cari Tahu