Beranda Artikel Alergi Ciri-Ciri Alergi Air dan Cara Mengatasinya

Ciri-Ciri Alergi Air dan Cara Mengatasinya

2025/03/19 - 09:41:06am     oleh Morinaga Soya
ciri ciri alergi air pada anak dan cara mengatasinya

Alergi air, yang juga dikenal dengan nama medis aquagenic urticaria, adalah kondisi langka yang terjadi ketika kulit seseorang bersentuhan dengan air, memicu reaksi seperti alergi. Meskipun tidak terlalu umum, kondisi ini dapat mempengaruhi berbagai usia, termasuk anak-anak. Gejala yang sering muncul umumnya berupa rasa gatal, ruam merah, dan pembengkakan. Reaksi tersebut bisa terjadi tidak hanya saat terpapar air hujan, tetapi juga air laut, keringat, atau bahkan air mata, yang membuatnya sangat mengganggu bagi penderitanya.

Gangguan ini berdampak besar terhadap kualitas hidup Si Kecil, terutama karena ia harus selalu waspada jika melakukan aktivitas sehari-hari yang melibatkan air. Oleh karena itu, penting bagi Bunda untuk memahaminya dan mencari penanganan yang tepat untuk meringankan gejalanya.

Ciri-Ciri Alergi Air yang Perlu Diwaspadai

Gejala alergi air umumnya muncul dalam waktu 30 menit setelah kontak dengan air dan dapat bertahan hingga 2 jam, membuat penderitanya merasa tidak nyaman. Umumnya Si Kecil akan merasakan gatal, ruam merah yang menyebar, serta pembengkakan pada area kulit yang terpapar air.

Ruam yang muncul umumnya terjadi di area dada, leher, dan lengan. Namun, ruam juga bisa muncul di area tubuh lainnya, kecuali pada telapak tangan dan telapak kaki. Dalam kasus yang lebih parah, kondisi ini dapat menyebabkan sesak napas yang membutuhkan penanganan dokter secepatnya. Mungkin ia juga akan merasa sensasi seperti terbakar atau kesemutan. Namun ketika tubuhnya mulai dikeringkan, gejala tersebut umumnya akan memudar dalam waktu sekitar 30 menit hingga 2 jam.

Bahkan, pada beberapa orang, mengonsumsi air dapat memicu gejala seperti bibir bengkak atau ruam sekitar mulut. Jika gejala berkembang lebih parah, seperti kesulitan menelan atau suara napas yang berbunyi (wheezing), ini bisa menjadi tanda anafilaksis dan memerlukan penanganan medis segera.

Mengapa Bisa Alergi Terhadap Air?

Penyebab pasti alergi terhadap air belum sepenuhnya dipahami. Namun beberapa teori menyebutkan bahwa interaksi antara air dan komponen kimiawi di kulit dapat memicu reaksi alergi, berupa pelepasan histamin yang menyebabkan gatal dan ruam. Hingga kini para peneliti masih berusaha memahami mengapa air dapat memicu pelepasan histamin tersebut.

Alergi terhadap air pada Si Kecil juga dapat terjadi ketika ia minum, meskipun ini jarang terjadi. Kondisi ini lebih umum terjadi ketika kulit Si Kecil bersentuhan langsung dengan air, seperti saat mandi, hujan, atau berkeringat.

Untuk memastikan diagnosisnya, biasanya dokter melakukan uji paparan air pada kulit untuk mengamati reaksi yang terjadi. Pengujian ini dilakukan dengan menempelkan kompres air bersuhu ruangan pada dada bagian atas selama 30 menit untuk memicu reaksi.

Dokter akan membandingkan reaksi yang muncul dengan gejala kondisi serupa yaitu pruritus akuagenik, di mana perbedaan utamanya adalah pruritus akuagenik hanya menyebabkan gatal dan iritasi tanpa menimbulkan biduran atau kemerahan. Untuk memastikan diagnosis yang akurat dan menyingkirkan kondisi lain, dokter juga dapat melakukan tes tambahan menggunakan air garam, es, dan kompres panas pada kulit pasien.

Karena kondisi ini cukup langka dan rumit, jika Bunda merasa Si Kecil memiliki alergi air, sangat penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis yang akurat. Dengan diagnosis yang tepat, Si Kecil akan mendapatkan penanganan yang lebih sesuai untuk mengurangi gejala yang muncul.

Cara Menangani Alergi Air

Untuk menangani alergi air pada Si Kecil, langkah pertama yang dapat Bunda lakukan adalah memastikan kulit Si Kecil benar-benar kering segera setelah terkena air. Hindari paparan suhu yang terlalu panas atau dingin dan kenakan pakaian longgar pada area yang bentol-bentol akibat reaksi alergi.

Bila diperlukan, Bunda juga bisa menggunakan kipas angin untuk mengeringkan kulit, serta aplikasikan losion calamine atau obat anti-gatal yang dijual bebas selama tidak mengandung air. Selain itu, Bunda pun dapat mengoleskan minyak mineral atau petroleum jelly 100% pada kulit sebelum mandi untuk membantu mencegah kontak langsung dengan air.

Cara lainnya yakni dengan menyiasati penggunaan air dalam rutinitas sehari-hari. Misalnya, Si Kecil bisa menggunakan dry shampoo dan pembersih tubuh tanpa air. Jadwalkan waktu mandi dengan singkat dan berkala, serta pilihkan pakaian yang dapat menyerap kelembapan dari kulit.

Bunda juga bisa memberikan obat antihistamin yang diresepkan oleh dokter. Obat ini dapat membantu meredakan gatal, ruam, dan pembengkakan. Krim topikal juga berguna untuk mengurangi iritasi kulit yang timbul akibat reaksi alergi.

Untuk kasus yang lebih parah, di mana obat-obatan biasa tidak cukup efektif, tindakan berupa fototerapi mungkin diperlukan untuk menebalkan lapisan kulit bagian atas, sehingga lebih tahan terhadap air. Namun, perlu diingat bahwa konsultasi dengan dokter sangat penting untuk menentukan rencana perawatan yang tepat dan efektif, terutama karena setiap individu bisa merespon pengobatan dengan cara yang berbeda.

Selain alergi air, Si Kecil juga bisa mengalami alergi terhadap susu sapi, yang dapat mengganggu sistem pencernaan. Jika dibiarkan tanpa penanganan, alergi susu sapi bisa menimbulkan komplikasi jangka panjang, termasuk gangguan pada tumbuh kembangnya. Yuk, ketahui informasi lebih lanjut tentang dampak dari alergi susu sapi di sini: Akibat Jika Alergi Susu Sapi Dibiarkan pada Bayi

Sumber:

Healthline. Aquagenic Urticaria. Diakses pada tanggal 4 Maret 2025. https://www.healthline.com/health/aquagenic-urticaria

Allergy Asthma Network. Aquagenic Urticaria. Diakses pada tanggal 4 Maret 2025. https://allergyasthmanetwork.org/chronic-urticaria/aquagenic-urticaria/





medical record

Berapa Besar Risiko Alergi Si Kecil?



Cari Tahu
bannerinside bannerinside
allysca