Bunda, tak hanya seafood, ternyata anak-anak juga bisa mengalami alergi terhadap ayam. Umumnya, anak-anak yang alergi ayam akan mengalami gejala seperti batuk, radang tenggorokan, hingga sesak napas. Nah, jika Si Kecil ternyata sering mengalami gejala ini, apakah berarti ia memang alergi pada makanan dari hewan tersebut? Dapatkan penjelasannya di artikel ini yuk.
Penyebab Alergi Ayam Pada Anak
Seorang anak dapat mengalami alergi terhadap ayam karena sistem kekebalan tubuhnya menganggap zat-zat tertentu pada hewan tersebut sebagai zat yang berbahaya.
Mengutip dari American Academy of Allergy Asthma & Immunology, pada kondisi seperti ini, sistem kekebalan tubuhnya menciptakan protein tertentu yang disebut imunoglobulin E (IgE) untuk menyerang zat yang dianggap berbahaya. Imunoglobulin ini menimbulkan berbagai gejala pada tubuh anak tersebut, dan sifat gejalanya dapat ringan hingga parah.
Alergi ayam dapat dipicu oleh berbagai protein yang terkandung dalam daging ayam maupun bagian tubuh lainnya seperti bulu atau kulit ayam. Reaksi ini berbeda dengan intoleransi makanan karena bersifat imunologis.
Dalam banyak kasus, reaksi alergi muncul karena tubuh mengenali protein spesifik sebagai ancaman, padahal sebenarnya tidak berbahaya. Proses inilah yang menyebabkan pelepasan histamin dan zat kimia lain yang memicu munculnya gejala alergi, seperti gatal-gatal atau gangguan pernapasan. Oleh karena itu, pemahaman tentang zat pemicu atau alergen sangat penting agar bisa menghindari kontak dengan ayam atau produk turunannya
Gejala Alergi Ayam
Jika Si Kecil alergi ayam, Bunda dapat langsung melihat gejalanya setelah Si Kecil bermain dengan hewan tersebut, atau beberapa jam sesudah mengonsumsi makanan dari binatang tersebut. Gejalanya antara lain berupa pada mata, di mana mata akan menjadi gatal, bengkak, hingga berair. Kulitnya pun menjadi memerah dan gatal. Pada sebagian anak, mereka bahkan langsung muntah-muntah setelah memakan daging ayam.
Selain itu, umumnya sehabis memakan daging tersebut, hidungnya menjadi berair dan gatal. Bahkan, dengan menghirup partikel dari bulu ayam saja dapat membuat hidungnya berair. Tiba-tiba tenggorokannya juga terasa sakit, karena hidungnya menghasilkan lendir sampai berlebihan, dan lendir ini mengalir sampai tenggorokan.
Tingkat keparahan gejala alergi ayam dapat berbeda-beda pada setiap anak. Pada sebagian kasus, anak hanya mengalami keluhan ringan seperti kulit gatal atau mata berair.
Namun, pada kasus lain, gejala bisa berkembang menjadi sesak napas atau bahkan anafilaksis, kondisi darurat medis yang memerlukan penanganan segera. Oleh sebab itu, penting bagi Bunda untuk memperhatikan pola kemunculan gejala agar dapat mengambil tindakan yang tepat sejak awal.
Faktor Risiko Alergi Ayam
Ada beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan Si Kecil alergi terhadap ayam, antara lain asma dan eksim.
Jika Si Kecil memiliki asma, sangat mungkin tubuhnya juga memiliki alergi terhadap hewan ayam, sebab tubuhnya cenderung lebih sensitif untuk menghasilkan IgE yang dapat menimbulkan gejala alergi. Agar Bunda dapat mengantisipasi alergi pada ayam ini apabila Si Kecil mempunyai asma, Bunda perlu berkonsultasi dulu dengan dokter untuk memastikan keberadaan alerginya.
Sedangkan anak-anak yang mengalami eksim umumnya telah akrab dengan eksim ini sejak mereka masih bayi, namun jarang dari orangtua mereka yang mengetahui pemicunya. Nah, sebagian dari penyebab eksim ini adalah adanya IgE yang spesifik terhadap ayam dan menimbulkan reaksi berupa eksim. Bunda yang memiliki anak dengan eksim perlu bertanya kepada dokter tentang kemungkinan bahwa anaknya juga memiliki alergi, khususnya terhadap ayam.
Riwayat keluarga juga dapat menjadi faktor risiko penting. Jika salah satu atau kedua orang tua memiliki alergi makanan, kemungkinan Si Kecil mengalami alergi serupa, termasuk terhadap ayam, akan meningkat.
Selain itu, paparan awal terhadap alergen dalam jumlah besar atau terlalu dini dapat memperparah respons imun Si Kecil. Oleh karena itu, pola makan dan lingkungan perlu diperhatikan dalam mencegah munculnya alergi pada anak.
Diagnosis
Sebelum Bunda menyimpulkan bahwa Si Kecil alergi terhadap ayam, Bunda perlu berkonsultasi dulu dengan dokter untuk memastikan penyakit tersebut. Ada beberapa macam tes yang dapat dilakukan dokter untuk mendiagnosisnya, yaitu:
-
Skin Prick Test (SPT)
Skin Prick Test ini merupakan tes kulit untuk mendeteksi apakah Si Kecil memiliki alergi terhadap zat-zat tertentu (yang disebut juga alergen). Prosedur ini dilakukan dengan menggunakan jarum khusus yang mengandung alergen, dan dilakukan oleh dokter spesialis alergi-imunologi.
-
Tes IgE
Tes IgE ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya IgE yang spesifik terhadap ayam. Prosesnya dilakukan dengan mengambil sampel darah Si Kecil, lalu mengukur kadar IgE tersebut di laboratorium. Jika kadar IgE-nya berlebihan, maka Si Kecil memiliki alergi terhadap ayam.
Penanganan
Jika Si Kecil mengalami gejala alergi ayam, Bunda perlu segera memeriksakan ke dokter ahli, agar dokter dapat memastikan keberadaan alergi tersebut pada Si Kecil. Apabila alerginya ini sudah dipastikan diderita oleh Si Kecil, maka dokter akan menyarankannya untuk tidak mengonsumsi makanan dari ayam untuk selama beberapa waktu tertentu.
Setelah beberapa tahun, biasanya dokter akan melakukan tes ulang untuk mengetahui apakah Si Kecil masih terlalu sensitif terhadap ayam. Umumnya, jika reaksinya telah hilang, maka Si Kecil akan dapat mengonsumsi daging ayam dengan aman.
Untuk mencegah alergi ayam kambuh kembali, penting bagi Bunda untuk memastikan bahwa Si Kecil tidak terpapar makanan olahan yang mengandung ayam tersembunyi. Produk seperti sosis, nugget, atau kaldu instan bisa saja mengandung ekstrak ayam.
Membaca label komposisi makanan secara teliti dan bertanya langsung pada penyedia makanan menjadi langkah penting. Selain itu, selalu sediakan obat anti-alergi yang diresepkan oleh dokter jika sewaktu-waktu terjadi reaksi mendadak.
Pada Anak yang Mengalami Alergi Ayam, Apakah Mereka Juga Alergi Telur?
Bunda, jika Si Kecil mengalami alergi ayam, ada kemungkinan mereka juga alergi telur, dan ini disebut sindrom telur-burung. Anak yang mengalami sindrom ini umumnya mengalami gejala-gejala tertentu setelah terpapar protein dari kulit ayam, dan juga sekaligus alergi pada kuning telur.
Akan tetapi, kejadian sindrom telur-burung ini cukup jarang terjadi. Apabila Bunda khawatir bahwa Si Kecil mengalami sindrom ini, Bunda perlu berkonsultasi dengan dokter juga ya.
Bunda, alergi ayam hanya salah satu dari sedikit alergi yang terjadi karena lingkungan di sekitar Si Kecil. Ada pula jenis alergi lain yang cukup sering dipertanyakan oleh masyarakat karena dipicu oleh konsumsi makanan, yaitu alergi telur. Seperti apa gejala anak yang mengalaminya? Yuk, lihat ciri-ciri lengkapnya di sini, yuk: Ciri-ciri Alergi Telur dan Cara Mengatasinya.
Sumber:
-
Healthline. Do You Have a Chicken Allergy. Diakses pada 3 April 2024. https://www.healthline.com/health/chicken-allergy
-
Jacionline. Allergy to chicken meat without sensitization to egg proteins: A case report. Diakses pada 3 April 2024. https://www.jacionline.org/article/S0091-6749(97)70154-4/fulltext
-
American Academy of Allergy Asthma & Immunology. Immunoglobulin E (IgE) Defined. Diakses pada 17 April 2024. https://www.aaaai.org/tools-for-the-public/allergy,-asthma-immunology-glossary/immunoglobulin-e-(ige)-defined