Ada 2 cara tes alergi susu sapi pada Si Kecil yang masih bayi. Tes-tes ini antara lain tes skin prick dan tes darah. Keduanya perlu dikerjakan di bawah pengawasan dokter. Sebab, jika sampai terjadi risiko sesak nafas akibat alergi ketika sedang dilakukan tes, dokter akan bisa segera menolong Si Kecil.
Namun, tidak selalu tes harus dikerjakan untuk menetapkan alergi susu sapi. Dokter perlu mewawancarai Bunda dan Ayah untuk melacak apakah reaksi alergi yang dialami Si Kecil memang disebabkan alergi terhadap susu sapi. Dokter juga memeriksa tubuh Si Kecil untuk mencari tanda-tanda alergi tersebut. Apabila wawancara dokter terhadap Bunda sudah dapat membuktikan bahwa reaksi alergi Si Kecil memang disebabkan susu sapi, maka tes di laboratorium sudah tidak diperlukan lagi.
Tahap Wawancara
Pada waktu wawancara, dokter akan menanyai Ibu dan Ayah sebagai berikut:
-
Sejak usia berapa bulan gejala alergi itu muncul
-
Siapa di keluarga Ibu/Ayah yang memiliki riwayat alergi susu sapi.
-
Apakah gejala alergi tampak dalam segala sistem tubuh Si Kecil (pernapasan, kulit, pencernaan)
-
Apakah Si Kecil juga konsisten menunjukkan gejala jika makan produk turunan susu sapi (misalnya minum yogurt atau keju)
-
Apakah gejala ini juga terjadi dengan alergen lain (misalnya debu rumah, makanan kacang, makanan ayam, dan lain sebagainya)
Dokter juga akan bertanya, Bunda, berapa lama tenggat waktu antara terjadinya gejala alergi dengan kejadian Si Kecil kontak dengan tersangka alergen. Ini untuk menentukan apakah reaksi alergi ini termasuk reaksi alergi langsung atau reaksi alergi tertunda. Yuk, Bunda, lihat dulu perbedaan alergi langsung dan alergi tertunda di sini: Kenali Ciri-ciri Alergi Susu Sapi pada Si Kecil
Melihat Ciri-ciri Alergi Susu Sapi
Berikut merupakan tanda yang menunjukkan sisa-sisa reaksi alergi:
-
Pada kulit nampak ruam, bekas luka garukan, bengkak, atau eksim.
-
Si Kecil berkali-kali mengusap hidungnya sendiri karena gatal.
-
Mata Si Kecil terus-menerus berair, sebagai reaksi peradangan akibat alergi.
-
Berat dan tinggi badan Si Kecil cukup rendah untuk standar umurnya, karena kurang gizi akibat Si Kecil sering mencret atau muntah setelah minum susu sapi.
Jika hasil wawancara menunjukkan bahwa gejala-gejala dan tanda-tanda reaksi ini hanya terjadi setelah minum susu sapi, tetapi tidak terjadi jika mengonsumsi makanan lain, maka dokter akan menyimpulkan bahwa Si Kecil memang alergi susu sapi.
Selanjutnya, dokter akan menyarankan Bunda dan Ayah untuk menghindarkan Si Kecil dari susu sapi dulu. Segala makanan yang mengandung susu sapi akan dijadikan pantangan.
Kemudian, Si Kecil akan diminta untuk kembali ke dokter pada tahun berikutnya. Pada tahun tersebut, dokter akan mewawancarai Bunda dan Ayah kembali, untuk menyelidiki apakah Si Kecil sudah dapat mencoba untuk minum susu sapi kembali.
Namun seringkali Bunda dan Ayah juga tidak yakin apakah gejala alergi yang dialami Si Kecil memang disebabkan susu sapi tidak. Sebab, terlalu banyak jenis makanan yang telah dikonsumsi Si Kecil sehari-harinya. Sedangkan Si Kecil sudah menunjukkan gejala parah yang tidak bisa sembuh dengan obat. Contoh gejala parah ini, misalnya sering sesak nafas, terlalu sering muntah, dan berat badan Si Kecil terlalu kecil.
Pada kondisi ini, dokter dapat menyarankan agar Si Kecil menjalani cek alergi melalui tes.
Tes Alergi pada Bayi
Karena Si Kecil masih bayi, maka pilihan tes yang dapat dikerjakan hanya tes skin prick dan tes darah.
Tes Skin Prick
Jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia, tes skin prick berarti tes tusuk kulit. Tes ini mengidentifikasi zat pemicu alergi (alergen), sehingga muncul reaksi alergi pada tubuh.
Syarat dari tes skin prick ini ialah: Si Kecil perlu berusia minimum 4 bulan ketika menjalankan tes ini. Sebelum melakukan tes ini, Si Keci tidak boleh meminum obat anti alergi selama 3-7 hari.
Cara menjalankan tes ini, dokter akan menandai kulit Si Kecil di daerah sisi dalam lengan bawah. Alternatif lainnya, bisa juga dokter menandai pada punggung tangan Si Kecil.
Kemudian, dokter akan menandai kulit berdasarkan jenis alergen yang dites. Biasanya, ada 10-12 jenis alergen yang akan diteteskan, berdasarkan kemungkinan penyebab tanda alergi muncul. Alergen susu sapi merupakan salah satu alergen yang akan diteteskan.
Lalu dokter akan meneteskan larutan pada kulit lengan Si Kecil. Larutan ini sudah dicampur dengan alergen, misalnya alergen susu sapi. Lalu, area ini akan ditusuk oleh suatu jarum, agar larutannya masuk ke bawah kulit. Dalam 15-20 menit, jika muncul reaksi alergi pada tempat tersebut, maka dokter akan mendiagnosis bahwa pemicu alergi pada Si Kecil memang susu sapi.
Tes Darah
Tes ini sering disebut juga Radio Allergo Sorbent Test.
Tes ini bertujuan mengetahui jumlah antibodi IgE yang spesifik terhadap susu sapi. Antibodi ini berada dalam darah Si Kecil.
IgE ini merupakan protein penting untuk membuat tubuh kebal dari penyakit. Jika tubuh kita normal, maka jumlah IgE kita pun hanya sedikit. Namun jika tubuh kita alergi susu sapi, maka tubuh kita akan lebih banyak menghasilkan antibodi IgE yang spesifik terhadap susu sapi.
Tes ini lebih spesifik dan lebih cepat dikerjakan daripada tes skin prick. Namun, tidak semua tempat di Indonesia memiliki fasilitas untuk mengerjakan tes antibodi IgE ini. Sehingga, cara tes alergi yang dapat dikerjakan dokter hanya wawancara dan tes skin prick saja.
Tes ini juga baru digunakan ketika Si Kecil tidak mungkin mengalami skin prick test. Contohnya, karena area pemeriksaan skin prick test sedang mengalami kelainan kulit yang luas, sehingga tidak mungkin ditusuk-tusuk.
Tes Alergi Susu Sapi pada Balita
Anak yang telah balita memiliki lebih banyak pilihan tes untuk memastikan apakah ia memiliki alergi susu sapi atau tidak. Selain tes skin prick dan tes darah, Si Kecil juga bisa mengikuti tes intradermal dan diet eliminasi.
Tes Intradermal
Dalam tes alergi ini, dokter akan menyuntikkan sedikit larutan alergen susu sapi ke bawah kulit lengan. Jika setelah 15 menit tidak terjadi reaksi alergi pada bekas suntikan, maka perlu dilakukan tes dengan alergen selain susu sapi.
Dokter akan melakukan tes ini dengan alergen berbeda-beda, sampai dokter menemukan pemicu alerginya. Karena butuh kesabaran, maka tes ini tidak dapat dikerjakan pada bayi.
Diet Eliminasi
Diet eliminasi merupakan tes yang dikerjakan pada balita yang memang telah didiagnosa susu sapi dan menjalani pantangan terhadap susu sapi selama berbulan-bulan.
Proses elimination diet berlangsung selama kurang lebih 5-6 minggu. Ada dua tahap yang perlu dilakukan dalam diet ini, yaitu:
1. Tahap Eliminasi
Tahap ini terjadi selama 2-3 minggu. Bunda dan Ayah akan mengamati, apakah sejak berhenti mengonsumsi susu sapi dan turunannya, kejadian reaksi alergi mulai jarang? Jika ya, maka Si Kecil dapat melanjutkan ke tahap pengenalan ulang.
2. Tahap Pengenalan Ulang
Pada tes ini, Si Kecil mencoba mengonsumsi susu sapi kembali. Jika Si Kecil terbukti tidak mengalami reaksi alergi kembali, maka dapat disebutkan bahwa Si Kecil ini sudah kebal terhadap susu sapi. Bukan berarti alerginya hilang, namun sistem imun Si Kecil yang nampak sudah lebih kuat.
Itulah beberapa cara tes yang bisa Bunda lakukan untuk mengetahui, apakah Si Kecil alergi susu sapi atau tidak?Cukup beragam jenis tesnya ya, Bunda. Apakah Bunda bisa memperkirakan biaya tes yang perlu dijalani Si Kecil? Yuk, lihat biaya tes alergi lengkap di sini: Berapa Biaya Tes Alergi Anak di Rumah Sakit?
Bunda, itulah beberapa cara tes yang bisa Bunda lakukan untuk mengetahui, apakah Si Kecil alergi susu sapi atau tidak? Jika Si Kecil alergi susu sapi, Bunda bisa mengganti susu sapi dengan susu soya yang 100% mengandung protein kedelai. Yuk, cari tahu produk susu soya milik Morinaga pada tautan berikut: Chil Kid Soya MoriCare+ Triple Bifidus