Beranda Artikel 37-72 Bulan Si Kecil Susah Makan? Atasi GTM dengan 3 Trik Ini!

Si Kecil Susah Makan? Atasi GTM dengan 3 Trik Ini!

2025/11/03 - 09:38:18am     oleh Morinaga Soya
Si Kecil Susah Makan? Atasi GTM dengan 3 Trik Ini!

Melihat Si Kecil menutup mulut rapat setiap kali disuapi tentu membuat Bunda merasa cemas. Situasi seperti ini sering kali memunculkan kekhawatiran, apalagi saat berat badan mulai sulit naik. Perilaku tersebut dikenal sebagai Gerakan Tutup Mulut (GTM), yaitu kondisi ketika Si Kecil menolak makan atau menolak membuka mulut saat disuapi. Fase ini cukup umum terjadi, terutama pada masa belajar makan atau saat perubahan pola makan.

Rasa panik tentu wajar, tetapi Bunda tidak perlu terlalu cemas. GTM bukan kondisi yang permanen dan bisa diatasi dengan kesabaran serta penyesuaian pola makan yang tepat. Kuncinya ada pada cara Bunda merespons dengan tetap tenang, tidak memaksa, dan terus memberi dukungan positif saat makan. Saat suasana hati terjaga, Si Kecil akan merasa lebih aman dan perlahan kembali tertarik untuk makan.

Apa itu GTM?

GTM atau Gerakan Tutup Mulut adalah kondisi ketika Si Kecil menolak makan dengan cara menutup mulut, melepeh, atau bahkan menyemburkan kembali makanan yang disuapkan. Perilaku ini sering muncul pada masa peralihan makan, seperti saat disapih atau memulai MPASI. Tidak jarang, situasi ini membuat Bunda khawatir karena takut asupan gizi Si Kecil tidak tercukupi. Padahal, hal ini termasuk fase yang umum terjadi pada anak-anak dalam proses tumbuh kembangnya.

Penyebabnya beragam, mulai dari perubahan selera makan hingga rasa tidak nyaman akibat tumbuh gigi. Ada pula Si Kecil yang menolak makan karena bosan dengan menu yang itu-itu saja atau belum terbiasa dengan tekstur baru. Kondisi ini wajar terjadi ketika Si Kecil masih belajar mengenal rasa dan bentuk makanan. Selama Bunda menanggapinya dengan tenang dan konsisten, fase GTM akan berlalu tanpa mengganggu pemenuhan kebutuhan gizinya.

Penyebab GTM pada Si Kecil yang Perlu Bunda Ketahui

Setiap anak memiliki alasan yang berbeda ketika menolak makan atau melakukan GTM. Tekstur makanan yang tidak sesuai usia, rasa bosan terhadap menu yang sama, atau gangguan pencernaan bisa menjadi pemicunya. Ada pula Si Kecil yang menutup mulut karena merasa tertekan saat makan atau sedang tidak nyaman secara fisik. Sikap ini sering kali membuat Bunda cemas, padahal kondisi tersebut masih tergolong wajar selama tidak berlangsung terlalu lama.

Suasana makan juga berpengaruh besar terhadap munculnya GTM. Si Kecil lebih mudah menolak makanan ketika suasana makan terasa tegang, penuh tekanan, atau disertai emosi negatif. Sikap marah atau memaksa justru membuat Si Kecil semakin enggan membuka mulut. Mengenali hal-hal sederhana seperti ini membantu Bunda menyesuaikan cara menghadapi GTM agar waktu makan kembali berjalan lancar.

Kebiasaan Menonton Sambil Makan

Membiarkan Si Kecil menonton video dari gadget saat makan sering dianggap cara cepat agar ia duduk tenang. Kebiasaan ini tampak membantu, tetapi sebenarnya kurang baik untuk jangka panjang. Fokus Si Kecil akan berpindah ke tontonan, bukan pada makanan yang ada di depannya. Akibatnya, ia tidak benar-benar mengenali rasa lapar atau kenyang dari tubuhnya sendiri.

Makan sambil menonton juga membuat Si Kecil kurang menikmati tekstur dan rasa makanan. Ia makan tanpa sadar, hanya karena disuapi, bukan karena ingin makan. Kebiasaan ini dapat menurunkan minatnya terhadap waktu makan di kemudian hari. Lebih baik jadikan waktu makan sebagai momen interaksi tanpa distraksi agar Si Kecil belajar menghargai proses makan.

Tidak Menyukai Makanan Tertentu

Ada kalanya GTM terjadi karena Si Kecil tidak menyukai makanan yang disajikan. Penilaian ini bisa muncul dari tekstur, warna, atau aroma yang menurutnya tidak menarik. Setiap anak memiliki preferensi rasa yang berbeda, ada yang lebih suka gurih, sementara lainnya memilih rasa manis atau asam segar. Perbedaan ini membuat Si Kecil mudah menolak makanan yang tidak sesuai dengan seleranya.

Faktor lain yang sering memicu GTM adalah pengenalan tekstur yang tidak sesuai saat MPASI. Si Kecil perlu waktu untuk menyesuaikan diri pada setiap tahap tekstur, dari lembut menuju kasar. Jika perubahan dilakukan terlalu cepat atau tidak rutin, Si Kecil bisa merasa tidak nyaman dan menolak makan. Penyesuaian perlahan membantu Si Kecil beradaptasi tanpa rasa terkejut.

Takut Mencoba Makanan Baru

GTM juga bisa terjadi karena Si Kecil merasa takut mencoba makanan baru. Rasa ragu ini muncul saat ia belum mengenal bentuk, aroma, atau rasa dari makanan yang ditawarkan. Proses ini membuatnya menolak bukan karena tidak suka, tetapi karena butuh waktu untuk beradaptasi. Situasi seperti ini termasuk bagian dari proses belajar makan.

Bunda tidak perlu khawatir karena kondisi ini cukup umum dialami banyak anak. Fase penolakan makanan baru biasanya berlangsung selama beberapa minggu hingga bulan. Selama berat badan Si Kecil tetap stabil, Bunda bisa terus mengenalkan makanan baru secara perlahan. Dengan cara ini, ia akan mulai terbiasa dan berani mencoba tanpa paksaan.

Mengalami Tumbuh Gigi

Proses tumbuh gigi dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada gusi yang bengkak dan nyeri. Kondisi ini sering membuat Si Kecil menolak makanan padat karena kesulitan mengunyah. Si Kecil mungkin menjadi rewel dan lebih memilih makanan lembut atau minuman seperti susu. Penurunan nafsu makan ini biasanya bersifat sementara.

Memberikan makanan bertekstur halus dan sejuk bisa membantu meredakan rasa tidak nyaman. Hindari sajian yang terlalu keras atau panas karena dapat memperparah iritasi pada gusi. Setelah gigi tumbuh sempurna dan rasa sakit berkurang, biasanya selera makan Si Kecil akan kembali seperti semula.

Memiliki Kondisi Medis Tertentu

Ada kalanya GTM dipicu oleh kondisi medis yang membuat tubuh Si Kecil tidak nyaman. Saat mengalami sembelit, perut terasa penuh dan menekan selera makan. Begitu pula ketika perut kembung, rasa begah bisa membuat Si Kecil menolak makanan apa pun yang disajikan. Situasi ini biasanya membaik setelah penyebab utamanya teratasi.

Selain itu, beberapa gangguan kesehatan seperti infeksi, sakit tenggorokan, atau gangguan menelan (disfagia) juga dapat membuat Si Kecil enggan makan. Jika Bunda melihat GTM berlangsung lama disertai penurunan berat badan, sebaiknya Bunda segera segera memeriksanya ke dokter. Pemeriksaan yang tepat akan membantu memastikan apakah penurunan nafsu makan disebabkan faktor fisik atau perilaku.

Cara Mengatasi Gerakan Tutup Mulut pada Si Kecil

Langkah menghadapi GTM membutuhkan kesabaran dan konsistensi dari orang tua. Bunda bisa mulai dengan menciptakan rutinitas makan yang teratur, menjaga suasana tetap tenang, serta menyediakan variasi menu yang menarik. Si Kecil akan lebih mudah menerima makanan ketika merasa dihargai dan tidak dipaksa. Pendekatan yang lembut membantu tubuh dan pikiran Si Kecil kembali siap menerima asupan bergizi setiap hari.

Menjaga suasana makan yang positif sangat berpengaruh terhadap perilaku makan Si Kecil. Nada bicara yang lembut, ekspresi wajah yang ramah, dan interaksi ringan membuatnya lebih nyaman. Tekanan berlebihan hanya akan memperburuk ketidakinginan untuk makan. Sikap sabar dan konsisten menjadi kunci agar Si Kecil belajar menikmati waktu makan dengan perasaan aman.

Buat Jadwal Makan untuk Si Kecil

Jadwal makan yang teratur membantu tubuh Si Kecil mengenali waktu lapar dan kenyang secara alami. Pola yang disarankan meliputi tiga kali makan utama dan dua kali camilan setiap hari. Konsistensi waktu makan melatih tubuh Si Kecil untuk memiliki ritme yang stabil dan menghindari penolakan saat jam makan tiba. Rutinitas ini juga memudahkan Bunda memantau asupan nutrisinya.

Camilan sebaiknya diberikan dengan jarak sekitar 1,5 hingga 2 jam dari waktu makan utama. Jarak ini memberi waktu bagi Si Kecil untuk merasa lapar kembali. Porsinya cukup kecil agar tidak membuat perut terlalu kenyang sebelum makan berat. Susu dan jus perlu dibatasi di antara jam makan supaya tidak menggantikan kebutuhan makanan padat.

Penyajian makanan perlu disesuaikan dengan usia agar lebih mudah diterima oleh Si Kecil. Mulailah dengan porsi kecil supaya ia merasa mampu menghabiskannya tanpa tekanan. Ketika melihat piringnya kosong, akan muncul rasa puas dan semangat untuk makan kembali. Kebiasaan ini dapat membantu membangun respon positif terhadap waktu makan berikutnya.

Hindari Distraksi Saat Makan

Kebiasaan menonton atau bermain saat makan membuat Si Kecil sulit fokus pada makanannya. Gadget, mainan, dan buku sebaiknya dijauhkan selama waktu makan berlangsung. Lingkungan yang minim distraksi membantu Si Kecil mengenali rasa makanan serta sinyal lapar dan kenyang dari tubuhnya. Hal ini juga menumbuhkan kesadaran makan yang lebih sehat.

Makan bersama keluarga bisa menjadi cara efektif untuk menumbuhkan minat makan. Melihat orang tua menikmati makanan dapat memicu rasa ingin tahu dan keinginan meniru. Suasana makan yang akrab juga memperkuat hubungan emosional di meja makan. Si Kecil akan belajar bahwa makan bukan sekedar kewajiban, tetapi bagian dari kebersamaan keluarga.

Durasi makan idealnya tidak lebih dari 30 menit. Bila waktu sudah habis dan makanan belum habis, sebaiknya piring diangkat tanpa komentar negatif. Tindakan ini mengajarkannya mengenai tentang batas waktu dan disiplin tanpa harus menimbulkan tekanan. Si Kecil pun belajar menghargai waktu makan dan berusaha lebih fokus di kesempatan berikutnya.

Jangan Paksa Si Kecil untuk Makan

Paksaan, ancaman, atau janji hadiah sering kali justru memperburuk situasi saat makan. Biarkan Si Kecil menentukan sendiri porsi yang ingin ia habiskan, karena cara ini jauh lebih efektif dibanding memaksa. Saat merasa memiliki kendali, ia cenderung lebih tenang dan terbuka terhadap makanan yang disajikan. Sikap memaksa hanya akan menimbulkan rasa takut dan memperpanjang fase GTM.

Memberi waktu bagi Si Kecil untuk mengenal makanannya merupakan bagian dari proses belajar yang wajar. Ia bisa menyentuh, mengendus, atau mencicipi perlahan tanpa harus langsung menelannya. Cara ini membantu tubuh dan inderanya beradaptasi dengan tekstur serta rasa yang baru. Semakin sering dilakukan tanpa tekanan, semakin besar peluangnya untuk menerima makanan tersebut.

Menu yang bervariasi dari segi warna, rasa, dan bentuk dapat menarik minat Si Kecil untuk mencoba. Libatkan ia dalam kegiatan sederhana seperti mencuci bahan makanan atau memilih wadah makannya sendiri. Keterlibatan kecil seperti ini menumbuhkan rasa memiliki terhadap makanan yang akan ia coba. Semakin ia merasa terlibat, biasanya rasa penasaran dan antusiasnya juga ikut tumbuh.

Kesempatan makan sendiri juga menjadi bagian penting dari proses belajar. Meski meja makan mungkin berantakan, hal ini membantu melatih koordinasi tangan serta membangun rasa percaya diri. Finger food atau sendok kecil bisa digunakan agar lebih mudah digenggam. Bunda cukup mengawasi dari dekat dan baru turun tangan ketika Si Kecil kesulitan atau meminta bantuan.

Meski fase GTM sedang berlangsung, kebutuhan NUTRISI Si Kecil tetap perlu diperhatikan. Asupan makanan padat yang berkurang bisa digantikan sementara melalui minuman bergizi seperti susu berbasis soya yang ringan di perut dan mudah dicerna. Minuman ini membantu memenuhi kebutuhan energi tanpa membebani sistem pencernaan dan menjaga keseimbangan gizi selama nafsu makan belum kembali sepenuhnya.

Selain itu, susu soya juga mendukung daya tahan tubuh serta tumbuh kembang Si Kecil tetap terjaga. Energinya lebih stabil meski asupan makanan padat belum optimal. Setelah kondisi mulai membaik, Bunda bisa perlahan memperkenalkan makanan padat kembali. Ide menu bergizi yang bisa membantu meningkatkan nafsu makan dapat Bunda temukan di sini: Cara Jitu Mengatasi Anak Tidak Mau Makan Nasi.

Referensi:

  • Alodokter. Gerakan Tutup Mulut pada Anak, Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya. Diakses 11 Oktober 2025. https://www.alodokter.com/gerakan-tutup-mulut-pada-anak-ini-penyebab-dan-cara-mengatasinya
  • Healthline. What Can You Do If Your Child Refuses to Eat Anything? Diakses 11 Oktober 2025. https://www.healthline.com/health/parenting/child-refuses-to-eat-anything#mealtime-tips
  • The Nourished Child. My Child Won’t Eat: 12 Reasons Why + Tips for Parents. Diakses 11 Oktober 2025. https://thenourishedchild.com/12-reasons-child-wont-eat/




medical record

Berapa Besar Risiko Alergi Si Kecil?



Cari Tahu
bannerinside bannerinside
allysca