Beranda Artikel Alergi Pilek Alergi Dapat Mengganggu Tidur Si Kecil di Malam Hari

Pilek Alergi Dapat Mengganggu Tidur Si Kecil di Malam Hari

2025/05/26 - 06:25:07pm     oleh Morinaga Soya
alergi pilek ganggu tidur anak

Bunda, pernahkah merasa heran kenapa hidung Si Kecil selalu tersumbat setiap malam, padahal siangnya terlihat sehat-sehat saja? Bisa jadi, kondisi ini bukanlah sekadar flu biasa yang datang dan pergi. Jika pilek berlangsung cukup lama dan terus berulang, ada kemungkinan Si Kecil mengalami reaksi alergi yang belum terdeteksi.

Pilek alergi memiliki pola khas, biasanya muncul di waktu-waktu tertentu. Gejala seperti bersin dan hidung gatal bisa menjadi petunjuk penting bahwa apa yang dialami Si Kecil bukanlah pilek biasa. Jika demikian, penanganan yang perlu Bunda lakukan pun akan berbeda. Itulah sebabnya, penting untuk memahami lebih jauh seputar pilek alergi. Dengan pemahaman yang tepat, Bunda bisa mengambil langkah yang lebih sesuai untuk membantu Si Kecil mengatasi rasa tidak nyaman di hidungnya.

Faktor Lingkungan yang Memicu Reaksi Alergi

Si Kecil bisa terkena alergi karena bersentuhan dengan alergen. Zat penyebab alergi ini dapat terhirup, tertelan, atau dapat bersentuhan dengan kulit. Di lingkungan rumah, banyak alergen yang bisa memicu reaksi alergi pada Si Kecil. Beberapa alergen yang paling umum adalah serbuk sari dari tumbuhan, bulu hewan, debu, dan tungau.

Gejala alergi sering kali memburuk di malam hari karena beberapa faktor utama. Saat Si Kecil tidur, tubuhnya akan lebih dekat dengan sumber-sumber alergen. Debu, tungau, dan bulu hewan yang menempel di kasur tanpa disadari bisa lebih mudah terhirup saat ia berbaring. Jika sistem kekebalan tubuhnya sensitif, paparan ini bisa memicu reaksi berlebihan. Tubuhnya akan mengira zat asing tersebut berbahaya, lalu merespons dengan memproduksi lendir berlebih, bersin terus-menerus, dan hidung tersumbat.

Posisi Si Kecil yang berbaring saat tidur juga akan menyebabkan penumpukan lendir di sinus yang menghalangi aliran udara di saluran hidung. Faktor sirkadian pun turut berpengaruh, di mana tubuh memproduksi lebih banyak histamin di malam hari, sehingga gejalanya akan lebih parah. Histamin memicu gejala alergi seperti hidung gatal, bersin-bersin, ruam, dan mata berair sebagai respons terhadap zat asing. Akibatnya, tidur Si Kecil pun jadi terganggu.

Untuk itu, penting bagi Bunda melakukan evaluasi kecil di rumah. Cobalah periksa kembali kebersihan kasur, sarung bantal, karpet, dan area yang mungkin terlupakan saat membersihkan rumah. Pastikan debu tidak menumpuk, apalagi dibiarkan beterbangan dan berpotensi terhirup oleh Si Kecil. Dengan begitu, Si Kecil bisa tidur lebih nyenyak dan bangun dengan tubuh yang lebih segar setiap hari.

Gejala Khas Pilek Alergi pada Si Kecil

Alergi merupakan penyebab paling umum dari hidung tersumbat atau pilek pada Si Kecil. Pilek yang disertai demam sangat umum terjadi. Namun, pada gejala pilek alergi, biasanya Si Kecil tidak mengalami demam. Kemunculan gejala alergi ini pun tidak dapat diprediksi. Misalnya, pilek bisa muncul setiap musim hujan atau musim panas. Gejalanya juga bisa berlangsung lebih dari dua minggu. Jika hal ini terjadi, ada kemungkinan ia memiliki alergi.

Reaksi alergi dapat terjadi di bagian tubuh mana pun, termasuk kulit, mata, hidung, dan tenggorokan. Biasanya, alergen tidak berbahaya. Namun, ketika Si Kecil memiliki alergi, tubuh menganggap alergen tersebut ancaman. Alergen kemudian diserang oleh antibodi yang disebut imunoglobulin E (IgE). Antibodi ini menempel pada sel khusus yang disebut sel mast, lalu pada alergen. Hal ini membuat sel mast melepaskan histamin dan bahan kimia lain yang menyebabkan reaksi alergi.

Saat bahan kimia tersebut mengiritasi jaringan hidung di dekatnya, gejala alergi pada hidung akan muncul. Reaksi alergi dapat menyebabkan hidung tersumbat dan membuat Si Kecil bersin berturut-turut. Ia juga mungkin akan merasakan hidung gatal dan mata berair. Sayangnya, Bunda tidak bisa meredakan gejala-gejala ini dengan obat flu biasa.

Hidung Si Kecil yang tersumbat akan menyebabkan ia bernapas melalui mulut, terutama saat tidur. Dampaknya, kualitas tidurnya menjadi buruk. Ia tidak bisa tidur nyenyak di malam hari dan terbangun dalam keadaan lelah keesokan harinya. Si Kecil juga menjadi mudah rewel dan tidak fokus dalam menjalani hari.

Agar bisa mengenali kemungkinan alergi sejak dini, Bunda bisa mulai mencatat kapan dan di mana saja gejalanya muncul. Apakah selalu terjadi di malam hari atau lebih sering muncul setelah Si Kecil tidur di kamar tertentu. Catatan ini bisa membantu mencari tahu penyebab sebenarnya. Bunda juga bisa membawanya saat berkonsultasi. Dengan begitu, solusi terbaik untuk membantu Si Kecil terhindar dari alergi bisa lebih cepat ditemukan.

Cara Mengurangi Risiko Pilek Alergi di Rumah

Bunda, jangan biarkan alergi membuat Si Kecil merasa tidak nyaman di rumah sendiri. Kurangi risiko pilek alergi dengan cara menjaga kebersihan tempat tidur, bantal, dan boneka di rumah. Area-area tersebut kerap menampung alergen yang mudah terhirup oleh Si Kecil.

Cuci sprei, sarung bantal, dan selimut dengan air panas minimal seminggu sekali. Cara ini efektif membunuh tungau dan mengurangi risiko pilek alergi yang sering datang. Menjaga kebersihannya secara berkala bisa membantu Bunda mengurangi paparan alergen yang mungkin terkena Si Kecil saat ia tidur.

Selain itu, bersihkan rumah dengan penyedot debu yang memiliki filter HEPA. Filter ini mampu menangkap partikel sangat kecil seperti debu halus, tungau, dan serbuk sari. Gunakan juga air purifier untuk membantu membersihkan udara di dalam ruangan dari alergen yang beterbangan. Alat-alat ini sangat bermanfaat agar Si Kecil bisa bernapas lebih lega.

Keberadaan ventilasi yang baik juga sangat membantu mengurangi kelembapan yang disukai tungau. Biasanya, hewan kecil ini cepat berkembang biak di area yang lembap. Pastikan rumah memiliki kelembapan ideal antara 30 sampai 50 persen untuk mencegah tungau dan debu bertambah. Dengan langkah-langkah kecil namun konsisten, Bunda turut menjaga kenyamanan dan kesehatan Si Kecil setiap hari.

Langkah Tepat Jika Pilek Tidak Kunjung Reda

Meskipun pencegahan di atas bisa membantu mengurangi risiko pilek pada Si Kecil, masih ada kemungkinan gejala ini tak kunjung reda. Jika pilek berlangsung lebih dari dua minggu atau mengganggu aktivitas Si Kecil, Bunda perlu konsultasi segera. Bisa jadi, apa yang dirasakan Si Kecil adalah pertanda ia memiliki alergi yang perlu dikenali lebih dalam.

Dokter akan membantu mengidentifikasi alergi secara spesifik, bergantung pada apa gejala yang dirasakan, usia, dan kesehatan umum Si Kecil. Penanganan juga akan bergantung pada seberapa parah kondisinya. Jika diharuskan, dokter akan merekomendasikan pengobatan jangka panjang agar gejalanya bisa dikendalikan dan Si Kecil bisa kembali beraktivitas dengan nyaman.

Tak kalah penting, Bunda juga perlu tahu bahwa alergi makanan, seperti susu sapi bisa memicu pilek berkepanjangan. Sama halnya dengan zat alergen lain, tubuh Si Kecil juga bisa salah mengira protein dalam susu sebagai zat berbahaya. Tubuh kemudian memproduksi antibodi alergi untuk perlindungan. Dalam hitungan menit, interaksi antara antibodi dan protein tertentu memicu pelepasan zat kimia tubuh yang menyebabkan berbagai gejala, salah satunya pilek.

Jika Si Kecil mengalami pilek yang tak kunjung sembuh dan disertai batuk, ada baiknya mulai mempertimbangkan kemungkinan bahwa ia menderita alergi terhadap susu sapi. Reaksi paling serius terhadap alergi susu disebut anafilaksis. Gejala seperti kesulitan bernafas dalam beberapa menit setelah mengonsumsi produk susu bisa menjadi indikasi Si Kecil mengalami reaksi anafilaksis. Kondisi ini memerlukan perhatian medis darurat. Untuk itu, yuk, cari tahu terlebih dahulu seperti apa batuk yang terjadi karena alergi susu sapi di sini: Ciri Batuk Alergi pada Anak akibat Alergi Susu Sapi.

Referensi:

  • Carolina Asthma & Allergy Center. Why Are Allergies Worse at Night and in the Morning?. Diakses pada 16 Mei 2025. https://www.carolinaasthma.com/blog/why-are-my-allergies-worse-at-night/#stop
  • OSF Healthcare. Cold vs. Allergy Symptoms in Kids: What’s the Difference?. Diakses pada 16 Mei 2025. https://www.osfhealthcare.org/blog/child-allergies-cold/
  • American College of Allergy, Asthma & Immunology. Allergies 101. Children. Diakses pada 16 Mei 2025. https://acaai.org/allergies/allergies-101/who-gets-allergies/children/
  • Cedars Sinai. Allergies in Children. Diakses pada 16 Mei 2025. https://www.cedars-sinai.org/health-library/diseases-and-conditions---pediatrics/a/allergies-in-children.html
  • Mayo Clinic. Allergy Proof Your Home. Diakses pada 16 Mei 2025. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/allergies/in-depth/allergy/art-20049365
  • WebDM. Casein Allergy Overview. Diakses pada 16 Mei 2025. https://www.webmd.com/allergies/casein-allergy-overview




medical record

Berapa Besar Risiko Alergi Si Kecil?



Cari Tahu
bannerinside bannerinside
allysca