Bunda mungkin sudah familiar dengan istilah bayi gumoh. Gumoh kerap kali digunakan untuk menggambarkan situasi bayi yang muntah setelah menyusui. Gumoh adalah hal yang sangat lumrah terjadi terutama pada bayi di bawah satu tahun. Meskipun tidak perlu dicemaskan dan tergolong lumrah terjadi pada setiap bayi, dalam beberapa kasus gumoh bisa menjadi tanda penyakit yang harus diwaspadai.
Penyebab bayi gumoh
Sebenarnya, gumoh terjadi karena air susu ibu (ASI) atau susu yang sudah tertelan oleh Si Kecil namun kembali naik ke kerongkongan. Para ahli menjelaskan bahwa hal ini disebabkan karena otot bagian kerongkongan dan lambung pada saluran pencernaan bayi masih tergolong lemah dan belum sempurna, bahkan ukuran lambung baru sebesar kelereng dan diperkirakan hanya mampu menampung kapasitas sebesar 60 hingga 90ml. Ini merupakan penyebab utama bayi menjadi gumoh, terutama saat Si Kecil baru berusia di bawah satu tahun akan cenderung lebih sering mengalami gumoh.
Ketika bayi sedang menyusui atau mulai mengonsumsi MPASI, makanan yang ia konsumsi mulai turun ke kerongkongan dan perut, kerongkongan dihubungkan ke perut oleh cincin otot yang disebut sfingter esofagus bagian bawah. Sfingter ini akan terbuka untuk membiarkan susu masuk ke dalam perut dan kemudian segera menutup kembali. Tapi sayangnya katup ini belum dapat diandalkan sepenuhnya hingga setidaknya bayi berumur enam bulan. Hal ini lah yang memicu aliran balik ASI yang sebabkan bayi mengalami gumoh.
Walaupun hampir terlihat serupa, gumoh bukanlah muntah. Muntah terjadi ketika ada dorongan dan kontraksi yang kuat dari otot perut untuk mengeluarkan isi lambung. Hal ini bisa jadi terasa tidak nyaman atau menyakitkan bahkan bagi orang dewasa sekalipun. Cukup berbeda dengan gumoh, saat mengalami gumoh, cairan akan mengalir dengan mudah tanpa adanya tekanan dari perut Si Kecil. Gumoh juga biasanya terjadi bersamaan dengan sendawa, tersedak, batuk, menangis, atau ketika bayi menolak makanan.
Dalam sebagian besar kasus, gumoh akan menghilang ketika bayi berusia satu tahun atau lebih, karena pada saat itu, cincin otot di dasar kerongkongan bayi telah berfungsi dengan baik sehingga makanan yang masuk tidak mudah untuk keluar. Dalam kamus medis, gumoh sering juga disebut refluks atau gastroesophageal refluks.
Selain hal di atas ada juga beberapa hal yang mungkin menjadi penyebab bayi mengalami gumoh antara lain:
Hirup udara selama menyusui
Bila Si Kecil minum dengan cepat sambil menghirup udara secara bersamaan dengan susu, ini bisa saja menimbulkan reflek gumoh bagi Si Kecil terutama bila Bunda memiliki suplai ASI yang cukup banyak. Harus hati-hati, ya Bunda
Menyusui berlebih
Menyusui berlebihan juga bisa menjadi penyebab gumoh, lantaran karena Si Kecil memiliki perut dan kapasitas lambung yang kecil. Si Kecil yang minum ASI lebih banyak ketika menyusui akan cenderung kenyang lebih cepat sehingga secara refleks akan mengeluarkan ASI yang tidak dapat ditampung di perutnya.
Alergi
Salah satu penyebab gumoh pada Si Kecil ternyata bisa jadi diakibatkan oleh sensitivitas atau alergi, terutama dari makanan atau minuman yang mungkin dikonsumsi oleh Bunda dan dikonsumsi melalui Si Kecil lewat pemberian ASI. Saat gumoh, biasanya ASI keluar saat bersendawa atau keluar mengalir dari mulutnya.
Cara mengatasi bayi gumoh
Bagi orang tua baru, bayi gumoh mungkin jadi kekhawatiran sendiri atau bahkan menimbulkan kepanikan. Namun dengan mengetahui lebih jelas sebab dan cara mengatasinya ketika bayi mengalami kondisi ini, diharapkan Bunda tidak perlu cemas bila menghadapi situasi ini.
Pertama cek dan pastikan hal-hal berikut yang merupakan pertanda bahwa Si kecil mengalami refluks yang cukup terbilang normal. Frekuensi gumoh pada bayi sebenarnya sangat bervariasi, bisa jarang, cukup sering, atau bahkan terjadi setiap kali bayi diberikan makanan dan susu. Berikut merupakan pertanda bahwa Si Kecil memiliki refluks yang normal:
- Bayi tetap mau menyusui dan makan
- Berat badan bayi masih bertambah sesuai usia
- Bayi terlihat nyaman dan tidak rewel
- Bayi tidak terlihat sesak atau rewel
Jika memperlihatkan tanda-tanda ini, maka Bunda tidak perlu khawatir, Si Kecil baik-baik saja dan tidak memerlukan penanganan khusus.
Ada beberapa hal yang bisa Bunda lakukan guna mencegah bayi menjadi terlalu banyak gumoh dengan melakukan hal ini
Posisi kepala bayi lebih tegak ketika menyusui ataupun sesudah menyusui
Ketika memberikan Si Kecil ASI atau makanan padat, selalu posisikan kepalanya agar lebih tegak atau berada lebih tinggi dari tubuhnya. Usai menyusui, pastikan untuk menjaga posisi tegak Si Kecil selama setidaknya 20-30 menit atau lebih untuk membuat makanan atau susu yang baru ia konsumsi tetap berada di dalam lambung. Apabila memang harus dibaringkan, letakkan beberapa bantal untuk menopang tubuhnya sehingga badannya tetap tegak agar makanan tidak kembali ke kerongkongan Si Kecil.
Hindari tekanan
Pastikan tidak ada tekanan pada perut bayi setidaknya selama 30 menit setelah makan untuk mencegah gumoh. Pemakaian celana atau popok yang terlalu ketat juga harus dihindari oleh Bunda guna mencegahnya terlalu menekan perut bayi.
Bantu Si Kecil bersendawa
Setelah menyusui, usahakan untuk membuat Si Kecil bersendawa ya, Bunda. Ini dilakukan agar udara yang terlanjur masuk dapat dikeluarkan. Cara menyendawakan bayi adalah dengan menyandarkan tubuh bayi ke dada Bunda dengan posisi dagu berada di bahu Bunda agar dapat mempertahankan posturnya supaya tetap tegak, tapi usahakan jangan sampai perutnya tertekan. Gunakan satu tangan untuk menahan berat badan Si Kecil dan satu tangan lagi untuk menepuk nepuk pelan punggungnya hingga ia bersendawa. Untuk lebih nyaman, Bunda bisa meletakan kain lembut di bahu sebagai tumpuan dagu Si Kecil sekaligus berguna menyerap semburan dari sendawanya.
Menyusui di tempat tenang
Usahakan untuk mencari tempat yang dan bebas dari gangguan terutama bila Bunda menyusui di luar rumah. Ruangan bising dapat menyebabkan bayi panik ketika menyusui. Bayi yang menyusui dalam keadaan panik cenderung menelan udara bersamaan dengan susu yang masuk. Hal ini bisa menyebabkan gumoh usai menyusui.
Berikan ASI atau makanan secukupnya
Cara lain yang cukup jitu mencegah gumoh pada Si Kecil adalah dengan memberinya ASI, susu formula, atau makanan dengan porsi sedikit tapi sering. Pastikan untuk membuatnya sendawa setiap habis menyusui atau di sela waktu menyusui.
Perhatikan ukuran dot
Bila Si Kecil menyusui dengan dot, perhatikan kembali ukuran dot yang digunakan. Dot yang besar akan menyebabkan susu keluar dalam jumlah banyak hingga berpotensi membuat bayi mudah tersedak dan mengalami gumoh.
Jangan tidur tengkurap
Usai menyusui, jangan langsung menidurkan Si Kecil, Bunda dapat menggendong Si Kecil selama kurang lebih 20-30 menit, sekaligus membuatnya bersendawa. Jika sudah, Bunda bisa menidurkan Si Kecil dalam posisi telentang dengan kepala sedikit lebih tinggi daripada badan dan kakinya. Hal ini harus dilakukan karena bayi yang tidur tengkurap setelah menyusui atau makan lebih beresiko terkena sindrom kematian bayi mendadak atau sudden infant death syndrome (SIDS).
Upaya lain yang dapat Bunda lakukan mengurangi gumoh banyak pada Si Kecil adalah dengan mengurangi konsumsi susu sapi bagi Si Kecil, terutama jika ia dicurigai menderita intoleransi laktosa. Namun bila mulai menunjukan gejala mengkhawatirkan segeralah konsultasikan kondisi ini kepada dokter.