Setelah makan, Si Kecil kadang mengeluh perutnya sakit, terlihat kembung, atau bolak-balik ke kamar mandi. Mungkin Bunda mengira ini hanya masalah biasa, tapi hati-hati, bisa jadi ini tanda sindrom iritasi usus besar atau IBS. Irritable Bowel Syndrome (IBS) adalah gangguan pada saluran cerna yang menyebabkan rasa tidak nyaman di perut, seperti nyeri, kembung, diare, atau sembelit.
Meskipun IBS lebih sering dikaitkan dengan orang dewasa, anak-anak juga bisa mengalaminya. Jika tidak ditangani, gejala ini dapat mengganggu aktivitas dan keceriaan Si Kecil. Karena itu, penting bagi Bunda untuk memahami kondisi ini lebih dalam, agar bisa mengambil langkah tepat untuk membantu Si Kecil merasa lebih nyaman dan sehat kembali.
Waspadai Hubungan Alergi dan Sindrom Iritasi Usus Besar
Bunda, penting untuk lebih jeli memperhatikan kondisi Si Kecil, terutama jika ia sering rewel atau mengalami masalah pencernaan setelah makan. Perbedaan antara makanan rumahan dan makanan olahan patut diperhatikan, karena makanan kemasan sering mengandung alergen tersembunyi seperti susu sapi, gluten, atau bahan tambahan lain yang bisa memicu keluhan seperti perut kembung, diare, dan nyeri.
Sementara itu, makanan rumahan yang diolah dari bahan segar lebih mudah dipantau komposisinya sehingga memudahkan Bunda dalam mengenali pemicu keluhan. Studi dari Medical News Today menyebutkan bahwa anak-anak dengan riwayat alergi makanan berisiko lebih tinggi mengalami sindrom iritasi usus besar di kemudian hari, sehingga deteksi dini menjadi langkah penting.
Bila keluhan pencernaan muncul berulang setelah Si Kecil mengonsumsi makanan tertentu, terutama yang mengandung susu sapi atau gluten, jangan ragu untuk berkonsultasi ke dokter. Langkah ini bertujuan untuk memastikan apakah Si Kecil mengalami intoleransi, alergi, atau gangguan pencernaan lain yang memperburuk gejala IBS.
Dokter biasanya akan menyarankan pemeriksaan lanjutan atau pola diet eliminasi guna memastikan penyebab pastinya. Penanganan sejak dini tak hanya meredakan gejala yang mengganggu, tapi juga mencegah dampak jangka panjang yang bisa mengganggu pertumbuhan dan kenyamanan Si Kecil.
Kenali Pola Makan yang Sering Memicu Reaksi Usus
Bunda perlu mulai memperhatikan kapan Si Kecil mengeluh sakit perut atau merasa begah setelah makan. Hal ini penting karena bisa jadi ada jenis makanan tertentu yang membuat pencernaannya tidak nyaman. Biasanya, susu dan produk olahan susu, serta makanan yang terbuat dari tepung terigu, sering menjadi pemicu karena kandungan laktosa atau gluten yang sulit dicerna oleh beberapa anak.
Selain itu, makanan yang mengandung karbohidrat fermentasi seperti bawang, apel, dan kacang-kacangan juga bisa menyebabkan perut kembung. Dengan mencatat jenis makanan yang sering memicu keluhan, Bunda bisa mengenali pola makan yang perlu diubah atau dikurangi agar Si Kecil tidak lagi merasa tidak nyaman.
Di sisi lain, ukuran porsi makan juga perlu diperhatikan. Porsi yang terlalu banyak dapat membebani sistem pencernaan dan membuat Si Kecil merasa sakit atau begah. Dengan mengamati hubungan antara jenis makanan, besarnya porsi, dan waktu munculnya keluhan, Bunda bisa mulai menyusun pola makan yang lebih sesuai dan ramah bagi perut Si Kecil.
Langkah ini penting untuk membantu mengurangi gangguan pencernaan sekaligus memastikan Si Kecil tetap mendapatkan nutrisi yang cukup, tentunya dengan konsultasi dari dokter atau ahli gizi supaya pola makannya tetap sehat dan seimbang.
Menyesuaikan Pola Makan yang Lebih Bersahabat untuk Usus
Menyusun ulang jadwal makan dengan jarak waktu yang teratur sangat penting untuk mendukung sistem pencernaan Si Kecil. Saat ada jeda antar waktu makan, sistem pencernaan memiliki kesempatan untuk menyelesaikan proses mencerna makanan sebelumnya. Ini membantu kerja usus menjadi lebih efisien dan mengurangi risiko kembung atau ketidaknyamanan perut.
Memberi jarak waktu makan juga berkaitan dengan kualitas tidur. Jika Si Kecil makan terlalu dekat dengan waktu tidur, tubuhnya akan tetap bekerja mencerna makanan saat seharusnya mulai beristirahat. Hal ini bisa menyebabkan sulit tidur, tidur gelisah, atau bahkan terbangun karena rasa tidak nyaman di perut.
Pola makan yang baik juga termasuk memilih jenis makanan yang mendukung kesehatan usus. Makanan berserat seperti labu kukus, apel tanpa kulit, dan nasi tim bisa dicoba untuk melatih kemampuan cerna Si Kecil. Serat membantu pergerakan usus dan menjaga keseimbangan bakteri baik, sehingga pencernaan menjadi lebih lancar.
Tak kalah penting, hindari makanan fermentasi berlebihan dan produk olahan tinggi gula. Kandungan tersebut dapat memicu iritasi pada sistem cerna Si Kecil. Agar Si Kecil lebih tertarik mencoba makanan sehat, libatkan ia dalam proses memilih bahan makanan. Cara ini bisa membantu membangun kebiasaan makan yang lebih baik sejak dini.
Dukungan Nutrisi untuk Keseimbangan Saluran Cerna
Banyak orang tua sering mengabaikan pentingnya menu makan seimbang bagi anak. Padahal, pola makan sangat berpengaruh pada kesehatan saluran cerna dan tumbuh kembang Si Kecil. Data dari Food Foundation di Inggris menunjukkan, anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah memiliki risiko obesitas lebih dari dua kali lipat dibandingkan anak dari keluarga lebih mampu. Hal ini menandakan adanya ketimpangan nutrisi yang bisa berdampak jangka panjang.
Nutrisi seperti glutamin, vitamin A, D, zinc, dan magnesium memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan usus. Glutamin membantu memperbaiki jaringan usus, sementara vitamin A dan D melindungi dari peradangan serta mendukung sistem imun. Vitamin D juga mendukung penyerapan kalsium untuk kekuatan tulang. Di sisi lain, serat prebiotik berfungsi menjaga keseimbangan bakteri baik dalam usus, agar penyerapan nutrisi lebih maksimal.
Jika Si Kecil memiliki alergi makanan, penting untuk memilih jenis vitamin yang sesuai. Jangan asal memberi suplemen tanpa konsultasi terlebih dahulu. Selalu diskusikan dengan dokter atau ahli gizi agar asupan nutrisi tetap aman dan tepat sasaran.
Bunda, jangan tunggu sampai gangguan seperti sindrom iritasi usus besar mengganggu kenyamanan Si Kecil saat bermain. Yuk, tinjau kembali pola makan keluarga dan pastikan kebutuhan vitamin harian Si Kecil terpenuhi. Berikan dukungan terbaik untuk pencernaannya agar tumbuh kembangnya berjalan optimal. Temukan informasi selengkapnya di: Dukung Si Kecil dengan Vitamin untuk Mendukung Pencernaannya.
Referensi
- Medical News Today. All you need to know about irritable bowel syndrome (IBS). Diakses pada 15 Mei 2025. https://www.medicalnewstoday.com/articles/37063
- Fisher, J. O., Liu, Y., Birch, L. L., & Rolls, B. J. (2007). Effects of portion size and energy density on young children's intake at a meal2. The American journal of clinical nutrition, 86(1), 174-179. Diakses pada 15 Mei 2025. https://ajcn.nutrition.org/article/S0002-9165(23)27466-3/fulltext
- Ares, G., De Rosso, S., Mueller, C., Philippe, K., Pickard, A., Nicklaus, S., ... & Varela, P. (2024). Development of food literacy in children and adolescents: implications for the design of strategies to promote healthier and more sustainable diets. Nutrition Reviews, 82(4), 536-552. Diakses pada 15 Mei 2025. https://academic.oup.com/nutritionreviews/article-abstract/82/4/536/7204116
- The Food Foundation. A Neglected Generation: Reversing the decline in children's health. Diakses pada 15 Mei 2025. https://foodfoundation.org.uk/publication/neglected-generation-reversing-decline-childrens-health
- Costa, G., Vasconcelos, Q., Abreu, G., Albuquerque, A., Vilarejo, J., & Aragão, G. (2020). Changes in nutrient absorption in children and adolescents caused by fructans, especially fructooligosaccharides and inulin. Archives de Pédiatrie, 27(3), 166-169. Diakses pada 15 Mei 2025. https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0929693X20300191