Susu soya dan susu bebas laktosa kerap disangka sebagai minuman yang sama, padahal keduanya punya perbedaan dasar dalam bahan dan proses pembuatannya. Produk susu soya terbuat dari bahan nabati berupa kacang kedelai atau soya. Sementara itu, susu tanpa laktosa bisa berasal dari susu nabati, namun juga dapat diperoleh dalam bentuk susu sapi yang telah menjalani proses untuk menghilangkan laktosanya.
Sebagai orang tua, penting bagi Bunda untuk memahami bahwa istilah “bebas laktosa” tidak selalu berarti berbahan nabati seperti soya, tetapi dapat juga berbahan almon atau oat. Masing-masing susu nabati juga memiliki kadar gizi yang berbeda-beda, dan belum tentu mengandung nutrisi seimbang layaknya susu pertumbuhan. Dengan mengetahui perbedaan ini, membantu Bunda memberikan pilihan terbaik sesuai kebutuhan nutrisi dan kondisi Si Kecil, terlebih apabila ia memiliki intoleransi laktosa.
Membedakan Susu Soya dengan Susu Bebas Laktosa Lainnya
Memilih susu untuk anak yang alergi susu sapi bukan hanya mencari susu tanpa laktosa, tapi juga harus memperhatikan aspek nutrisi, alergi, dan tumbuh kembang Si Kecil.
Asal Usul dan Kandungan Susu Soya
Susu soya adalah minuman nabati yang berasal dari kacang kedelai atau soya, sehingga secara alamiah tidak akan mengandung laktosa yang dapat mengganggu pencernaan. Proses pembuatannya melibatkan tahapan seperti pembersihan, perendaman, dan penggilingan pada biji kedelai, hingga sterilisasi. Lebih lanjut lagi, susu diolah dan diperkaya dengan protein nabati, yang akan memberi nutrisi bagi Si Kecil yang memiliki intoleransi laktosa.`
Minuman ini memiliki kandungan protein yang cukup tinggi untuk membantu kebutuhan harian Si Kecil. Dalam setiap sajiannya (sekitar 240 mL), terkandung sekitar 7 gram protein, yang akan membantu memenuhi kebutuhan protein harian anak-anak (yang umumnya sekitar 19 gram per hari).
Ditambah lagi, produk ini juga kerap diperkaya nutrisi penting seperti kalsium dan vitamin D. Penambahan ini membantu Tumbuh Kembang Optimal Si Kecil, terutama dalam mendukung kesehatan tulang, sistem imun, dan perkembangan otak. Dukungan asupan gizi yang tepat membuat Bunda lebih tenang, karena kebutuhan gizi Si Kecil tetap terpenuhi meski tanpa susu sapi.
Ragam Alternatif Susu Bebas Laktosa
Tidak semua susu “bebas laktosa” otomatis berarti berbahan soya. Susu yang tidak mengandung laktosa bisa saja ditemukan dalam bentuk susu almon, susu oat, atau rice milk yang masing-masing memiliki karakteristik berbeda.
Sesuai namanya, susu almon terbuat dari kacang almon dan air yang disaring hingga menghasilkan minuman seperti susu. Karena berasal dari almon, susu ini memiliki rasa kacang yang khas dan secara alami kaya akan vitamin E.
Sedangkan susu oat merupakan campuran oat dan air yang diblender bersama, menghasilkan rasa manis alami dan creamy yang mirip dengan susu sapi. Sementara itu, rice milk dibuat dari beras dan air yang digiling, dicampur, dan disaring. Rasanya cenderung lebih ringan dan encer dibandingkan dengan susu berbahan nabati lainnya.
Meskipun sering digunakan sebagai alternatif susu sapi, jenis-jenis susu tersebut sebenarnya memiliki protein dan kalsium yang jauh lebih sedikit daripada susu soya. Karena itu, minuman-minuman ini tidak dianjurkan sebagai pengganti susu, khususnya untuk anak di bawah 5 tahun. Susu pertumbuhan berbahan soya tetap lebih unggul, karena sudah diperkaya dengan nutrisi lengkap untuk memenuhi kebutuhan zat gizi Si Kecil.
Mengapa Susu Alternatif Jadi Pilihan bagi Si Kecil
Bagi Si Kecil yang mengalami intoleransi laktosa, mengonsumsi susu sapi akan memberikan laktosa yang dapat mengiritasi pencernaannya, sehingga menimbulkan peradangan. Peradangan ini akan menghambat penyerapan asupan nutrisi, yang tentunya lama-kelamaan akan menghalanginya memperoleh nutrisi untuk tumbuhkembangnya. Reaksi ini juga akan membuatnya merasa kembung, nyeri, bahkan dapat menimbulkan diare.
Namun mengonsumsi susu yang tidak mengandung laktosa akan menghindarkannya dari reaksi demikian. Selain terhindarnya dari keluhan gangguan pencernaan, ia juga akan memperoleh nutrisi yang diperlukannya, selama ia memperoleh susu yang tepat.
Bermacam-macam susu tanpa laktosa yang tersedia perlu dipilih sesuai situasinya. Susu soya umumnya dipilih karena umumnya juga telah diperkaya dengan nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan bagi tumbuhkembangnya. Sedangkan susu oat memiliki karakter yang tinggi akan serat untuk kesehatan pencernaannya, tetapi cenderung kurang mengandung protein.
Adapun susu almon lebih banyak dipilih anak-anak yang memiliki berat badan berlebih, karena dapat memberikan protein tetapi lebih sedikit lemak. Sementara rice milk ideal bagi anak-anak yang sensitif terhadap susu, kacang, dan gluten, tetapi cenderung rendah protein.
Karena setiap susu nabati memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, berkonsultasilah dengan dokter terlebih dahulu sebelum memilih jenis susu yang akan diberikan pada Si Kecil. Melalui konsultasi, Bunda dapat mengetahui lebih pasti keadaan dan kebutuhan nutrisinya.
Tips Memilih Susu yang Tepat untuk Si Kecil
Memberikan susu kepada Si Kecil yang alergi bukan hanya tentang rasa, tapi juga keamanan dan kecocokan terhadap kondisi tubuhnya. Bunda perlu jeli membaca kandungan nutrisi dan bahan baku yang ada pada label kemasan. Pastikan susu yang Bunda pilih mengandung nutrisi sesuai kebutuhan dan tidak mengandung bahan yang memicu alergi.
Secara sederhana, Bunda bisa melihat komposisinya, dimulai dengan mencari apakah kandungan protein dan kalsiumnya cukup tinggi untuk mendukung pertumbuhan. Susu tersebut juga perlu mengandung lemak yang cukup untuk mendukung energi dan perkembangan otak. Kandungannya juga harus difortifikasi dengan vitamin dan mineral tambahan yang penting dalam masa pertumbuhan Si Kecil.
Pilihlah juga susu yang tidak terlalu banyak mengandung tambahan gula, agar ia tidak menjadi obesitas jika mengonsumsinya secara rutin. Dengan memilih susu pertumbuhan yang terpercaya, maka proses tumbuh kembangnya pun akan tetap terpelihara.
Kapan Waktu yang Tepat Memberi Susu Alternatif
Pada dasarnya, susu dapat diberikan kapan saja sesuai dengan keadaan, baik di pagi, siang, atau malam hari. Akan tetapi, jika Si Kecil memiliki pencernaan yang sensitif, sebaiknya susu diberikan setelah makan, agar terhindar dari rasa tidak nyaman di perut. Gangguan pencernaan yang sensitif akan membuat penyerapan nutrisi kurang optimal.
Konsistensi waktu juga penting dalam menyajikan susu pada Si Kecil, untuk membangun kebiasaan positif dalam menjaga asupan nutrisi harian. Jadwal yang teratur juga membantu menghindari penolakan atau rasa bosan, karena tubuh dan pola makannya sudah terbentuk.
Jika Si Kecil belum terbiasa dengan susu alternatif, penting untuk memastikan perutnya tidak sedang kosong, misalnya dengan memberinya camilan terlebih dahulu. Perut yang kosong bisa membuat Si Kecil lebih sensitif terhadap jenis susu baru, terutama susu berbasis nabati.
Jangan lupa juga untuk mengawasi reaksi tubuh Si Kecil selama proses mencoba mengenal susu baru. Perhatikan bagaimana tubuhnya menerima atau menolak susu pengganti tersebut. Jika Bunda merasa ia menunjukkan tanda-tanda alergi atau tidak nyaman, Bunda dapat berkonsultasi ke dokter untuk menemukan pengganti susu yang lebih sesuai.
Si Kecil yang memiliki intoleransi laktosa memang membutuhkan susu yang berbeda dari anak lainnya, karena tubuhnya memang kesulitan mencerna laktosa. Jika dipaksakan, ia akan kesulitan menyerap nutrisi penting untuk pertumbuhannya. Tapi, Bunda bisa tetap tenang dengan memberinya susu soya, yang akan mendukungnya mencapai Tumbuh Kembang Optimal tanpa keluhan pencernaan. Yuk, kenali lebih dalam tentang sumber nutrisi ini di halaman berikut: Chil School Soya, Susu Soya untuk Anak.
Referensi:
- Baby Center. Is it safe for my child to drink rice milk?. Diakses pada 9 Juni 2025. https://www.babycenter.com/toddler/feeding/is-it-safe-for-my-child-to-drink-rice-milk_1200464
- CHOC. How much protein does my child need?. Diakses pada 9 Juni 2025. https://health.choc.org/how-much-protein-does-my-child-need/
- Healthline. Is There a Best Time to Drink Milk?. Diakses pada 9 Juni 2025. https://www.healthline.com/nutrition/best-time-to-drink-milk