Beranda Artikel 13-36 Bulan Ciri-ciri Stunting yang Dapat Terlihat pada Si Kecil

Ciri-ciri Stunting yang Dapat Terlihat pada Si Kecil

2024/12/25 - 08:25:56pm     oleh Morinaga Soya
ciri ciri stunting

Dua tahun pertama dalam kehidupan Si Kecil merupakan fase paling krusial untuk memaksimalkan pertumbuhan dan perkembangan. Jika Bunda merasa panjang badannya tidak bertambah secepat anak-anak lain seusianya, kemungkinan ada tanda stunting yang harus diperhatikan. Stunting terkait erat dengan kekurangan gizi berkepanjangan, terutama di 1.000 hari pertama kehidupan. Pada periode ini, tubuh Si Kecil sangat memerlukan beragam nutrisi untuk membangun jaringan tulang, otak, dan menjaga daya tahan tubuh. Kekurangan gizi di masa awal kehidupan berpotensi menghambat pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan juga kesehatannya di masa mendatang.

Stunting kerap ditandai dengan tinggi atau panjang badan yang berada di bawah rata-rata anak seusianya. Namun, tidak berhenti di situ saja. Kondisi ini memengaruhi banyak aspek tumbuh kembang. Tubuh yang kekurangan gizi rentan terkena infeksi, karena sistem kekebalan lebih banyak bekerja menangkis penyakit daripada mengoptimalkan pertumbuhan. Saat otaknya mengalami defisit nutrisi, proses perkembangan kognitif dan kecerdasan juga terhambat, sehingga anak dapat mengalami keterlambatan berbicara, kesulitan berkonsentrasi, atau daya ingat yang lemah. Akibatnya, kemampuan belajarnya di kemudian hari turut terpengaruh.

Data Kementerian Kesehatan menyebutkan sekitar 21,5 persen anak Indonesia pada rentang usia 2 tahun pertama mengalami stunting. Angka ini mencerminkan masih banyaknya balita yang kurang tercukupi nutrisinya. Padahal, masa depan yang cerah diwarnai kecukupan gizi sejak dini. Anak yang tubuh dan otaknya tumbuh optimal berpeluang lebih besar meraih potensi terbaiknya. Sebaliknya, stunting yang dibiarkan tanpa penanganan tepat dapat berdampak panjang hingga usia sekolah, remaja, dan dewasa.

Faktor Penyebab Stunting Dan Keterlambatan Pertumbuhan

Ada berbagai penyebab yang bisa membuat seorang anak mengalami stunting. Kurangnya asupan protein dan kalsium adalah salah satu yang utama. Protein mendukung pembentukan sel-sel tubuh, termasuk tulang dan otot, sedangkan kalsium penting untuk kepadatan dan panjang tulang. Bila kedua nutrisi ini tidak terpenuhi dalam jangka waktu lama, laju pertambahan panjang badan melambat. Bayi atau balita pun cenderung tampak lebih pendek dibandingkan teman seusianya.

Ketidakseimbangan gizi juga berpengaruh. Mungkin saja anak mendapatkan protein dan kalsium yang cukup, tetapi kekurangan vitamin, mineral, atau asam lemak esensial untuk proses metabolisme. Sistem kekebalan yang lemah membuat anak sering terkena infeksi. Saat sakit, tubuh berfokus melawan mikroba atau virus, sehingga energi dan nutrisi tidak tersalur optimal untuk pertumbuhan. Belum lagi adanya faktor pola asuh. Jika anak tidak memperoleh stimulasi motorik melalui permainan gerak atau tidak mendapat perhatian memadai saat susah makan, kemajuan fisik dan kognitifnya bisa tertinggal.

Sebab lainnya yang patut diwaspadai adalah alergi susu sapi atau intoleransi laktosa. Kondisi ini kerap memicu muntah atau diare, sehingga nutrisi dari makanan tidak terserap sempurna. Pada kondisi tertentu, gejalanya tidak segera terlihat, karena Si Kecil hanya mengeluh kembung atau rewel. Namun, dalam jangka panjang, kekurangan nutrisi dapat membatasi pertumbuhan tulang.

Tanda-Tanda Stunting Yang Muncul Pada Anak

Ciri pertama dan paling mudah dikenali adalah tinggi atau panjang badan anak yang lebih rendah dari standar usianya. Bila Bunda rutin memeriksakan berat dan tinggi badan ke posyandu atau dokter anak, pastikan selalu memantau kurva pertumbuhan. Jika grafik tinggi badannya terus berada di bawah garis normal, perlu diperiksa lebih lanjut apakah disebabkan stunting atau faktor lain.

Selain perawakan pendek, anak stunting sering tampak kurang energi dan terlambat mencapai tonggak perkembangan fisik. Misalnya, jika anak seusianya sudah lancar berjalan, anak stunting bisa jadi masih kesulitan atau lambat merangkak. Ototnya lebih lemah karena asupan protein tak mencukupi. Perkembangan kognitif juga dapat terganggu. Anak mungkin lebih lambat belajar bicara, sulit fokus bermain puzzle, atau sulit mengingat lagu sederhana yang biasa diajarkan oleh orang tuanya. Hal-hal ini harus menjadi tanda peringatan agar Bunda segera mencari solusinya, karena keterlambatan kognitif di masa dini bisa berdampak panjang.

Langkah Pencegahan Sejak Dini

Memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama sangat dianjurkan. Komposisi ASI kaya protein, kalsium, lemak baik, dan vitamin yang mendukung pembentukan jaringan tubuh yang sehat. ASI juga mengandung antibodi alami yang membantu mencegah infeksi, sehingga Si Kecil tak mudah sakit. Memasuki fase MPASI, Bunda perlu menambahkan bahan makanan bergizi seimbang agar kebutuhan nutrisi semakin lengkap. Menyertakan sumber protein nabati dan hewani, sayuran, serta buah yang mengandung vitamin dan mineral penting akan menjaga anak tetap tumbuh di jalurnya.

Menjaga kebersihan lingkungan dan pemberian imunisasi sesuai jadwal sama pentingnya dengan memerhatikan asupan gizi. Lingkungan yang bebas dari polusi, air minum yang higienis, dan kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dapat menurunkan risiko infeksi. Anak yang jarang sakit memiliki kesempatan lebih baik untuk tumbuh maksimal. Imunisasi juga membantu memproteksi tubuh agar tak mudah terserang penyakit berbahaya seperti campak, polio, atau TBC. Saat sistem kekebalan optimal, energi dan nutrisi dalam tubuh dapat difokuskan untuk mendukung pertambahan tinggi badan dan pematangan organ.

Waspadai pula tanda-tanda alergi susu sapi atau intoleransi laktosa. Jika setelah minum susu sapi anak kerap muntah, diare, atau mengalami ruam kulit, pertimbangkan untuk melakukan tes alergi. Dengan diagnosis tepat, Bunda bisa segera mengganti sumber asupan gizi utamanya, misalnya menggunakan susu soya atau formula khusus. Jangan biarkan gangguan penyerapan nutrisi berlarut-larut, karena efeknya bisa menghambat laju pertumbuhan Si Kecil.

Membantu Anak Mencapai Potensi Tubuh Yang Optimal

Stunting bukan keadaan yang tidak bisa diatasi. Semakin dini diketahui, semakin besar peluang Bunda memperbaiki asupan dan pola asuh, sehingga anak dapat mengejar ketertinggalan. Rutin memeriksakan berat dan tinggi badan sangat menolong Bunda memantau kemajuan. Jika pertumbuhan anak mulai kembali ke jalur normal, itu artinya upaya peningkatan gizi dan kebersihan lingkungan telah menunjukkan hasil.

Namun, jika anak tampaknya tidak juga bertambah tinggi, jangan ragu berkonsultasi dengan ahli gizi atau dokter anak. Terkadang, ada kondisi medis tertentu yang membuat tubuhnya sulit memanfaatkan nutrisi walau asupannya sudah cukup. Pemeriksaan lanjutan bisa mencakup tes darah untuk melihat status zat besi, vitamin D, atau skrining gangguan penyerapan seperti celiac dan intoleransi laktosa. Dengan penanganan holistik, dari pola makan hingga stimulasi fisik, anak berpeluang mengejar pertumbuhan di sisa masa balitanya.

Dukungan Nutrisi Tambahan

Bila Bunda menghadapi tantangan dalam mencukupi gizi anak akibat kondisi alergi susu sapi atau intoleransi laktosa, susu soya dapat menjadi solusi. Susu soya kaya protein nabati yang mudah dicerna, dilengkapi kalsium dan vitamin yang mendukung pertumbuhan tulang. Bunda juga bisa memilih susu dengan tambahan probiotik dan prebiotik untuk menjaga kesehatan saluran cerna. Kunci utamanya adalah memastikan anak mendapatkan nutrisi lengkap meskipun ia memiliki keterbatasan asupan tertentu.

Stunting bisa dicegah dan diatasi dengan penanganan sejak dini. Pastikan asupan gizi Si Kecil terpenuhi, mulai dari protein, kalsium, hingga vitamin dan mineral penunjang pertumbuhan. Bila ia memiliki alergi susu sapi atau intoleransi laktosa, jangan putus asa. Cegahlah stunting dengan memberikan nutrisi yang tetap menjaga ketahanan tubuh ganda. Morinaga Soya bisa jadi alternatif yang mengandung berbagai zat penting untuk mendukung tumbuh kembang. Ketahui lebih lanjut tentang kandungannya di sini: 5 Manfaat Susu Morinaga Soya untuk Si Kecil

Referensi:

Kemenkes. Peringatan HAN 2024 Jadi Momentum Lindungi Anak dari Stunting dan Polio. Diakses 17 Desember 2024. https://kemkes.go.id/id/peringatan-han-2024-jadi-momentum-lindungi-anak-dari-stunting-dan-polio

NIH. Guidelines for the diagnosis and management of cow's milk protein allergy in infants. Diakses 17 Desember 2024. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/17895338/

NIH. Early and Long-term Consequences of Nutritional Stunting: From Childhood to Adulthood. Diakses 19 Desember 2024. https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC7975963/





medical record

Berapa Besar Risiko Alergi Si Kecil?



Cari Tahu
bannerinside bannerinside
allysca